Gunung Ungaran - Edisi Berkabut




Cuaca siapa sih yang tahu, siangnya boleh cerah tapi sore atau malemnya masih tetep cerah atau nggak tak seorang pun yang bisa memastikan. Kami tahu kalau beberapa hari kebelakang, di sore harinya selalu diguyur hujan, namun karena waktu luang adalah uang, jadi weekend di minggu terakhir di bulan Oktober ini kami rencanakan untuk mendaki Gunung Ungaran. Sebenarnya Bandon lah yang lagi pengen ke gunung tersebut, sedangkan saya sudah pernah mendakinya beberapa bulan yang lalu bersama Bayu. Cerita pendakian pertama di Gunung Ungaran disini nih (klik). Tapi karena teman sendiri yang ngajakin ya ga apa apa lah mendaki gunung tersebut lagi.

Setelah mengarungi jalanan Kota Solo, Bandon pun sampai di rumah saya. Kami berencana akan tidur di basecamp sebelum melakukan pendakian di tengah malamnya. Kami berencana tektok dalam pendakian kali itu dengan memulai pendakian di malam hari. Bandon sebenarnya sudah membawa tendanya, namun karena alasan agar bawaan lebih ringan maka tenda pun di tinggal dirumah saya.

Menjelang Magrib hujan malah mengguyur dengan derasnya, untung saja belum berangkat kalau sudah berangkat pastilah kami terguyur hujan di tengah perjalanan menuju Basecamp Gunung Ungaran di Sidomukti.

Usai sholat Maghrib akhirnya hujan agak sedikit reda, kami pun segera tancap gas untuk mendekati puncak Gunung Ungaran. Di perjalanan hujan masih agak menyisakan gerimisnya, namun tak menyurutkan niat kami untuk menuju puncak Gunung Ungaran.

Kami lewat jalan lingkar Salatiga kemudian Ambarawa lalu Bandungan dan akhirnya Jimbaran. Kami masuk gerbang menuju objek wisata Sidomukti dengan tanjakan tajam yang mendominasi. Setelah bergelut dengan tanjakan dengan membalasnya pake gigi satu, akhirnya dengan selamat kami sampai di Basecamp Mawar.

Seperti biasa, karena disitu merupakan kawasan wisata dan ada juga camping ground-nya tak heran kalau malam Minggu disana tampak ramai dengan pasangan muda mudi yang memadu kasih dan rombongan lain yang juga menikmati udara malam hari.

Hal serupa kami dapati saat melihat bagian dalam basecamp yang juga sudah penuh sesak dengan pendaki. Kami yang berencana tidur dulu sebelum mendaki agaknya harus merubah rencana. Sholat Isya dulu deh, siapa tahu dapet pencerahan. Sesudahnya, kami baru punya keputusan untuk langsung saja mendaki dan kalau memang sempat ya tidur dulu di basecamp Desa Promasan sebelum summit attack. Selebihnya kita lihat saja nanti.

Tak disangka, beberapa saat setelah berjalan hujan tiba-tiba turun. Kami tak bisa menghindarinya karena posisi Pos 1 masih lumayan jauh di depan. Kami pun memakai jas hujan meski itu adalah hal yang tidak saya sukai karena pengapnya, tapi ya sudahlah disyukuri saja. Akhirnya kami sampai di satu pos dengan sebuah shelter yang tampak kosong. Kami memutuskan istirahat sejenak dan melepas jas hujan karena hujan sudah mulai mendingan. Sepertinya yang satu ini adalah Pos 2 nya. Seingat saya ada Pos 1 nya deh, tapi kok gak ketemu ya tadi. Apa udah roboh ya? Entahlah…

Duduk-duduk dulu sejenak, barulah ada rombongan lain dari SMA 3 Semarang yang datang dan istirahat di pos tersebut. Sepertinya keputusan untuk berhenti di pos tersebut seakan adalah keputusan yang tepat karena beberapa saat kemudian hujan yang lebih deras dari yang tadi mengguyur jalur pendakian.

Nunggu reda dulu deh sebelum lanjut lagi. Tapi sepertinya bakal lama nih redanya. Udah ditunggu satu jam lebih hingga pos tersebut makin penuh pendaki yang berteduh tapi gak reda-reda juga hujannya. Kami pun sempat tidur sambil duduk di pos itu. Kayaknya memang kami harus tidur dulu disitu sebelum summit attack sebagai ganti tidur di basecamp yang sudah tak kebagian tempat. Tidur di basecamp Desa Promasan juga sepertinya tidak jadi kami lakukan karena hujan menjebak kami untuk tetap singgah di pos 2 tersebut.

Satu per satu pendaki yang tadinya ikut berteduh akhirnya melanjutkan pendakian. Tinggal kami berdua saja, kami pun mengisi perut dulu dengan memasak mie sebagai amunisi sebelum langsung ke puncak. Saat selesai makan ada dua orang pendaki yang mampir di pos untuk istirahat. Ngobrol-ngobrol ngalor ngidul akhirnya kami berempat melajutkan pendakian bareng.

