Gunung Ungaran "Antara Gunung Wisata dan Gunung Sebenarnya"



Masih belum banyak yang akrab sepertinya dengan gunung yang berada di Povinsi Jawa Tengah yang satu ini. Mungkin lebih akrabnya dengan Ungaran-nya saja.
Yap, Ungaran merupakan sebuah daerah yang masuk dalam wilayah administrasi Kab. Semarang sekaligus menjadi ibukota kabupaten tersebut. Tapi siapa sangka, nama daerah tersebut juga disandangkan pada sebuah gunung berketinggian 2.050 mdpl yang juga berada tak jauh dari pusat kota. Memang sih tidak termasuk gunung yang memiliki ketinggian yang mumpuni, tapi jangan salah sangka dulu. Faktanya gunung ini termasuk gunung yang berada lumayan dekat dengan Kota Semarang yang notabene adalah kota di pesisir sehingga menandakan bahwa start pendakian juga terhitung masih di ketinggian yang rendah.

Telomoyo (kiri) dan Gunung Ungaran (kanan)

Bicara masalah start pendakian, pernah dengar nggak mengenai Objek Wisata Umbul Sidomukti???
Objek wisata tersebut terkenal dengan wisata out bound-nya yang menantang dan memacu adrenalin, salah satunya yaitu flying fox dan susur jaring-jaring yang terhitung sangat ekstrim karena berada di atas jurang yang amat dalam. 
Objek wisata ini dibuat sedemikian rupa dengan segala pertimbangan termasuk penentuan lokasi yang tepat untuk menciptakan satu kawasan wisata yang lain dari yang lain, selain itu juga dilengkapi dengan wisata kuliner dan akomodasi yang juga asik tentunya karena udaranya yang sangat sejuk dengan pemandangan yang lumayan ajib. 

Di sekitaran objek wisata tersebut juga sekarang mulai ramai dengan adanya camping ground yang disediakan pengelola untuk pengunjung yang ingin menikmati keindahan panorama alam yang menghadap terbitnya matahari dan juga Kota Semarang yang jika dinikmati saat malam hari akan terasa apik dengan gemerlap lampu-lampu riuh kotanya.

Paket lengkap objek wisata tersebut lokasinya tak lain berada di lereng gunung yang sedang diulas di postingan kali ini. Saya kira kebanyakan pengunjung lebih familiar dengan objek-objek wisata tersebut ketimbang gunung yang menaunginya, bahkan mungkin tidak tahu malah kalau lokasi rangkaian objek wisata tersebut berada di lereng Gunung Ungaran.

Sepertinya perlu dipromosikan lagi nih mengenai keberadaan gunung tersebut di kalangan pendaki-pendaki, karena dibalik ketinggiannya yang tak sebanding dengan gunung-gunung tetangganya yang hampir semuanya berada di atas 3.000an mdpl seperti Merbabu, Sindoro, Sumbing, dkk; Gunung Ungaran ternyata memiliki trek yang lumayan menguras tenaga dan kewaspadaan karena keterjalan dan licinnya medan. Hal itu didukung dengan cerita pendaki-pendaki yang menceritakan pengalamannya mendaki gunung tersebut di blognya.

Tak hanya itu saja yang menjadi daya tarik di gunung unik tersebut, masih ada Desa Promasan yang merupakan desa kecil yang mulai menjadi desa wisata yang lokasinya berada di bawah puncak Gunung Ungaran. Desa itu dihuni beberapa kepala keluarga yang sebagian besar sehari-harinya bekerja sebagai pemetik teh, dan memang keberadaan desa kecil itu di tengah-tengah hamparan perkebunan teh yang luas. Tak jauh dari desa juga terdapat satu lagi spot menarik yang harus didatangi karena nilai sejarahnya yaitu Goa Jepang.


 tampak Desa Promasan dari depan Goa Jepang dan
Karena itu pula saya tertarik untuk menjajal menapakkan kaki di terjalnya gunung tersebut dengan salah satu teman mendaki yang akhir-akhir ini sering naik gunung bareng yaitu Bayu.
Hari itu tepatnya Sabtu, 15 Juni 2013 yang akhirnya dipilih sebagai hari yang cocok untuk mendaki Gunung Ungaran. Selain untuk berburu keindahan di gunung tersebut, saya juga memanfaatkan momen pendakian kali itu sebagai pemanasan sebelum mendaki Semeru bareng STAPALA STAN tanggal 22 nya.

JALUR PENDAKIAN

Sekiranya ada tiga jalur pendakian yang bisa dilewati pendaki yang hendak menuju puncak Gunung Ungaran. Dua jalur yang tak terlalu jauh terpisah adalah Jalur Gedong Songo dan Jalur Sidomukti (Jimbaran) yang sama-sama berada di satu jalur kawasan wisata Bandungan-Sumowono. Jalur yang lain berada di sebelah utara yaitu Jalur di Boja.

