Masih belum banyak yang akrab sepertinya dengan gunung yang berada di Povinsi Jawa Tengah yang satu ini. Mungkin lebih akrabnya dengan Ungaran-nya saja.
Yap, Ungaran merupakan sebuah daerah yang masuk dalam wilayah administrasi Kab. Semarang sekaligus menjadi ibukota kabupaten tersebut. Tapi siapa sangka, nama daerah tersebut juga disandangkan pada sebuah gunung berketinggian 2.050 mdpl yang juga berada tak jauh dari pusat kota. Memang sih tidak termasuk gunung yang memiliki ketinggian yang mumpuni, tapi jangan salah sangka dulu. Faktanya gunung ini termasuk gunung yang berada lumayan dekat dengan Kota Semarang yang notabene adalah kota di pesisir sehingga menandakan bahwa start pendakian juga terhitung masih di ketinggian yang rendah.
Bicara masalah start pendakian, pernah dengar nggak mengenai Objek Wisata Umbul Sidomukti???
Objek wisata tersebut terkenal dengan wisata out bound-nya yang menantang dan memacu adrenalin, salah satunya yaitu flying fox dan susur jaring-jaring yang terhitung sangat ekstrim karena berada di atas jurang yang amat dalam.
Objek wisata ini dibuat sedemikian rupa dengan segala pertimbangan termasuk penentuan lokasi yang tepat untuk menciptakan satu kawasan wisata yang lain dari yang lain, selain itu juga dilengkapi dengan wisata kuliner dan akomodasi yang juga asik tentunya karena udaranya yang sangat sejuk dengan pemandangan yang lumayan ajib.
Di sekitaran objek wisata tersebut juga sekarang mulai ramai dengan adanya camping ground yang disediakan pengelola untuk pengunjung yang ingin menikmati keindahan panorama alam yang menghadap terbitnya matahari dan juga Kota Semarang yang jika dinikmati saat malam hari akan terasa apik dengan gemerlap lampu-lampu riuh kotanya.
Objek wisata ini dibuat sedemikian rupa dengan segala pertimbangan termasuk penentuan lokasi yang tepat untuk menciptakan satu kawasan wisata yang lain dari yang lain, selain itu juga dilengkapi dengan wisata kuliner dan akomodasi yang juga asik tentunya karena udaranya yang sangat sejuk dengan pemandangan yang lumayan ajib.
Di sekitaran objek wisata tersebut juga sekarang mulai ramai dengan adanya camping ground yang disediakan pengelola untuk pengunjung yang ingin menikmati keindahan panorama alam yang menghadap terbitnya matahari dan juga Kota Semarang yang jika dinikmati saat malam hari akan terasa apik dengan gemerlap lampu-lampu riuh kotanya.
Paket lengkap objek wisata tersebut lokasinya tak lain berada di lereng gunung yang sedang diulas di postingan kali ini. Saya kira kebanyakan pengunjung lebih familiar dengan objek-objek wisata tersebut ketimbang gunung yang menaunginya, bahkan mungkin tidak tahu malah kalau lokasi rangkaian objek wisata tersebut berada di lereng Gunung Ungaran.
Sepertinya perlu dipromosikan lagi nih mengenai keberadaan gunung tersebut di kalangan pendaki-pendaki, karena dibalik ketinggiannya yang tak sebanding dengan gunung-gunung tetangganya yang hampir semuanya berada di atas 3.000an mdpl seperti Merbabu, Sindoro, Sumbing, dkk; Gunung Ungaran ternyata memiliki trek yang lumayan menguras tenaga dan kewaspadaan karena keterjalan dan licinnya medan. Hal itu didukung dengan cerita pendaki-pendaki yang menceritakan pengalamannya mendaki gunung tersebut di blognya.
Tak hanya itu saja yang menjadi daya tarik di gunung unik tersebut, masih ada Desa Promasan yang merupakan desa kecil yang mulai menjadi desa wisata yang lokasinya berada di bawah puncak Gunung Ungaran. Desa itu dihuni beberapa kepala keluarga yang sebagian besar sehari-harinya bekerja sebagai pemetik teh, dan memang keberadaan desa kecil itu di tengah-tengah hamparan perkebunan teh yang luas. Tak jauh dari desa juga terdapat satu lagi spot menarik yang harus didatangi karena nilai sejarahnya yaitu Goa Jepang.
tampak Desa Promasan dari depan Goa Jepang dan |
Karena itu pula saya tertarik untuk menjajal menapakkan kaki di terjalnya gunung tersebut dengan salah satu teman mendaki yang akhir-akhir ini sering naik gunung bareng yaitu Bayu.
Hari itu tepatnya Sabtu, 15 Juni 2013 yang akhirnya dipilih sebagai hari yang cocok untuk mendaki Gunung Ungaran. Selain untuk berburu keindahan di gunung tersebut, saya juga memanfaatkan momen pendakian kali itu sebagai pemanasan sebelum mendaki Semeru bareng STAPALA STAN tanggal 22 nya.
JALUR PENDAKIAN
Sekiranya ada tiga jalur pendakian yang bisa dilewati pendaki yang hendak menuju puncak Gunung Ungaran. Dua jalur yang tak terlalu jauh terpisah adalah Jalur Gedong Songo dan Jalur Sidomukti (Jimbaran) yang sama-sama berada di satu jalur kawasan wisata Bandungan-Sumowono. Jalur yang lain berada di sebelah utara yaitu Jalur di Boja.
- Jalur Gedong Songo
Objek wisata di lereng Gunung Ungaran tak hanya ada di Jalur Jimbaran saja, di satu jalur pendakian yang lain pun ada, yaitu Jalur Gedong Songo.
Gedong Songo sebenarnya merupakan sebuah kompleks situs candi yang dari namanya kita sudah bisa menebak kalau jumlah candinya ada 9 namun kini kita hanya bisa menikmati hanya 5 candi saja yang masih utuh.
Letaknya di lereng Gunung Ungaran, pada koordinat 110°20’27” BT dan 07°14’3” LS di desa Darum, Kelurahan Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah.
