Dua kali sudah saya mendaki Lawu. Hal itu nggak menjadikan saya menolak ajakan teman yang berencana muncak ke gunung itu lagi. Seperti yang pernah saya utarakan sebelumnya, kalau sudah pernah mendaki di satu gunung dan ada ajakan untuk mendakinya lagi, bukan berarti itu bakal menjadi alasan untuk menolaknya.
Bagi saya pribadi mendaki gunung yang sama di lain waktu, bakal ada cerita berbeda yang didapat. Terlebih dengan orang yang berbeda, apalagi dengan jalur pendakian yang belum pernah dijajal sebelumnya, pastilah cerita yang didapat tak sama.
Kedua kali pendakian sebelumnya itu sama-sama lewat jalur Cemoro Sewu namun dengan kawan mendaki dan waktu pendakian yang berbeda. Pertama banget mendaki Lawu saat itu satu rombongan 3 orang tanpa nge-camp, tapi bermalam di warung dekat Sendhang Derajad.
Kali kedua, naik berdua saja dengan teman asli Karanganyar di malam 1 Suro. Di malam pergantian tahun kalender Jawa dan Islam itu Lawu membludak seolah menjadi hari paling ramai dalam satu tahunnya. Hal ini menjadi satu hal yang unik dari Lawu. Ceritanya Pendakian Lawu 1 Suro bisa dibaca disini nih.
Lebih lagi ada kejadian janggal di pendakian kedua itu. Kalau penasaran kejadian apa yang kami alami di pendakian 1 Suro itu bisa baca ceritanya disini.
Khusus postingan kali ini adalah sebagian kecil oleh-oleh hasil dari pendakian Gunung Lawu via Jalur Pendakian Candi Cetho. Kalau bercerita tentang jalur ini, bisa dipastikan nggak jauh-jauh dari objek wisata Candi Cetho itu sendiri. Candi tersebut masih punya kekerabatan dengan Candi Sukuh yang pernah saya datangi setelah turun dari Puncak Lawu pas mendaki di malam 1 Suro. Kedua candi itu sama-sama terkenal sebagai candi erotis karena ada beberapa reliefnya sangat terang-terangan menunjukkan bentuk dari organ reproduksi manusia, selain itu ada juga arca yang berbeda dari arca candi-candi yang ada di Jawa Tengah yang lain. Arca tersebut berbentuk laki-laki tanpa kepala yang memegang alat vitalnya.
Menuju Candi Cetho
Candi ini terletak di Kabupaten Karanganyar. Banyak cara untuk menuju kesini dari berbagai wilayah. Kami serombongan yang berangkat dari Jakarta memilih untuk naik kereta menuju Semarang. Harusnya sih turun Solo lebih dekat, tapi karena kehabisan tiket jadinya kami pilih alternatif stasiun selain Solo. Sampai di Semarang kami istirahat sejenak di stasiun sambil memikirkan bagaimana cara termudah untuk menuju ke basecamp. Kepikiran untuk naik bus, tapi karena bawaan kami yang gede-gede banget ditambah dengan akses ke basecamp yang masih masuk ke pelosok, akhirnya kami mencoret alternatif itu. Kami pun tak ambil pusing biar cepet sampe juga akhirnya kami booking taksi online lewat aplikasi. Eh, ternyata teman yang booking salah masukin lokasi tujuan dengan mengetik Candi Gedong Songo, padahal harusnya Candi Sukuh. Singkat cerita akhirnya bang driver datang dan mengkonfirmasi destinasi kami yaitu Ungaran. Kami pun kaget kok bisa jadi Ungaran sih, pantes kok murah ongkosnya. Iya sih, Candi Gedong Songo juga merupakan salah satu jalur pendakian gunung, tapi Gunung Ungaran. Kami kan mau ke Lawu.