  •   Jalur Gedong Songo

Objek wisata di lereng Gunung Ungaran tak hanya ada di Jalur Jimbaran saja, di satu jalur pendakian yang lain pun ada, yaitu Jalur Gedong Songo.
Gedong Songo sebenarnya merupakan sebuah kompleks situs candi yang dari namanya kita sudah bisa menebak kalau jumlah candinya ada 9 namun kini kita hanya bisa menikmati hanya 5 candi saja yang masih utuh. 
Letaknya di lereng Gunung Ungaran, pada koordinat 110°20’27” BT dan 07°14’3” LS di desa Darum, Kelurahan Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah.
Keistimewaan candi tersebut adalah lokasinya tiap candi yang berada terpisah satu sama lain yang menuntut pengunjung untuk trekking dulu melalui jalanan menanjak khas pegunungan untuk melihat satu per satu candinya.
Bisa dicapai melalui rute Kota Ungaran – Bandungan – Gedong Songo dengan waktu tempuh 1 jam perjalanan. Apabila dari Yogyakarta bisa melalui Kota Ambarawa (Tugu Palagan Ambarawa) – Bandungan – Gedong Songo, waktu perjalanan sekitar 2 jam.

Detail trek di jalur ini mungkin baru bisa saya ceritakan kalau sudah melewatinya sendiri kali ya, soalnya bukan jalur ini yang kami lewati di pendakian beberapa waktu yang lalu.

  •  Jalur Medini

Jalur pendakian ini ada di sisi utara Gunung Ungaran melewati bumi perkemahan GonoharjoKecamatan Boja, Kabupaten kendal. Akses ke Gonoharjo salah satunya bisa dicapai menggunakan angkutan umum, jika dimulai dari Kota Semarang bisa dengan bus kecil jurusan Boja turun di pertigaan yang menuju Gonoharjo dan Kendal lalu lanjut angkutan pedesaan sampai ke desa Gonoharjo. Diteruskan dengan jalan kaki atau ojek sampai di bumi perkemahannya. Lebih mudah lagi kalau pakai kendaraan pribadi, bisa langsung menuju Desa Medini bahkan sampai di Promasan dengan melewati jalan batu yang biasa dilewati truk pengangkut teh.


Kebun Teh dan Desa Promasan

Jika sudah sampai Medini perjalanan dilanjutkan menuju Promasan. Ada dua jalan yang  bisa dilalui, yaitu jalan truk yang agak memutar dan jalan setapak yang melalui hutan. Jalan yang sering dilalui para pendaki adalah jalan setapak. Kira-kira setengah perjalanan kita akan bertemu dengan jalan truk yang akan dilewati hingga desa Promasan.

Sampai di Promasan, desa di tengah perkebunan teh, kita bisa mampir sebentar di Basecamp pendakian  di desa tersebut atau bisa juga langsung menuju puncaknya mengikuti petunjuk yang ada. 



basecamp di Desa Promasan

  •  Jalur Sidomukti / Jimbaran

Jalur inilah yang kami pilih untuk menuju puncak Gunung Ungaran sekaligus sebagai jalur turun. Kenapa memilih jalur naik dan turun melalui jalur yang sama? 
Itulah juga yang sedikit saya sesali. 
Sebenarnya lebih mengesankan jika jalur naik dan turun melewati jalur yang berbeda. Seperti misalnya dengan naik melalui Jalur Sidomukti dan turun melewati Jalur Gedong Songo sekaligus mandi air panas di kompleks candi tersebut setelah mendaki, namun karena saya membawa motor dan parkir di dekat basecamp Mawar Jalur Sidomukti maka mau tak mau kami pilih saja jalur naik turun yang sama, mengingat lokasi basecamp yang lumayan jauh dari jalan raya ditambah jalan yang menanjak tajam untuk sampai di lokasi parkir.

Peta Jalur Pendakian Gunung Ungaran via Sidomukti

MENUJU BASECAMP MAWAR (SIDOMUKTI, JIMBARAN)

Sekitar pukul 13.30 saya berangkat dari rumah di Getasan menuju Jimbaran yang berada di Kecamatan Bandungan. Melintasi jalan raya yang cukup ramai karena bertepatan dengan akhir pekan via Salatiga-Ungaran saya akhirnya berhenti dulu di POM Bensin Lemah Abang, Ungaran untuk mengisi bensin. Di seberang POM Bensin tersebut ada satu jalan masuk menuju objek wisata Candi Gedong Songo yang mengarah ke gunung. Jalan itulah yang saya lewati untuk menuju basecamp pendakian.

Dari arah Salatiga menuju Semarang ada petunjuk berupa baliho besar bergambar Candi Gedong Songo di kiri jalan yang mengarahkan menuju beberapa objek wisata disana. Kalau sudah menemukan baliho tersebut belok kiri saja mengikuti jalan utama. Jika sudah sampai Pasar Jimbaran (20’ perjalanan) berarti pintu gerbang menuju basecamp pendakian sudah dekat. Kalau mau ke Candi Gedong Songo tinggal lurus terus saja sekitar 10 km lagi dari Pasar Jimbaran.

Tepat pukul 14.30 saya sampai di gapura menuju objek wisata Umbul Sidomukti tapi Bayu masih dalam perjalanan. Menunggu beberapa saat ternyata di sekitaran gapura tersebut tampak rame banget dengan muda-mudi yang akan menuju objek wisata tersebut. Ada yang berpasangan ada pula yang rombongan, sepertinya ada kegiatan kampus. 
Ngomong-ngomong kegiatan, Gunung Ungaran juga digunakan sispala di sekolah saya dulu di SMA 1 Salatiga sebagai lokasi pelantikan Pecinta Alam PLG Jaga Bhumi, tapi saya saat itu belum berkesempatan mengikutinya. 