Keistimewaan candi tersebut adalah lokasinya tiap candi yang berada terpisah satu sama lain yang menuntut pengunjung untuk trekking dulu melalui jalanan menanjak khas pegunungan untuk melihat satu per satu candinya.
Gedong Songo sebenarnya merupakan sebuah kompleks situs candi yang dari namanya kita sudah bisa menebak kalau jumlah candinya ada 9 namun kini kita hanya bisa menikmati hanya 5 candi saja yang masih utuh.
Letaknya di lereng Gunung Ungaran, pada koordinat 110°20’27” BT dan 07°14’3” LS di desa Darum, Kelurahan Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah.
Keistimewaan candi tersebut adalah lokasinya tiap candi yang berada terpisah satu sama lain yang menuntut pengunjung untuk trekking dulu melalui jalanan menanjak khas pegunungan untuk melihat satu per satu candinya.
Bisa dicapai melalui rute Kota Ungaran – Bandungan – Gedong Songo dengan waktu tempuh 1 jam perjalanan. Apabila dari Yogyakarta bisa melalui Kota Ambarawa (Tugu Palagan Ambarawa) – Bandungan – Gedong Songo, waktu perjalanan sekitar 2 jam.
Detail trek di jalur ini mungkin baru bisa saya ceritakan kalau sudah melewatinya sendiri kali ya, soalnya bukan jalur ini yang kami lewati di pendakian beberapa waktu yang lalu.
- Jalur Medini
Jalur pendakian ini ada di sisi utara Gunung Ungaran melewati bumi perkemahan Gonoharjo, Kecamatan Boja, Kabupaten kendal. Akses ke Gonoharjo salah satunya bisa dicapai menggunakan angkutan umum, jika dimulai dari Kota Semarang bisa dengan bus kecil jurusan Boja turun di pertigaan yang menuju Gonoharjo dan Kendal lalu lanjut angkutan pedesaan sampai ke desa Gonoharjo. Diteruskan dengan jalan kaki atau ojek sampai di bumi perkemahannya. Lebih mudah lagi kalau pakai kendaraan pribadi, bisa langsung menuju Desa Medini bahkan sampai di Promasan dengan melewati jalan batu yang biasa dilewati truk pengangkut teh.
Kebun Teh dan Desa Promasan |
Jika sudah sampai Medini perjalanan dilanjutkan menuju Promasan. Ada dua jalan yang bisa dilalui, yaitu jalan truk yang agak memutar dan jalan setapak yang melalui hutan. Jalan yang sering dilalui para pendaki adalah jalan setapak. Kira-kira setengah perjalanan kita akan bertemu dengan jalan truk yang akan dilewati hingga desa Promasan.
Sampai di Promasan, desa di tengah perkebunan teh, kita bisa mampir sebentar di Basecamp pendakian di desa tersebut atau bisa juga langsung menuju puncaknya mengikuti petunjuk yang ada.
- Jalur Sidomukti / Jimbaran
Jalur inilah yang kami pilih untuk menuju puncak Gunung Ungaran sekaligus sebagai jalur turun. Kenapa memilih jalur naik dan turun melalui jalur yang sama? Itulah juga yang sedikit saya sesali.
Sebenarnya lebih mengesankan jika jalur naik dan turun melewati jalur yang berbeda. Seperti misalnya dengan naik melalui Jalur Sidomukti dan turun melewati Jalur Gedong Songo sekaligus mandi air panas di kompleks candi tersebut setelah mendaki, namun karena saya membawa motor dan parkir di dekat basecamp Mawar Jalur Sidomukti maka mau tak mau kami pilih saja jalur naik turun yang sama, mengingat lokasi basecamp yang lumayan jauh dari jalan raya ditambah jalan yang menanjak tajam untuk sampai di lokasi parkir.
MENUJU BASECAMP MAWAR (SIDOMUKTI, JIMBARAN)
Sekitar pukul 13.30 saya berangkat dari rumah di Getasan menuju Jimbaran yang berada di Kecamatan Bandungan. Melintasi jalan raya yang cukup ramai karena bertepatan dengan akhir pekan via Salatiga-Ungaran saya akhirnya berhenti dulu di POM Bensin Lemah Abang, Ungaran untuk mengisi bensin. Di seberang POM Bensin tersebut ada satu jalan masuk menuju objek wisata Candi Gedong Songo yang mengarah ke gunung. Jalan itulah yang saya lewati untuk menuju basecamp pendakian.
Dari arah Salatiga menuju Semarang ada petunjuk berupa baliho besar bergambar Candi Gedong Songo di kiri jalan yang mengarahkan menuju beberapa objek wisata disana. Kalau sudah menemukan baliho tersebut belok kiri saja mengikuti jalan utama. Jika sudah sampai Pasar Jimbaran (20’ perjalanan) berarti pintu gerbang menuju basecamp pendakian sudah dekat. Kalau mau ke Candi Gedong Songo tinggal lurus terus saja sekitar 10 km lagi dari Pasar Jimbaran.
Tepat pukul 14.30 saya sampai di gapura menuju objek wisata Umbul Sidomukti tapi Bayu masih dalam perjalanan. Menunggu beberapa saat ternyata di sekitaran gapura tersebut tampak rame banget dengan muda-mudi yang akan menuju objek wisata tersebut. Ada yang berpasangan ada pula yang rombongan, sepertinya ada kegiatan kampus.
Ngomong-ngomong kegiatan, Gunung Ungaran juga digunakan sispala di sekolah saya dulu di SMA 1 Salatiga sebagai lokasi pelantikan Pecinta Alam PLG Jaga Bhumi, tapi saya saat itu belum berkesempatan mengikutinya.
Ngomong-ngomong kegiatan, Gunung Ungaran juga digunakan sispala di sekolah saya dulu di SMA 1 Salatiga sebagai lokasi pelantikan Pecinta Alam PLG Jaga Bhumi, tapi saya saat itu belum berkesempatan mengikutinya.