Setelah diskusi-diskusi akhirnya abangnya mau nganter sampe ke Candi Cetho. Tentu dengan perubahan ongkos sedemikian rupa. Ok, jadilah kami tinggal duduk manis sekitar 2 jam lebih dikit dan sampai lah kami di parkiran Candi Cetho dengan disambut kabut dingin khas pegunungan.
selain kabut, mbak-mbak ini juga menyambut kedatangan kami
persiapan menuju loket registrasi
loket registrasi pendakian beda dengan loket masuk candi ya
yok di data dulu
ini gambaran jalur pendakian Lawu via Candi Cetho
masih seger, soalnya belum seberapa jauh
dari jalur pendakian bisa ngeliat candinya juga kok
ngelewatin tempat kayak gini juga, berasa ada di istana mana gitu
naik lagi bakal ketemu candi yang berbeda, namanya...
Candi Kethek (Candi Kera/Monyet)
ninggalin jejak dulu
zoom in for further information about Monkey Temple
WARNING
candi yang unik yah
ke atas lagi barulah melewati jalan setapak
Pos 1
Pos 2
Pos 3
Pos 4
masyaallah akhi...
setelah sekian jauh, ketemu dengan view kayak gini
dengan matahari yang lumayan terik karena lokasinya lumayan terbuka
Pos 5
ninggalin jejak
sabana yang keren banget buat foto-foto
sabananya masih luas di sebelah sana
Kami camp persis di depan Warung mbok Yem
Tampak Puncak Hargodumilah dari lokasi camp
ada petilasan
Selain lansekapnya yang ciamik, mendaki Lawu lewat jalur manapun seolah menikmati peninggalan sejarah. Banyak banget situs-situs jaman dulu kala yang ditinggalkan dan masih bisa kita nikmati. Khusus jalur Candi Cetho ini, terdapat satu spot yang bernama Pasar Dieng yang membuat kami takjub. Disana terdapat bebatuan yang berserakan namun kalau secara seksama diperhatikan itu seperti bekas kerajaan atau istana. Salah satu fotonya ada di bagian pembuka postingan ini.
Nahhh, setiap perjalanan memberi pelajaran dan pengalamannya untuk pelakunya. Setiap selesai melakukan perjalanan ke suatu tempat, ingin rasanya segera merencanakan perjalanan yang baru lagi. Mungkin itu yang dinamakan passion.
Such a trip will be very educational for anyone. Climbing the mountain will also allow you to visit the temple, which is a landmark for the local population.
BalasHapusThanks for visiting my blog, hope you entertained...
HapusPertama kali ke Lawu bulan Maret 2019, tapi cuma sampai sebelum Bulak Peperangan. Habis tenaga dihajar hujan hahaha. Akhirnya besoknya milih pulang. Pengen ngulang lagi, penasaran sama Gupakan Menjangan :D
BalasHapusWah sayang bgt yak, harus pilih2 waktu yg pas mas.
HapusSerius keren banget lah... Auranya beda hehe
Mendaki gunung memang dapat ditempuh dengan berbagai jalur yang berbeda-beda. Seorang pendaki pun dapat memilih jalur sesuai dengan selera masing-masing. Meskipun ada beberapa tentunya jalur yang paling mudah adalah jalur yang paling direkomendasikan. Dengan melewati jalur yang mudah, maka pendakian pun akan terasa lebih ringan. Terlebih apabila pendaki tersebut tidak menjaga sendirian melainkan bersama teman-teman. Apabila bersama teman maka bisa memilih jalur yang paling mudah agar teman-teman tidak mengalami kesulitan. Terlebih pula apabila dalam rombongan tersebut ada orang yang masih awam dalam hal pendakian maka jalur yang dianggap lebih mudah lebih disarankan dibandingkan jalur yang sulit. Selain memperhatikan jalur pendakian, berbagai peralatan mendaki juga harus dipersiapkan dengan matang.
BalasHapusJalur satu ini bisa jadi pilihan bagi para pendaki yang mau mendaki Gunung Lawu. Pendaki bakal disuguhkan dengan wisata Candi, jadi bisa sekaligus berwisata. Melalui jalur ini pendaki bakal melihat sabana yang terbuka nan hijau sekaligus indah sebagaimana pada gambar di atas. Keindahan seperti ini sangat sayang jika dilewatkan begitu saja. Selanjutnya ada pula warung Mbok Yem yang sudah sangat terkenal. Pendaki dapat mampir mengisi perut di lokasi ini sebelum nantinya melanjutkan perjalanan.
BalasHapus