Bayu yang rumahnya di Sumowono akhirnya datang dari arah barat. Tak berlama-lama lagi karena sudah sore kami pun langsung menuju basecamp pendakian yang letaknya tak jauh dari lokasi Umbul Sidomukti. Kami yang membawa tas carrier besar harus memutar otak agar semua bisa terangkut beserta orangnya di atas motor. Kalau dilihat-lihat saat itu rasanya seperti mengendarai satu motor dengan 4 orang.

Skill mengendarai motor bakalan diuji ketika beban yang dibawa dikombinasikan dengan jalanan sempit yang menanjak curam tanpa henti dengan tikungan tajam tentunya. Beberapa menit beradu dengan tanjakan tanpa ujung akhirnya kami melewati Objek Wisata Umbul Sidomukti yang dari jalan sudah tampak beberapa arena outbond-nya yang menantang, tapi itu lain kali saja mencobanya karena kami masih harus ke atas lagi untuk menuju basecamp pendakian. 
Meskipun kami tidak masuk tempat wisata tersebut tapi kami tetap diwajibkan membayar kontribusi masuk sebesar Rp 2.000,-.

Kami pun lanjut dan selang beberapa meter dari loket kontribusi pertama ternyata ada loket lagi. Saya pun bingung untuk kontribusi apa. Di loket kedua kami dihentikan oleh bapak petugas yang langsung menyebutkan “empat ribu mas…”. 
Kalau boleh menebak sih kayaknya untuk kontribusi tempat untuk menikmati pemandangan yang memang dari situ terdapat tempat nyaman yang menyajikan pemandangan luas yang menakjubkan atau kalau nggak karena memang ada spot wisata lain di sekitar situ. 


Tak apalah ditarik bayaran lagi. Sekalian saja curi-curi pandang melihat pemandangan di kanan kiri sambil menjaga kestabilan motor yang meniti tanjakan yang kadang diselingi tikungan tajam. Sempat hampir terjatuh saat melintasi tanjakannya karena trek yang cukup menguji adrenalin yang tak kunjung habis, tapi untunglah  Allah masih melindungi kami. 
Sekiranya 20’ perjalanan dari gapura dekat Pasar Jimbaran, akhirnya kami sampai di basecamp pendakian Gunung Ungaran. Tangan yang menahan beban carrir depan belakang yang kadang padangan mata pun tertutup oleh carrier yang membonceng di depan akhirnya terlepas sudah.

Basecamp yang saya bayangkan berada di sebuah bangunan yang menaungi ternyata salah. Tempat perijinan dan administrasi pendakian berada di satu lokasi dengan parkiran outdoor.

Setelah memarkirkan motor kami pun mengurus perijinan dengan mendata nama dan alamat sekaligus membayar administrasi Rp 3.000,- perorang dan juga Rp 3.000,- lagi sebagai biaya penitipan motor perharinya. Biaya penitipan motor disana terhitung lebih murah dari penitipan di basecamp pendakian gunung-gunung lain yang kebanyakan mematok Rp 5.000,- tapi karena motor di titipkan tanpa ada naungan alias outdoor, jadilah lebih murah. Tapi keamanan saya kira masih bisa dipertanggungjawabkan kok. 

Saat perijianan kami juga ditanyai tujuan kami apakah mau kemah di bumi perkemahan yang ada di dekat basecamp yang bernama "Mawar Camping Ground", ke kebun teh, ke Desa Peromasan, atau kah puncaknya. Saya pun langsung menjawab “PUNCAK” sambil agak terheran juga karena ternyata pengunjung yang datang kesana ada beberapa pilihan tempat yang bisa didatangi.  Luar biasa…

Dari situlah saya mulai menyimpulkan bahwa Gunung Ungaran mulai menjelma sebagai gunung wisata yang kerap didatangi pengunjung dengan berbagai spot menarik sebagai tujuannya. Saya pun makin penasaran megenai trek menuju puncaknya yang katanya sangat terjal, sedangkan dibalik itu Gunung Ungaran mulai berstatus sebagai gunung wisata. 
Terkesan kontras sekali gitu ya, tapi coba dibuktikan sendiri dulu deh nanti.