Bayu yang rumahnya di Sumowono akhirnya datang dari arah barat. Tak berlama-lama lagi karena sudah sore kami pun langsung menuju basecamp pendakian yang letaknya tak jauh dari lokasi Umbul Sidomukti. Kami yang membawa tas carrier besar harus memutar otak agar semua bisa terangkut beserta orangnya di atas motor. Kalau dilihat-lihat saat itu rasanya seperti mengendarai satu motor dengan 4 orang.
Skill mengendarai motor bakalan diuji ketika beban yang dibawa dikombinasikan dengan jalanan sempit yang menanjak curam tanpa henti dengan tikungan tajam tentunya. Beberapa menit beradu dengan tanjakan tanpa ujung akhirnya kami melewati Objek Wisata Umbul Sidomukti yang dari jalan sudah tampak beberapa arena outbond-nya yang menantang, tapi itu lain kali saja mencobanya karena kami masih harus ke atas lagi untuk menuju basecamp pendakian.
Meskipun kami tidak masuk tempat wisata tersebut tapi kami tetap diwajibkan membayar kontribusi masuk sebesar Rp 2.000,-.
Meskipun kami tidak masuk tempat wisata tersebut tapi kami tetap diwajibkan membayar kontribusi masuk sebesar Rp 2.000,-.
Kami pun lanjut dan selang beberapa meter dari loket kontribusi pertama ternyata ada loket lagi. Saya pun bingung untuk kontribusi apa. Di loket kedua kami dihentikan oleh bapak petugas yang langsung menyebutkan “empat ribu mas…”.
Kalau boleh menebak sih kayaknya untuk kontribusi tempat untuk menikmati pemandangan yang memang dari situ terdapat tempat nyaman yang menyajikan pemandangan luas yang menakjubkan atau kalau nggak karena memang ada spot wisata lain di sekitar situ.
Tak apalah ditarik bayaran lagi. Sekalian saja curi-curi pandang melihat pemandangan di kanan kiri sambil menjaga kestabilan motor yang meniti tanjakan yang kadang diselingi tikungan tajam. Sempat hampir terjatuh saat melintasi tanjakannya karena trek yang cukup menguji adrenalin yang tak kunjung habis, tapi untunglah Allah masih melindungi kami.
Sekiranya 20’ perjalanan dari gapura dekat Pasar Jimbaran, akhirnya kami sampai di basecamp pendakian Gunung Ungaran. Tangan yang menahan beban carrir depan belakang yang kadang padangan mata pun tertutup oleh carrier yang membonceng di depan akhirnya terlepas sudah.
Kalau boleh menebak sih kayaknya untuk kontribusi tempat untuk menikmati pemandangan yang memang dari situ terdapat tempat nyaman yang menyajikan pemandangan luas yang menakjubkan atau kalau nggak karena memang ada spot wisata lain di sekitar situ.
Sekiranya 20’ perjalanan dari gapura dekat Pasar Jimbaran, akhirnya kami sampai di basecamp pendakian Gunung Ungaran. Tangan yang menahan beban carrir depan belakang yang kadang padangan mata pun tertutup oleh carrier yang membonceng di depan akhirnya terlepas sudah.
Basecamp yang saya bayangkan berada di sebuah bangunan yang menaungi ternyata salah. Tempat perijinan dan administrasi pendakian berada di satu lokasi dengan parkiran outdoor.
Setelah memarkirkan motor kami pun mengurus perijinan dengan mendata nama dan alamat sekaligus membayar administrasi Rp 3.000,- perorang dan juga Rp 3.000,- lagi sebagai biaya penitipan motor perharinya. Biaya penitipan motor disana terhitung lebih murah dari penitipan di basecamp pendakian gunung-gunung lain yang kebanyakan mematok Rp 5.000,- tapi karena motor di titipkan tanpa ada naungan alias outdoor, jadilah lebih murah. Tapi keamanan saya kira masih bisa dipertanggungjawabkan kok.
Saat perijianan kami juga ditanyai tujuan kami apakah mau kemah di bumi perkemahan yang ada di dekat basecamp yang bernama "Mawar Camping Ground", ke kebun teh, ke Desa Peromasan, atau kah puncaknya. Saya pun langsung menjawab “PUNCAK” sambil agak terheran juga karena ternyata pengunjung yang datang kesana ada beberapa pilihan tempat yang bisa didatangi. Luar biasa…
Saat perijianan kami juga ditanyai tujuan kami apakah mau kemah di bumi perkemahan yang ada di dekat basecamp yang bernama "Mawar Camping Ground", ke kebun teh, ke Desa Peromasan, atau kah puncaknya. Saya pun langsung menjawab “PUNCAK” sambil agak terheran juga karena ternyata pengunjung yang datang kesana ada beberapa pilihan tempat yang bisa didatangi. Luar biasa…
Dari situlah saya mulai menyimpulkan bahwa Gunung Ungaran mulai menjelma sebagai gunung wisata yang kerap didatangi pengunjung dengan berbagai spot menarik sebagai tujuannya. Saya pun makin penasaran megenai trek menuju puncaknya yang katanya sangat terjal, sedangkan dibalik itu Gunung Ungaran mulai berstatus sebagai gunung wisata.
Terkesan kontras sekali gitu ya, tapi coba dibuktikan sendiri dulu deh nanti.
Terkesan kontras sekali gitu ya, tapi coba dibuktikan sendiri dulu deh nanti.
MULAI MENDAKI
Kami pun mulai melangkah menyusuri jalan setapak yang juga sering dilalui penduduk untuk mencari rumput sekaligus melewati lokasi camping ground yang saat itu sudah terisi beberapa tenda. Masih terasa enteng-enteng saja karena masih berupa jalan mendatar belum ada tanjakan.
Melewati tikungan pertama mulai ditemui tanjakan yang cukup curam dengan tanah sebagian lempung yang lumayan licin. Beberapa saat kemudian kami menemui satu sumber air yang mengeluarkan air sangat deras hingga suara semburannya terdengar beberapa meter sebelum sampai di lokasi keberadaannya.