Sepetinya dua orang mas-mas itu hanya berniat ke Promasan saja tanpa ke Puncak, oleh karena itu kami berpisah di pertigaan di dekat kebun teh. Kami mengucapkan salam perpisahan dan kami lanjut saja menyusuri jalan berbatu di antara kebun teh. Sebenarnya saat itu awan kelam sudah mulai bergerak mendekati puncak. Harapan mendapat sunrise yang cerah sepertinya harus sedikit dipendam. Kami pun menunggu kabut tebal agar lewat dulu dengan tiduran di shelter terkahir sebelum puncak. Karena sepatu yang basah, saat dibuka tak heran kaki sudah memucat seperti mayat. Kami pun menyalakan kompor untuk sedikit menghangatkan badan. Melihat ke arah utara dimana tadi saat cerah bisa terlihat jelas pemandangan lampu-lampu Kota Semarang, namun semakin lama pemandangan itu semakin pudar tertutup kabut. Yasudah sembari menunggu kami pun tiduran lagi di sheter tersebut. Kebetulan disitu sudah ada tikarnya yang tergelar meski agak sedikit kotor. Saat kami tidur, banyak banget pendaki yang berseliweran di samping shelter untuk memulai pendakian ke puncak. Saat itu meski hujan dan berkabut, lumayan banyak pendaki yang menuju ke puncak Gunung Ungaran. Terlebih lagi sepertinya ada diklat dari satu komunitas yang turut memenuhi jalur pendakian.

Jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi lebih, saatnya melanjutkan pendakian meski rasa males menggelayuti disamping karena pakaian yang masih basah tapi juga karena kabut tebal yang tak kunjung sirna. Wah, kami sampai harus antre untuk mendaki ke atas karena saking banyaknya pendaki saat itu. Ada yang unik dari satu rombongan yang pemimpinnya cewek. Sang leader di setiap langkahnya tak henti-hentinya mengabsen anggotanya dengan menyebutkan satu per satu nama anggotanya yang kebanyakan cewek juga. Semangat banget tu mbak-mbak, padahal medan untuk ke puncaknya sangta licin dan menanjak terus tapi dia tetap memimpin pasukannya dengan semangat. Wow, patut ditiru. Tapi karena rombongan kami hanya berdua saja ya tak perlu sampai mengabsen satu per satu nama anggotanya. Cukup mencontoh semangatnya saja kali yaa hehe.

Baru kali ini saya merasakan antre naik gunung, padahal nggak ikut pendakian masal lho. Mendaki Semeru pun yang sudah termasuk gunung favorit tak sebegitu banget ngantrenya. Hal itu mungkin karena posisi Gunung Ungaran yang mudah dijangkau dan juga dekat dengan kota-kota di sekitarnya seperti Semarang, Salatiga, dan sekitarnya sehingga gunung tersebut biasa digunakan untuk diklat kepemimpinan maupun diklat pecinta alam. Hal lain yang mendukung ramainya pendaki di Gunung Ungaran adalah karena adanya beberapa lokasi yang cukup menarik untuk dijadikan uji mental, salah satunya adalah Goa Jepang yang ada di Desa Promasan yang bisa digunakan untuk acara jurit malam atau mencari jejak. Dengan adanya Desa Promasan pun setidaknya juga sedikit banyak mendukung untuk kegiatan yang dilakukan karena bisa duganakan untuk tempat berlindung dan pertologan jika sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Setelah satu jam lebih mendaki di medan bebatuan terjal namun licin, akhirnya kami hampir sampai di puncaknya seiring dengan berubahnya kegelapan menjadi sedikit terang. Kemunculan matahari tidak seberapa jelas bisa dilihat karena kabut tebal masih setia menutupi puncak Gunung Ungaran.



harus puas dengan sunrise kali ini

hallo, jangan kecewa yaa



Kami tak lagsung ke puncaknya karena sepertinya bakal digunakan untuk upacara peserta diklat. Kami mencari dataran di bawah puncak untuk Sholat subuh sekaligus istirahat. Semakin pagi semakin kelihatan betapa tebalnya kabut yang menyelimuti puncak, matahari sempat terlihat tapi yang tetap saja cahayanya tak bisa menembus kabut dengan sempurna. Setelah upacara di puncak selesai, kami pun bergegas menuju puncaknya. Rame banget men…


cuman sebentar langit membiru

serupa Edelweiss tapi tak sama

lumayan mendingan kabutnya

ruame bingit

ikut nimbrung

Huuh, agak sedikit kecewa memang. Tapi no problem alias tak jadi masalah. Anggap saja menambah pengalaman variasi pendakian. Masak naik gunung cerah terus. Ga ada sensasinya dong, hahaha. 

Untuk mengobati kekecewaan, begitu sampai di basecamp kami langsung menuju objek wisata Umbul Sidomukti yang berada di bawah basecamp untuk makan siang kamudian lanjut ber-flying fox-an. Oke siap... 

seger banget kayaknya

ada muncrat-muncratnya lagi...

pemandangannya nambah nyegerin

kolam renang di ketinggian

Kami nggak renang di kolam renang itu, Bandon saya ajakin nggak mau. Padahal keliatannya sueger banget gitu. Dia sudah pengen mandi air hangat di dekat Candi Ngempon sih. Ya berarti masuk Sidomukti cuman flying fox-an doang tuh.

Komentar

Posting Komentar

Jangan enggan beri kritik dan saran yaaa...!!!