MULAI MENDAKI

Kami pun mulai melangkah menyusuri jalan setapak yang juga sering dilalui penduduk untuk mencari rumput sekaligus melewati lokasi camping ground yang saat itu sudah terisi beberapa tenda. Masih terasa enteng-enteng saja karena masih berupa jalan mendatar belum ada tanjakan. 
Melewati tikungan pertama mulai ditemui tanjakan yang cukup curam dengan tanah sebagian lempung yang lumayan licin. Beberapa saat kemudian kami menemui satu sumber air yang mengeluarkan air sangat deras hingga suara semburannya terdengar beberapa meter sebelum sampai di lokasi keberadaannya. 
Kami lanjut lagi menyusuri jalan setapak yang mulai didominasi dengan dataran. Sangat istimewa mendaki gunung dengan trek yang sebegitu menyenangkan, sampai-sampai Bayu yang sudah beberapa kali naik gunung itu menjuluki Gunung Ungaran sebagai gunung yang damai karena treknya yang sangat bersahabat. Pos II (Pronojiwo) pun kami lewati tanpa mampir dulu karena dirasa masih belum jauh berjalan. 
Tak lama kemudian kami melintasi satu sungai kecil dengan aliran tak terlalu deras dan pastinya  berair bening nan dingin. Melewati sungai tersebut, trek datar bersahabat berganti dengan tanjakan curam lagi hingga kami sampai di lokasi jalan berbatu yang cukup lebar dan terdapat beberapa rumah yang berpenghuni. Menakjubkannya lagi di tempat tersebut juga terdapat satu kolam renang berair sejuk yang berasal dari mata air pegunungan. Kami pun memutuskan untuk sekalian Sholat Ashar dulu disitu karena ketersediaan air sangat melimpah untuk berwud.

Kolam Renang di Gunung Ungaran

Sejauh itu saya berkesimpulan bahwa di Gunung Ungaran sangat banyak mata air dalam bentuk tampungan air dari pipa-pipa, aliran sungai, atau berupa kucuran air dari dalam tanah di sisi jalur pendakian. Airnya pun sangat melimpah dan segar sekali. Pantaslah kalau sampai di buat kolam renang di atas gunung seperti itu. 
Tapi kalau ketersediaan air di puncak sepertinya belum bisa dipastikan.

Setelah kelar, kami lanjut berjalan di trek berbatu yang cukup dilalui sebuah truk. Bisa memang dilalui kendaraan besar seperti truk karena disitu terdapat pertemuan jalur dari arah Boja yang mengangkut hasil perkebunan kopi yang ada di lokasi tersebut.
Selain ada Kebun Teh Promasan ada pula kebun kopinya juga ternyata. Setelah area kebun kopi itu kami lewati, barulah penampakan keberadaan kebun teh mulai terlihat. Kami berbelok ke kiri karena kalau lurus nanti bakal sampai di Desa Promasan. Kami rencanakan mampir desa tersebut keesokan hari saja setelah dari puncak.

Sepuluh menit berjalan kami menemui pertigaan yang mengarahkan menuju puncak. Daaannnn, inilah yang ditunggu. Trek gunung sebenarnya yang sangat terjal akan kami lewati. Membayangkan betapa enaknya trek landai yang kami lewati di awal pendakian tadi rasanya tidak percaya kalau ternyata trek terakhir menuju puncaknya begitu sangat terjal dengan pepohonan tumbang disana-sini yang menghalangi jalur pendakian, hingga bebatuan berlumut yang tentunya licin  yang kerap memlesetkan jika diinjak. Mengingat trek Gunung Sindoro dan Sumbing yang termasuk yang cukup sulit dilalui dengan kesulitannya masing-masing, ternyata masih ada trek yang lebih susah lagi yaitu di penghabisan menuju puncak Gunung Ungaran.


terjal hampir vertikal

tangan dan kaki harus bekerja

Langit tampak cerah dengan semburat kemerahan tanda matahari akan segera tenggelam. Senja mulai menampakkan tanda-tandanya hendak berganti menjadi malam. Rasanya momen sunset bakalan terlewat karena kami belum mencapai puncaknya apalagi posisi kami saat itu tidak memungkinkan karena masih terhalang punggungan. 


captured by henphon saja lah, males ngeluarin kamera



Namun awan kemerahan yang cukup eksotis agaknya sedikit menghibur kami di detik-detik mencapai puncak Gunung Ungaran. 
Mendekati puncaknya, bebatuan super besar menghiasi sisi kanan kiri jalur pendakian. Beberapa puncak palsu turut memotifasi kami untuk segera melewatinya walau kadang membuat jengkel juga karena beberapa kali sempat mengira kalau itu adalah puncak tertingginya.


tebing batu raksasa di sisi jalur pendakian

Tepat pukul 18.00 akhirnya kami sampai di dataran dengan beberapa tugu Banteng Rider yang berdiri plus tiang bendera, sepertinya sering digunakan untuk upacara. 
Di puncak saat itu masih sepi, kami pun memilih-memilih lokasi yang tepat untuk mendirikan tenda. Kami agak berjalan turun sedikit dan menemukan satu tenda yang sudah berdiri. Kami pun mendirikan tenda di dekatnya.

Masih terlalu awal sepertinya untuk sampai di puncak di jam segitu. Biasanya sih pendaki-pendaki memulai start pendakian pada malam hari atau bahkan dini hari. 

Kami segera mendirikan tenda dan beres-beres lalu sholat. 
Malam saat itu dihiasi dengan sesekali gerimis hingga masuk ke dalam tenda kami yang tidak ber-fly sheet. Kami pun segera tidur usai menyantap makan malam yang cukup mengenyangkan.