Kami lanjut lagi menyusuri jalan setapak yang mulai didominasi dengan dataran. Sangat istimewa mendaki gunung dengan trek yang sebegitu menyenangkan, sampai-sampai Bayu yang sudah beberapa kali naik gunung itu menjuluki Gunung Ungaran sebagai gunung yang damai karena treknya yang sangat bersahabat. Pos II (Pronojiwo) pun kami lewati tanpa mampir dulu karena dirasa masih belum jauh berjalan.
Tak lama kemudian kami melintasi satu sungai kecil dengan aliran tak terlalu deras dan pastinya berair bening nan dingin. Melewati sungai tersebut, trek datar bersahabat berganti dengan tanjakan curam lagi hingga kami sampai di lokasi jalan berbatu yang cukup lebar dan terdapat beberapa rumah yang berpenghuni. Menakjubkannya lagi di tempat tersebut juga terdapat satu kolam renang berair sejuk yang berasal dari mata air pegunungan. Kami pun memutuskan untuk sekalian Sholat Ashar dulu disitu karena ketersediaan air sangat melimpah untuk berwud.
Melewati tikungan pertama mulai ditemui tanjakan yang cukup curam dengan tanah sebagian lempung yang lumayan licin. Beberapa saat kemudian kami menemui satu sumber air yang mengeluarkan air sangat deras hingga suara semburannya terdengar beberapa meter sebelum sampai di lokasi keberadaannya.
Kami lanjut lagi menyusuri jalan setapak yang mulai didominasi dengan dataran. Sangat istimewa mendaki gunung dengan trek yang sebegitu menyenangkan, sampai-sampai Bayu yang sudah beberapa kali naik gunung itu menjuluki Gunung Ungaran sebagai gunung yang damai karena treknya yang sangat bersahabat. Pos II (Pronojiwo) pun kami lewati tanpa mampir dulu karena dirasa masih belum jauh berjalan.
Tak lama kemudian kami melintasi satu sungai kecil dengan aliran tak terlalu deras dan pastinya berair bening nan dingin. Melewati sungai tersebut, trek datar bersahabat berganti dengan tanjakan curam lagi hingga kami sampai di lokasi jalan berbatu yang cukup lebar dan terdapat beberapa rumah yang berpenghuni. Menakjubkannya lagi di tempat tersebut juga terdapat satu kolam renang berair sejuk yang berasal dari mata air pegunungan. Kami pun memutuskan untuk sekalian Sholat Ashar dulu disitu karena ketersediaan air sangat melimpah untuk berwud.
Sejauh itu saya berkesimpulan bahwa di Gunung Ungaran sangat banyak mata air dalam bentuk tampungan air dari pipa-pipa, aliran sungai, atau berupa kucuran air dari dalam tanah di sisi jalur pendakian. Airnya pun sangat melimpah dan segar sekali. Pantaslah kalau sampai di buat kolam renang di atas gunung seperti itu.
Tapi kalau ketersediaan air di puncak sepertinya belum bisa dipastikan.
Tapi kalau ketersediaan air di puncak sepertinya belum bisa dipastikan.
Setelah kelar, kami lanjut berjalan di trek berbatu yang cukup dilalui sebuah truk. Bisa memang dilalui kendaraan besar seperti truk karena disitu terdapat pertemuan jalur dari arah Boja yang mengangkut hasil perkebunan kopi yang ada di lokasi tersebut.
Selain ada Kebun Teh Promasan ada pula kebun kopinya juga ternyata. Setelah area kebun kopi itu kami lewati, barulah penampakan keberadaan kebun teh mulai terlihat. Kami berbelok ke kiri karena kalau lurus nanti bakal sampai di Desa Promasan. Kami rencanakan mampir desa tersebut keesokan hari saja setelah dari puncak.
Sepuluh menit berjalan kami menemui pertigaan yang mengarahkan menuju puncak. Daaannnn, inilah yang ditunggu. Trek gunung sebenarnya yang sangat terjal akan kami lewati. Membayangkan betapa enaknya trek landai yang kami lewati di awal pendakian tadi rasanya tidak percaya kalau ternyata trek terakhir menuju puncaknya begitu sangat terjal dengan pepohonan tumbang disana-sini yang menghalangi jalur pendakian, hingga bebatuan berlumut yang tentunya licin yang kerap memlesetkan jika diinjak. Mengingat trek Gunung Sindoro dan Sumbing yang termasuk yang cukup sulit dilalui dengan kesulitannya masing-masing, ternyata masih ada trek yang lebih susah lagi yaitu di penghabisan menuju puncak Gunung Ungaran.
terjal hampir vertikal |
tangan dan kaki harus bekerja |
Langit tampak cerah dengan semburat kemerahan tanda matahari akan segera tenggelam. Senja mulai menampakkan tanda-tandanya hendak berganti menjadi malam. Rasanya momen sunset bakalan terlewat karena kami belum mencapai puncaknya apalagi posisi kami saat itu tidak memungkinkan karena masih terhalang punggungan.
Namun awan kemerahan yang cukup eksotis agaknya sedikit menghibur kami di detik-detik mencapai puncak Gunung Ungaran.
Mendekati puncaknya, bebatuan super besar menghiasi sisi kanan kiri jalur pendakian. Beberapa puncak palsu turut memotifasi kami untuk segera melewatinya walau kadang membuat jengkel juga karena beberapa kali sempat mengira kalau itu adalah puncak tertingginya.
Namun awan kemerahan yang cukup eksotis agaknya sedikit menghibur kami di detik-detik mencapai puncak Gunung Ungaran.
Mendekati puncaknya, bebatuan super besar menghiasi sisi kanan kiri jalur pendakian. Beberapa puncak palsu turut memotifasi kami untuk segera melewatinya walau kadang membuat jengkel juga karena beberapa kali sempat mengira kalau itu adalah puncak tertingginya.