Dini hari sekitar jam 1 an saya terbangun karena rasa kebelet yang sudah di ujung tanduk. Saya pun keluar tenda. Bayu ternyata juga ikut bangun lalu keluar melihat kondisi puncak. Saya kemudian menyusulnya ke puncak dan ternyata sudah beberapa tenda memenuhi puncaknya. 
Pemandangan sekitar puncak saat itu sangat luas terbentang dengan gemerlapannya lampu Kota Semarang yang tampak padat sekali. Hanya baru itu saja yang bisa dinikmati di dini hari yang cukup dingin itu, kami pun memutuskan balik ke tenda dan tidur lagi menanti sunrise.

gemerlap Kota Semarang dikala fajar

pendaki yang sibuk dengan aktifitasnya masing-masing

Pukul 5 pagi setelah sholat Shubuh kami kembali ke puncaknya untuk berburu sunrise, ternyata puncak makin ramai dengan tenda-tenda dan pendaki dengan kerjaannya masing-masing. Ada yang baru mendirikan tenda, ada yang tiduran, ada yang masak-masak, ada pula yang siap-siap dengan kameranya mengarah ke ufuk timur bersiap membidik kemunculan sang mentari.

Tak berapa lama semburat langit mulai menunjukkan gradasi kemerahannya tanda sun mulai rise.



Perlahan matahari mulai meninggi dan pendaki-pendaki mulai meramaikan puncak....  

pendaki memenuhi puncak

sunrise yang cukup hangat

Merapi tampak dibalik Merbabu

sunrise cantik

awan kelam mulai menutupi matahari

Cuaca saat itu terasa kurang josss karena kabut sedikit menghalangi pemandangan. Sebenarnya sih kalau benar-benar cerah bakalan kelihatan luar biasa banget view-nya, termasuk Laut Jawa pun akan nampak indah menghiasi luasnya pemandangan di puncaknya.

Sunrise yang agak berselimut kabut

Dari peta yang diberi saat perijinan kami tahu bahwa Gunung Ungaran memiliki beberapa puncak. Bahkan sebelum diberi peta tersebut saya pun sudah mengetahuinya, karena dari rumah saya pun kelihatan kalau gunung tersebut ada sekiranya tiga puncak. Namun di peta hanya dua puncak saja yang digambar. Berarti pula dua puncak itulah yang paling umum didatangi. Puncak-puncak tersebut antara lain puncak tertingginya yang saat itu kami pijakkan berada di ketinggian 2.050 mdpl dan Puncak Botak di sisi barat dayanya yang tampak dekat dari puncak tertinggi.

Dari namanya saja Puncak Botak sudah bisa dibayangkan bagaimana bentuknya. 
Apakah botak licin kayak kepala Om Dedd* Corb**ier?

Tentunya gak selicin itu lah ya… *-*

Beginilah bentuknya...


itu dia Puncak Botak

Puncak Botak tampak terbuka tanpa pepohonan yang tumbuh kecuali sabana hijau yang ada di permukaannya. Kayaknya bakalan asik kalau sampai di atasnya dan guling-gulingan terus dada-dada sama pendaki lain di puncak satunya.

Wah, saya dan Bayu jadi pengen menyambanginya secara langsung. Kami pun balik ke tenda untuk membawa tas dan barang-barang seperlunya lalu menutup tenda. Mulailah kami mencari keberadaan Puncak Botak yang terlihat sangat eksotis penuh sabana hijau.

Merbabu dari tenda kami

matahari makin meninggi 

Kami menyusuri trek searah dengan jalur turun ke Candi Gedong Songo sampai masuk ke hutan-hutan. Tapi semakin lama rasanya makin gak jelas jalur yang kami lewati, apalagi puncak yang mau kita datangi makin nggak kelihatan. Jadilah kami balik arah dan kembali ke jalur yang benar.

hutan lebat 


pencarian Puncak Botak

salah jalan kayaknya bro...!!!

Sampai di jalur Menuju Ke Gedong Songo lagi kami lalu mengikuti saja jalur utama itu. Di peta sih kayaknya belok di perempatan jalur. Tapi kami sudah berjalan lumayan jauh tapi belum juga ketemu perempatan. 
Saya lalu meneruskan pencarian sendiri dan Bayu menunggu di trek utama. Menyusuri semak beberapa meter ke depan saya juga tak menemukan tanda atau petunjuk mengarah ke Puncak Botak. Langit makin mendung saja nih, saya yang berjalan sendiri di semak-semak jadi agak sedikit merinding. Saya pun memutuskan balik ke TKP tempat Bayu menunggu tadi.

Yah, apa boleh buat… 
Puncak kedua yang menjadi incaran kami saat itu belum ketemu. Saat berjalan naik lagi menuju tenda, kami berpapasan dengan rombongan pendaki yang hendak turun melalui Jalur Gedong Songo. Kami pun menanyai mereka mengenai keberadaan Puncak Botak, tapi tak satu pun dari mereka yang mengetahui.  Malah kami disuruh menelusurinya lagi sampai ketemu.  #wew

Kayaknya memang belum banyak yang kesana kali ya, pas di puncak utama saja kami melihat Puncak Botak tak ada seorang pun yang ada di atasnya. Padahal di Puncak Botak bisa lihat ke barat arah Gunung Sumbing, Sindoro, Prau, Selamet secara bebas lho....  *-*

Lain kali mungkin yaa ke Puncak Botaknya. 
Ngumpulin informasi dulu…
Insyaallah juga pengen kesana lagi lewat jalur lain.