Tepat pukul 18.00 akhirnya kami sampai di dataran dengan beberapa tugu Banteng Rider yang berdiri plus tiang bendera, sepertinya sering digunakan untuk upacara.
Di puncak saat itu masih sepi, kami pun memilih-memilih lokasi yang tepat untuk mendirikan tenda. Kami agak berjalan turun sedikit dan menemukan satu tenda yang sudah berdiri. Kami pun mendirikan tenda di dekatnya.
Di puncak saat itu masih sepi, kami pun memilih-memilih lokasi yang tepat untuk mendirikan tenda. Kami agak berjalan turun sedikit dan menemukan satu tenda yang sudah berdiri. Kami pun mendirikan tenda di dekatnya.
Masih terlalu awal sepertinya untuk sampai di puncak di jam segitu. Biasanya sih pendaki-pendaki memulai start pendakian pada malam hari atau bahkan dini hari.
Kami segera mendirikan tenda dan beres-beres lalu sholat.
Kami segera mendirikan tenda dan beres-beres lalu sholat.
Malam saat itu dihiasi dengan sesekali gerimis hingga masuk ke dalam tenda kami yang tidak ber-fly sheet. Kami pun segera tidur usai menyantap makan malam yang cukup mengenyangkan.
Dini hari sekitar jam 1 an saya terbangun karena rasa kebelet yang sudah di ujung tanduk. Saya pun keluar tenda. Bayu ternyata juga ikut bangun lalu keluar melihat kondisi puncak. Saya kemudian menyusulnya ke puncak dan ternyata sudah beberapa tenda memenuhi puncaknya.
Pemandangan sekitar puncak saat itu sangat luas terbentang dengan gemerlapannya lampu Kota Semarang yang tampak padat sekali. Hanya baru itu saja yang bisa dinikmati di dini hari yang cukup dingin itu, kami pun memutuskan balik ke tenda dan tidur lagi menanti sunrise.
Pemandangan sekitar puncak saat itu sangat luas terbentang dengan gemerlapannya lampu Kota Semarang yang tampak padat sekali. Hanya baru itu saja yang bisa dinikmati di dini hari yang cukup dingin itu, kami pun memutuskan balik ke tenda dan tidur lagi menanti sunrise.
Pukul 5 pagi setelah sholat Shubuh kami kembali ke puncaknya untuk berburu sunrise, ternyata puncak makin ramai dengan tenda-tenda dan pendaki dengan kerjaannya masing-masing. Ada yang baru mendirikan tenda, ada yang tiduran, ada yang masak-masak, ada pula yang siap-siap dengan kameranya mengarah ke ufuk timur bersiap membidik kemunculan sang mentari.
Tak berapa lama semburat langit mulai menunjukkan gradasi kemerahannya tanda sun mulai rise.
pendaki memenuhi puncak |
sunrise yang cukup hangat |
Merapi tampak dibalik Merbabu |
sunrise cantik |
awan kelam mulai menutupi matahari |
Cuaca saat itu terasa kurang josss karena kabut sedikit menghalangi pemandangan. Sebenarnya sih kalau benar-benar cerah bakalan kelihatan luar biasa banget view-nya, termasuk Laut Jawa pun akan nampak indah menghiasi luasnya pemandangan di puncaknya.
Dari peta yang diberi saat perijinan kami tahu bahwa Gunung Ungaran memiliki beberapa puncak. Bahkan sebelum diberi peta tersebut saya pun sudah mengetahuinya, karena dari rumah saya pun kelihatan kalau gunung tersebut ada sekiranya tiga puncak. Namun di peta hanya dua puncak saja yang digambar. Berarti pula dua puncak itulah yang paling umum didatangi. Puncak-puncak tersebut antara lain puncak tertingginya yang saat itu kami pijakkan berada di ketinggian 2.050 mdpl dan Puncak Botak di sisi barat dayanya yang tampak dekat dari puncak tertinggi.
Dari namanya saja Puncak Botak sudah bisa dibayangkan bagaimana bentuknya.
Apakah botak licin kayak kepala Om Dedd* Corb**ier?
Apakah botak licin kayak kepala Om Dedd* Corb**ier?
Tentunya gak selicin itu lah ya… *-*
Beginilah bentuknya...
Beginilah bentuknya...
Puncak Botak tampak terbuka tanpa pepohonan yang tumbuh kecuali sabana hijau yang ada di permukaannya. Kayaknya bakalan asik kalau sampai di atasnya dan guling-gulingan terus dada-dada sama pendaki lain di puncak satunya.
Wah, saya dan Bayu jadi pengen menyambanginya secara langsung. Kami pun balik ke tenda untuk membawa tas dan barang-barang seperlunya lalu menutup tenda. Mulailah kami mencari keberadaan Puncak Botak yang terlihat sangat eksotis penuh sabana hijau.
Kami menyusuri trek searah dengan jalur turun ke Candi Gedong Songo sampai masuk ke hutan-hutan. Tapi semakin lama rasanya makin gak jelas jalur yang kami lewati, apalagi puncak yang mau kita datangi makin nggak kelihatan. Jadilah kami balik arah dan kembali ke jalur yang benar.
Sampai di jalur Menuju Ke Gedong Songo lagi kami lalu mengikuti saja jalur utama itu. Di peta sih kayaknya belok di perempatan jalur. Tapi kami sudah berjalan lumayan jauh tapi belum juga ketemu perempatan.
Saya lalu meneruskan pencarian sendiri dan Bayu menunggu di trek utama. Menyusuri semak beberapa meter ke depan saya juga tak menemukan tanda atau petunjuk mengarah ke Puncak Botak. Langit makin mendung saja nih, saya yang berjalan sendiri di semak-semak jadi agak sedikit merinding. Saya pun memutuskan balik keTKP tempat Bayu menunggu tadi.
Saya lalu meneruskan pencarian sendiri dan Bayu menunggu di trek utama. Menyusuri semak beberapa meter ke depan saya juga tak menemukan tanda atau petunjuk mengarah ke Puncak Botak. Langit makin mendung saja nih, saya yang berjalan sendiri di semak-semak jadi agak sedikit merinding. Saya pun memutuskan balik ke
Yah, apa boleh buat…
Puncak kedua yang menjadi incaran kami saat itu belum ketemu. Saat berjalan naik lagi menuju tenda, kami berpapasan dengan rombongan pendaki yang hendak turun melalui Jalur Gedong Songo. Kami pun menanyai mereka mengenai keberadaan Puncak Botak, tapi tak satu pun dari mereka yang mengetahui. Malah kami disuruh menelusurinya lagi sampai ketemu. #wew
Kayaknya memang belum banyak yang kesana kali ya, pas di puncak utama saja kami melihat Puncak Botak tak ada seorang pun yang ada di atasnya. Padahal di Puncak Botak bisa lihat ke barat arah Gunung Sumbing, Sindoro, Prau, Selamet secara bebas lho.... *-*
Puncak kedua yang menjadi incaran kami saat itu belum ketemu. Saat berjalan naik lagi menuju tenda, kami berpapasan dengan rombongan pendaki yang hendak turun melalui Jalur Gedong Songo. Kami pun menanyai mereka mengenai keberadaan Puncak Botak, tapi tak satu pun dari mereka yang mengetahui. Malah kami disuruh menelusurinya lagi sampai ketemu. #wew
Kayaknya memang belum banyak yang kesana kali ya, pas di puncak utama saja kami melihat Puncak Botak tak ada seorang pun yang ada di atasnya. Padahal di Puncak Botak bisa lihat ke barat arah Gunung Sumbing, Sindoro, Prau, Selamet secara bebas lho.... *-*
Lain kali mungkin yaa ke Puncak Botaknya.
Ngumpulin informasi dulu…
Ngumpulin informasi dulu…
Insyaallah juga pengen kesana lagi lewat jalur lain.
Sampai di tenda kami langsung beres-beres dan siap turun. Cuaca makin siang makin cerah saja. Gak seperti paginya yang agak mendung.
Kami pun turun seiring dengan makin sepinya pendaki-pendaki di puncak. Menyusuri bebatuan terjal dan berlumut seperti kemarin, kami sangat dibuat hati-hati sekali karena trek turun rasanya makin menguras tenaga dan pikiran untuk menentukan pijakan mana yang tepat agar nggak kepeleset dan kebentur batu.
Ngaak kebayaang deh gunung yang tengah mulai berpredikat sebagai gunung wisata seperti itu ternyata menyimpan trek pendakian menuju puncaknya yang teramat terjal.
KEBUN TEH PROMASAN
Sampai juga akhirnya kami di kebun Teh Promasan yang terhampar sangat luas. Kami yang berencana mengunjungi desa kecil di tengah kebun itu mengambil arah ke kiri mengikuti jalan di tengah kebun. Ada hal yang menarik saat kami sampai di perkebunan itu, yaitu dengan adanya ibu-ibu pemetik teh yang tengah sibuk menjumputi pucuk-pucuk dedaunan yang hijau segar itu. Saya pun tertarik untuk menjepret aktifitas mereka.
Tak sopan rasanya kalau mengambil foto orang tanpa ijin. Biar ekspresinya lebih dapet dan ibu-ibunya siap difoto, saya pun minta ijin dulu sebelum memotret mereka, tapi biar saja tetap dengan aktifitasnya.
Salah satu ibu tampak senang mau saya foto. Tapi kayaknya seorang ibu pemetik teh yang lain memberi satu syarat nih….
Tak sopan rasanya kalau mengambil foto orang tanpa ijin. Biar ekspresinya lebih dapet dan ibu-ibunya siap difoto, saya pun minta ijin dulu sebelum memotret mereka, tapi biar saja tetap dengan aktifitasnya.
Salah satu ibu tampak senang mau saya foto. Tapi kayaknya seorang ibu pemetik teh yang lain memberi satu syarat nih….
“Tapi bayar lho mas..!!! Pake permen saja nggak papa…” kata salah satu ibu pemetik teh.
Yah begitulah candaan seorang ibu pemetik teh di sela aktifitasnya. Tapi kebetulan saya punya sebungkus permen mint yang baru sebagian saya makan. Kebetulan pula ada dua anak kecil yang tak lain anak salah satu ibu tadi. Yah itung-itung sudah menjadi model foto dan sebagai sedikit balasannya sebungkus permen dan coklat saya beri pada dua anak pemetik teh yang tampak malu-malu itu.
Usai foto-foto dengan para pemetik teh, kami bergegas menuju spot menarik selanjutnya yaitu Goa Jepang yang berdekaatan dengan Desa Promasan. Sebenarnya sih mau ke goa dulu baru ke desa, tapi karena lokasi goa yang agak tersembunyi di rerimbunan perkebunan teh, kami putuskan untuk mengunjungi Desa Peromasan dulu sekalian bertanya lokasi tepatnya Goa Jepang berada. Sampai di desa tersebut, tempat yang kami datangi pertama kali adalah Candi Promasan yang berada di pinggir desa.
Saya kira sih memang ada situs candi peninggalan kerajaan apa gitu, tapi setelah sampai di lokasi saya tidak menemukan apa yang saya bayangkan. Yang saya temukan malah satu plakat yang bertuliskan Pemandian Candi Peromasan. Memang yang menonjol adalah pemandiannya yang berair jernih dan dingin. Pas banget sehabis panas-panasan trekking di tengah kebun terus bisa ketemu sumber air mengucur deras seperti itu. Pemandian tersebut diskralkan oleh penduduk setempat terbukti dengan adanya sesaji di beberapa sudutnya.
Pemandian Candi Promasan |
segerrr banget... |
tempat sakral |
Usai menyegarkan diri di pemandian dan istirahat sebentar, kami lanjut untuk ke tengah desa dan menanyakan keberadaan Goa Jepang. Sempat bertanya pada seorang anak berusia sekitar 13an tahun tapi penjelasannya malah bikin saya bingung, ganti narasumber kami bertanya pada seorang nenek yang memberikan penjelasan cukup gamblang. Ternyata cukup mudah dijangkau dari Desa Promasan. Tinggal naik di jalan sempit tengah pepohonan teh lalu belok kiri saja.