Sampai di tenda kami langsung beres-beres dan siap turun. Cuaca makin siang makin cerah saja. Gak seperti paginya yang agak mendung.

Kami pun turun seiring dengan makin sepinya pendaki-pendaki di puncak. Menyusuri bebatuan terjal dan berlumut seperti kemarin, kami sangat dibuat hati-hati sekali karena trek turun rasanya makin menguras tenaga dan pikiran untuk menentukan pijakan mana yang tepat agar nggak kepeleset dan kebentur batu.

Ngaak kebayaang deh gunung yang tengah mulai berpredikat sebagai gunung wisata seperti itu ternyata menyimpan trek pendakian menuju puncaknya yang teramat terjal.

KEBUN TEH PROMASAN

Sampai juga akhirnya kami di kebun Teh Promasan yang terhampar sangat luas. Kami yang berencana mengunjungi desa kecil di tengah kebun itu mengambil arah ke kiri mengikuti jalan di tengah kebun. Ada hal yang menarik saat kami sampai di perkebunan itu, yaitu dengan adanya ibu-ibu pemetik teh yang tengah sibuk menjumputi pucuk-pucuk dedaunan yang hijau segar itu. Saya pun tertarik untuk menjepret aktifitas mereka. 
Tak sopan rasanya kalau mengambil foto orang tanpa ijin. Biar ekspresinya lebih dapet dan ibu-ibunya siap difoto, saya pun minta ijin dulu sebelum memotret mereka, tapi biar saja tetap dengan aktifitasnya. 
Salah satu ibu tampak senang mau saya foto. Tapi kayaknya seorang  ibu pemetik teh yang lain memberi satu syarat nih….

Tapi bayar lho mas..!!! Pake permen saja nggak papa…” kata salah satu ibu pemetik teh.

Yah begitulah candaan seorang ibu pemetik teh di sela aktifitasnya. Tapi kebetulan saya punya sebungkus permen mint yang baru sebagian saya makan. Kebetulan pula ada dua anak kecil yang tak lain anak salah satu ibu tadi. Yah itung-itung sudah menjadi model foto dan sebagai sedikit balasannya sebungkus permen dan coklat saya beri pada dua anak pemetik teh yang tampak malu-malu itu.  






Usai foto-foto dengan para pemetik teh, kami bergegas menuju spot menarik selanjutnya yaitu Goa Jepang yang berdekaatan dengan Desa Promasan. Sebenarnya sih mau ke goa dulu baru ke desa, tapi karena lokasi goa yang agak tersembunyi di rerimbunan perkebunan teh, kami putuskan untuk mengunjungi Desa Peromasan dulu sekalian bertanya lokasi tepatnya Goa Jepang berada. Sampai di desa tersebut, tempat yang kami datangi pertama kali adalah Candi Promasan yang berada di pinggir desa. 

Desa Promasan

Saya kira sih memang ada situs candi peninggalan kerajaan apa gitu, tapi setelah sampai di lokasi saya tidak menemukan apa yang saya bayangkan. Yang saya temukan malah satu plakat yang bertuliskan Pemandian Candi Peromasan. Memang yang menonjol adalah pemandiannya yang berair jernih dan dingin. Pas banget sehabis panas-panasan trekking di tengah kebun terus bisa ketemu sumber air mengucur deras seperti itu. Pemandian tersebut diskralkan oleh penduduk setempat terbukti dengan adanya sesaji di beberapa sudutnya.

Pemandian Candi Promasan

segerrr banget...

tempat sakral

Usai menyegarkan diri di pemandian dan istirahat sebentar, kami lanjut untuk ke tengah desa dan menanyakan keberadaan Goa Jepang. Sempat bertanya pada seorang anak berusia sekitar 13an tahun tapi penjelasannya malah bikin saya bingung, ganti narasumber kami bertanya pada seorang nenek yang memberikan penjelasan cukup gamblang. Ternyata cukup mudah dijangkau dari Desa Promasan. Tinggal naik di jalan sempit tengah pepohonan teh lalu belok kiri saja.

Goa Jepang dekat Desa Promasan

Akhirnya ketemu juga yang dicari. Sebuah goa dengan pintu tak terlau besar yang rimbun ditumbuhi rumput liar di sekitar. Untuk masuk saja kami harus pikir-pikir dulu karena saking gelapnya ditambah senter kami yang tinggal seemprit daya yang tersisa karena sudah dipakai untuk muncak semalam.

Dengan bekal senter yang agak sedikit redup kami berdua memberanikan diri memasuki goa yang sepertinya tidak terlalu dalam. Awalnya sih masuk dengan merunduk, tapi makin dalam tenyata cukup tinggi kok permukaannya. Saat di dalam yang kami rasakan adalah hawa dingin dan pengap plus tanah yang sedikit becek. Sampai di ujung liang ternyata bukan segitu saja yang bisa kami telusuri. Masih banyak ruangan-ruangan bersekat yang dibuat mungkin dari hasil kerja paksa penduduk pribumi. Berbelok ke kiri kami makin menemukan banyak ruang-ruang yang cukup luas untuk berlindung tapi makin ke dalam kami semakin merinding dan memutuskan untuk keluar saja dari pada terperangkap dalam ruang-ruang gelap dengan senter yang tak menjamin keselamatan.