Akhirnya ketemu juga yang dicari. Sebuah goa dengan pintu tak terlau besar yang rimbun ditumbuhi rumput liar di sekitar. Untuk masuk saja kami harus pikir-pikir dulu karena saking gelapnya ditambah senter kami yang tinggal seemprit daya yang tersisa karena sudah dipakai untuk muncak semalam.
Dengan bekal senter yang agak sedikit redup kami berdua memberanikan diri memasuki goa yang sepertinya tidak terlalu dalam. Awalnya sih masuk dengan merunduk, tapi makin dalam tenyata cukup tinggi kok permukaannya. Saat di dalam yang kami rasakan adalah hawa dingin dan pengap plus tanah yang sedikit becek. Sampai di ujung liang ternyata bukan segitu saja yang bisa kami telusuri. Masih banyak ruangan-ruangan bersekat yang dibuat mungkin dari hasil kerja paksa penduduk pribumi. Berbelok ke kiri kami makin menemukan banyak ruang-ruang yang cukup luas untuk berlindung tapi makin ke dalam kami semakin merinding dan memutuskan untuk keluar saja dari pada terperangkap dalam ruang-ruang gelap dengan senter yang tak menjamin keselamatan.
Kami langsung saja melanjutkan perjalanan untuk turun karena sepertinya kabut mulai bergejolak hendak menurunkan hujannya.
PEMANDANGAN DI PUNCAK GUNUNG UNGARAN
Puncak Botak, Sumbing, Sindoro, dan Gunung Prau Dieng |
Sindoro dan Gunung Prau |
gunung-gunung tetangga di kejauhan |
di puncak saat agak siang |
salah satu tugu Banteng Raiders |
Merapi, Merbabu, Andong, Telomoyo, Gajah Mungkur, dan Rawa Pening |
para pendaki yang sedang menikmati pemandangan di puncak |
Kebun teh dari puncak |
TERJAL & LICINYA JALUR PENDAKIAN Mt. UNGARAN
PEMANDANGAN SAAT TURUN GUNUNG UNGARAN
KEBUN TEH DAN DESA PROMASAN
menuju Desa Promasan |
para pemetik teh di hamparan teh |
trekking di tengah kebun teh |
hijau, hijau, hijau |
tepat di bawah puncak |
Desa Promasan dari jauh |
sudah dekat |
makam di rerimbunan pohon |
TIME TABLE PENDAKIAN KAMI DI GUNUNG UNGARAN
Perpindahan
|
Waktu
|
Lama
|
Gapura Jimbaran – Basecamp Mawar
|
14-40 – 15-00
|
20 menit
|
Basecamp – Pos II (Pronojiwo)
|
15.05 – 15.45
|
40 menit
|
Pos II – Kolam Renang
|
15.45 – 15.55
|
10 menit
|
Kolam Renang – Kebun Teh
|
16.15 – 16.35
|
20 menit
|
Kebun Teh – Pertigaan menuju puncak
|
16.35 – 16 50
|
15 menit
|
Pertigaan - Puncak
|
16.50 – 17.50
|
1 jam
|
TOTAL
|
2 jam 45 menit
| |
Puncak – Kebun Teh
|
8.00 – 9.00
|
1 jam
|
Kebun Teh – Desa Promasan
|
9.20 – 9.50
|
30 menit
|
Desa Promasan – Goa Jepang
|
10.20 – 10.25
|
5 menit
|
Goa Jepang – Kolam Renang
|
10.40 – 11.15
|
35 menit
|
Kolam Renang – Basecamp Mawar
|
11.20 – 12.00
|
40 menit
|
TOTAL
|
2 jam 50 menit
|
*semua foto adalah dokumentasi pribadi
brooo broo boleh PM no hapenya gak broo mau tanya-tanya tentang gunung yang satu ini donk, rencana nya saya juga mau kesana broo Akhir September nanti.
BalasHapusimel ya bro ke tri.prajoko21@gmail.com
thanks bro :)
Oke bro... Cek email
BalasHapuswah kumplit mantap, bikin pingin, cumn belum pernah mendaki ato ikut mapala. cuman sekarang kok perasaan jadi suka banget ma alam terutama gunung, boleh contact2an via mail bro
BalasHapusBoleh2... ardiyantaa@gmail.com
Hapuswah gilaa .. cepat sekalee . ak aj naik dari mawar ampe puncak ber2 4jam setengah .. wew .. joss (y)
BalasHapusCepat atau lambatnya mendaki bkan yg utama kok mas... Yg penting bisa menikmati pendakian dan bertanggung jwb
HapusSaya kemaren abis dari sini...:D
BalasHapusSaya jg abis kesana lagi mbk... Okt akhir kmren...
HapusTapi sayang dptnya kabut tebel n malemnya keujanan...
http://ardiyantaa.blogspot.com/2013/11/gunung-ungaran-edisi-berkabut_11.html?spref=tw
jadi kangen ama ungaran..
BalasHapusdulu saat SMA sering ksini nih,, terakhir sekitar setahun lalu ksini tapi udah gag sekuat dulu,, keser2 vian jimbaran-puncak-gdong songo,, sampai gdong songo kaya lumpuh gag bisa jalan..
hha..
tapi aku salut banget ama time table-nya..
gag ada 3 jam nyampe puncak..
terakhir aku dari mawar jam 8 malem nympe puncak jam 7 pagi..
:-D
soale nginep semaleman di pertigaan..
fisiknya udah loyo..
hha..
:-D
salam rimba ..
Yg penting semangat masih membara kakak...
HapusTapi puas kan sama perjuangannya, capeknya terbayar impas
salam kenal
keren bang foto2nya................
BalasHapusSALAM KENAL....
makasih masbro...
BalasHapussalam kenal juga
banyak warung makan deket basecamp g kak?
BalasHapusAda 2 warung kayaknya mbk... Santai lah... Di umbul sidomukti jg ada kuliner2
Hapusdari jimbaran ke basecamp ada angkutannya?
BalasHapuscuman Ojek
BalasHapusfotonya kereeennn, pake camera tipe apa ini?
BalasHapusmakasi mbk... pake dslr canon
BalasHapusmasbro,lewat jalur pendakian mana ini?
BalasHapusklo misal lwat jimbaran .nanti lwt kebon teh gak?
thx
Ini lewat jimbaran sidomukti....
HapusBisa ketemu kebun teh
itu kebun teh medini apa bukan bro?
Hapustrs nanti lwt goa jepang/Promasan gak?
Kebun teh promasan... Otomatis bisa ke goa jepang jg
BalasHapusKeren mas bro.
BalasHapusInsya allah minggu ini akan kesana, untuk lebih ideal dr jimbaran jam berapa ?
biar malam sudah sampe puncak unggaran.
Salam kenal mas
dari jimbaran abis Magrib masih bisa lah...
Hapusntar sampe puncak pas tngah malam...
tinggal nunggu sebentar udah sunrise aja...
ijin share mas
BalasHapusdengan senang hati....
HapusLuar biasa petualangannya..jadi pengen kesana..
BalasHapusmonggo mas...
HapusAne jg mau ksana besok siang bos
BalasHapusminta pin boleh mas? buat tanya*, pengen kesana tp blm punya pengalaman mendaki
BalasHapusboleh2... 7DDDA1CF
Hapuslagi nyari referensi tetang ungaran kok nongol nama q ya,,, silidik punya selidik ternyata namanya emang sama,, cuman lain orangany,,, matep om sangat membantu,,,, nama sama,hobi sama pula,,, salam dari KARANGANYAR
BalasHapushehe... kebetulan hampir sama... sip selamat mendaki gunung ungaran...
Hapusbagus banget pemandangannya... jadi keinget pas kesana tahun baru 2013 lalu. dah lama banget, hehe...
BalasHapussippp...!!!
Hapusijin copas kak
BalasHapusmonggo silahkan... sumbernya jangan lupa disertakan...
Hapusmas admin, kira2 lw bwt yg awam naik gnung gmna??
BalasHapuspngen ksna, pi g pnya pnglman naik gnung..
hehe
Awal pendakian Gunung Ungaran memang mudah dan datar-datar saja, tapi trek sebelum puncak tergolong ekstrim untuk pemula. Nggak papa sih buat pemula asal ngajak temen yg udah pengalaman buat ngasih arahan...
Hapusiya sih Mas, rencanany ada teman yg berpengalaman jg..
Hapuscma ttp ngrasa g pede ma dri sndri, soalny sy termasuk orng yg pnya alergi sama dngin..
hehe
wahhh... kumplit infonya nih. jadi pengen daki ungaran, saya orang semarang malah belum pernah nanjak ungaran sama sekali :( kalo ada jadwal ke ungaran, boleh dong mas ajak2. trims.
BalasHapusThx mbak....
HapusBoleh2
disana ada tempat penyewaan perlengkapan camping g?
BalasHapusKlo itu sy krg tau mas
Hapusklo cmn di basecamp mawar lengkap. dari tenda dkk, warung makan, bhkan kayu buat apiunggun...lengkap
Hapuskeren ini foto2 nya, informatif pula cerita perjalanannya :)
BalasHapusJadi semangat weekend ini kesana, bro
Thx Mas... Hati'
Hapussalam , saya dari Malaysia , ada cita2 utk ke semarang dan seterusnya berpetualang ke G Unggaran....bisa ada yg sudi jadi guidenya....bisa reply ikut FB : Nor Thahar
BalasHapusSaya sekarang sudah tidak tinggal di Jawa, tapi di Sulawesi jadi tidak bisa jadi guide.
HapusAkses jalan cukup mudah kok, selain itu ramai juga pendaki-pendaki.
Nanti saya add fb nya
silahkan pak thaha contact di email saya djokoher2013@gmail.com mungkin saya bisa bantu kalo mau naik ke ungaran
HapusPeralatan Gunung PWT
BalasHapushttps://peralatangunungpwt.wordpress.com/
...hati hati, jalur pendakian lewat gedong songo khususnya daerah semak semak sebelum mendaki puncak botak kalau musim penghujan banyak binatang pacet, solusinya bawalah lotion penolak nyamuk atau air tembakau agar pacet tidak mau menggigit, dan juga bawalah hansaplast atau betadin untuk menutup luka gigitan pacet agar tidak infeksi
BalasHapus...teman teman, lewat komen ini aku himbau kepada teman teman setiap kali naik gunung pakailah masker, terutama saat melewati jalur pendakian yang banyak pacetnya, karena ada sebuah pengalaman dari teman saya yang hidungnya kemasukan pacet, mengeluarkannya sangat susah sekali harus melalui pertolongan dokter, dan juga kalau mengambil air di gunung apabila akan diminum usahakan di cek terlebih dahulu, siapa tahu kemasukan pacet atau mungkin malah lintah, bisa berakibat fatal ( ini berdasarkan pengalaman ). Trims
BalasHapusUntuk mencapai Puncak Botak, setahu saya memang harus menerabas hutan, lalu belukar dan padang alang-alang dari Puncak Ungaran. Di atas Puncak Botak juga ada tugunya. Bila tidak membawa kendaraan di Promasan, sebenarnya akan lebih mudah dilanjut turun via Candi Gedongsongo karena ada treknya, meskipun tak terlalu jelas... Salam Lestari.
BalasHapussalam lestari mas, wah thanks infonya...
HapusUdah 2020 dan saya baru baca artikel ini. Detail & bagus banget! Kangen naik gunung, semoga pandemi segera berlalu.
BalasHapusArdiyanta juga sering unggah konten ttg pendakian di Instagram nggak? Kalo iya aku mau folo