Kami langsung saja melanjutkan perjalanan untuk turun karena sepertinya kabut mulai bergejolak hendak menurunkan hujannya.

PEMANDANGAN DI PUNCAK GUNUNG UNGARAN


Puncak Botak, Sumbing, Sindoro, dan Gunung Prau Dieng

Sindoro dan Gunung Prau

gunung-gunung tetangga di kejauhan

di puncak saat agak siang

salah satu tugu Banteng Raiders

Merapi, Merbabu, Andong, Telomoyo, Gajah Mungkur, dan Rawa Pening

para pendaki yang sedang menikmati pemandangan di puncak

Kebun teh dari puncak

TERJAL & LICINYA JALUR PENDAKIAN Mt. UNGARAN

















PEMANDANGAN SAAT TURUN GUNUNG UNGARAN











KEBUN TEH DAN DESA PROMASAN


kebun teh di Gunung Ungaran

menuju Desa Promasan

para pemetik teh di hamparan teh

trekking di tengah kebun teh

hijau, hijau, hijau

tepat di bawah puncak

Desa Promasan dari jauh

sudah dekat 

makam di rerimbunan pohon

TIME TABLE PENDAKIAN KAMI DI GUNUNG UNGARAN



NAIK GUNUNG UNGARAN

Perpindahan
Waktu
Lama
Gapura Jimbaran – Basecamp Mawar
14-40 – 15-00
20 menit
Basecamp – Pos II (Pronojiwo)
15.05 – 15.45
40 menit
Pos II – Kolam Renang
15.45 – 15.55
10 menit
Kolam Renang – Kebun Teh
16.15 – 16.35
20 menit
Kebun Teh – Pertigaan menuju puncak
16.35 – 16 50
15 menit
Pertigaan - Puncak
16.50 – 17.50
1 jam
TOTAL
2 jam 45 menit


TURUN GUNUNG UNGARAN 

+ Mampir Desa Promasan

Puncak – Kebun Teh
8.00 – 9.00
1 jam
Kebun Teh – Desa Promasan
9.20 – 9.50
30 menit
Desa Promasan – Goa Jepang
10.20 – 10.25
5 menit
Goa Jepang – Kolam Renang
10.40 – 11.15
35 menit
Kolam Renang – Basecamp Mawar
11.20 – 12.00
40 menit
TOTAL
2 jam 50 menit










*semua foto adalah dokumentasi pribadi

Komentar

  1. brooo broo boleh PM no hapenya gak broo mau tanya-tanya tentang gunung yang satu ini donk, rencana nya saya juga mau kesana broo Akhir September nanti.
    imel ya bro ke tri.prajoko21@gmail.com
    thanks bro :)

    BalasHapus
  2. wah kumplit mantap, bikin pingin, cumn belum pernah mendaki ato ikut mapala. cuman sekarang kok perasaan jadi suka banget ma alam terutama gunung, boleh contact2an via mail bro

    BalasHapus
  3. wah gilaa .. cepat sekalee . ak aj naik dari mawar ampe puncak ber2 4jam setengah .. wew .. joss (y)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cepat atau lambatnya mendaki bkan yg utama kok mas... Yg penting bisa menikmati pendakian dan bertanggung jwb

      Hapus
  4. Saya kemaren abis dari sini...:D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya jg abis kesana lagi mbk... Okt akhir kmren...
      Tapi sayang dptnya kabut tebel n malemnya keujanan...


      http://ardiyantaa.blogspot.com/2013/11/gunung-ungaran-edisi-berkabut_11.html?spref=tw

      Hapus
  5. jadi kangen ama ungaran..
    dulu saat SMA sering ksini nih,, terakhir sekitar setahun lalu ksini tapi udah gag sekuat dulu,, keser2 vian jimbaran-puncak-gdong songo,, sampai gdong songo kaya lumpuh gag bisa jalan..
    hha..
    tapi aku salut banget ama time table-nya..
    gag ada 3 jam nyampe puncak..
    terakhir aku dari mawar jam 8 malem nympe puncak jam 7 pagi..
    :-D
    soale nginep semaleman di pertigaan..
    fisiknya udah loyo..
    hha..
    :-D
    salam rimba ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yg penting semangat masih membara kakak...

      Tapi puas kan sama perjuangannya, capeknya terbayar impas

      salam kenal

      Hapus
  6. keren bang foto2nya................
    SALAM KENAL....

    BalasHapus
  7. makasih masbro...

    salam kenal juga

    BalasHapus
  8. banyak warung makan deket basecamp g kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada 2 warung kayaknya mbk... Santai lah... Di umbul sidomukti jg ada kuliner2

      Hapus
  9. dari jimbaran ke basecamp ada angkutannya?

    BalasHapus
  10. fotonya kereeennn, pake camera tipe apa ini?

    BalasHapus
  11. masbro,lewat jalur pendakian mana ini?
    klo misal lwat jimbaran .nanti lwt kebon teh gak?
    thx

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini lewat jimbaran sidomukti....

      Bisa ketemu kebun teh

      Hapus
    2. itu kebun teh medini apa bukan bro?
      trs nanti lwt goa jepang/Promasan gak?

      Hapus
  12. Kebun teh promasan... Otomatis bisa ke goa jepang jg

    BalasHapus
  13. Keren mas bro.
    Insya allah minggu ini akan kesana, untuk lebih ideal dr jimbaran jam berapa ?
    biar malam sudah sampe puncak unggaran.
    Salam kenal mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. dari jimbaran abis Magrib masih bisa lah...

      ntar sampe puncak pas tngah malam...
      tinggal nunggu sebentar udah sunrise aja...

      Hapus
  14. Luar biasa petualangannya..jadi pengen kesana..

    BalasHapus
  15. Ane jg mau ksana besok siang bos

    BalasHapus
  16. minta pin boleh mas? buat tanya*, pengen kesana tp blm punya pengalaman mendaki

    BalasHapus
  17. lagi nyari referensi tetang ungaran kok nongol nama q ya,,, silidik punya selidik ternyata namanya emang sama,, cuman lain orangany,,, matep om sangat membantu,,,, nama sama,hobi sama pula,,, salam dari KARANGANYAR

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe... kebetulan hampir sama... sip selamat mendaki gunung ungaran...

      Hapus
  18. bagus banget pemandangannya... jadi keinget pas kesana tahun baru 2013 lalu. dah lama banget, hehe...

    BalasHapus
  19. Balasan
    1. monggo silahkan... sumbernya jangan lupa disertakan...

      Hapus
  20. mas admin, kira2 lw bwt yg awam naik gnung gmna??
    pngen ksna, pi g pnya pnglman naik gnung..
    hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awal pendakian Gunung Ungaran memang mudah dan datar-datar saja, tapi trek sebelum puncak tergolong ekstrim untuk pemula. Nggak papa sih buat pemula asal ngajak temen yg udah pengalaman buat ngasih arahan...

      Hapus
    2. iya sih Mas, rencanany ada teman yg berpengalaman jg..
      cma ttp ngrasa g pede ma dri sndri, soalny sy termasuk orng yg pnya alergi sama dngin..
      hehe

      Hapus
  21. wahhh... kumplit infonya nih. jadi pengen daki ungaran, saya orang semarang malah belum pernah nanjak ungaran sama sekali :( kalo ada jadwal ke ungaran, boleh dong mas ajak2. trims.

    BalasHapus
  22. disana ada tempat penyewaan perlengkapan camping g?

    BalasHapus
    Balasan
    1. klo cmn di basecamp mawar lengkap. dari tenda dkk, warung makan, bhkan kayu buat apiunggun...lengkap

      Hapus
  23. keren ini foto2 nya, informatif pula cerita perjalanannya :)

    Jadi semangat weekend ini kesana, bro

    BalasHapus
  24. salam , saya dari Malaysia , ada cita2 utk ke semarang dan seterusnya berpetualang ke G Unggaran....bisa ada yg sudi jadi guidenya....bisa reply ikut FB : Nor Thahar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sekarang sudah tidak tinggal di Jawa, tapi di Sulawesi jadi tidak bisa jadi guide.

      Akses jalan cukup mudah kok, selain itu ramai juga pendaki-pendaki.

      Nanti saya add fb nya

      Hapus
    2. silahkan pak thaha contact di email saya djokoher2013@gmail.com mungkin saya bisa bantu kalo mau naik ke ungaran

      Hapus
  25. Peralatan Gunung PWT
    https://peralatangunungpwt.wordpress.com/

    BalasHapus
  26. ...hati hati, jalur pendakian lewat gedong songo khususnya daerah semak semak sebelum mendaki puncak botak kalau musim penghujan banyak binatang pacet, solusinya bawalah lotion penolak nyamuk atau air tembakau agar pacet tidak mau menggigit, dan juga bawalah hansaplast atau betadin untuk menutup luka gigitan pacet agar tidak infeksi

    BalasHapus
  27. ...teman teman, lewat komen ini aku himbau kepada teman teman setiap kali naik gunung pakailah masker, terutama saat melewati jalur pendakian yang banyak pacetnya, karena ada sebuah pengalaman dari teman saya yang hidungnya kemasukan pacet, mengeluarkannya sangat susah sekali harus melalui pertolongan dokter, dan juga kalau mengambil air di gunung apabila akan diminum usahakan di cek terlebih dahulu, siapa tahu kemasukan pacet atau mungkin malah lintah, bisa berakibat fatal ( ini berdasarkan pengalaman ). Trims

    BalasHapus
  28. Untuk mencapai Puncak Botak, setahu saya memang harus menerabas hutan, lalu belukar dan padang alang-alang dari Puncak Ungaran. Di atas Puncak Botak juga ada tugunya. Bila tidak membawa kendaraan di Promasan, sebenarnya akan lebih mudah dilanjut turun via Candi Gedongsongo karena ada treknya, meskipun tak terlalu jelas... Salam Lestari.

    BalasHapus
  29. Udah 2020 dan saya baru baca artikel ini. Detail & bagus banget! Kangen naik gunung, semoga pandemi segera berlalu.

    Ardiyanta juga sering unggah konten ttg pendakian di Instagram nggak? Kalo iya aku mau folo

    BalasHapus

Posting Komentar

Jangan enggan beri kritik dan saran yaaa...!!!