Tak seperti pagi biasanya yang diawali dengan sambutan suara kokok ayam jago yang melengking. Pagi itu kami dibangunkan dengan suara alarm yang diset jam 3 pagi. Namun karena “empuknya” kasur alam, kami baru bangun sekitar pukul 4 lebih sedikit. Sepertinya kami bakal kelewatan momen sunrise di puncak. Namun yang penting, tempat tertinggi di Sumbing itu bisa segera kami pijak. Tanpa pikir panjang kami langsung bangun dan siap-siap menata bekal untuk summit attack.
Tanpa membawa carrier besar, perjalanan ke puncak kali itu cukup dengan daypack berisi makanan dan minuman saja. Barang-barang kami lainnya ditinggal di tenda saja, toh Madi tidak berniat mengikuti jejak kami. Dia yang mengalami kram sehari sebelumnya saat pendakian malam, lebih memutuskan untuk tinggal di tenda saja sambil menikmati pagi di Pestan ditemani view Gunung Sindoro di depannya.
SUMMIT ATTACK
Hampir setengah lima pagi kami sudah siap melakukan pendakian menuju Puncak Buntu Gunung Sumbing. Dengan cahaya senter yang memandu perjalanan, kami melangkahkan kaki dengan menapaki trek yang masih belum berubah dari sebelumnya. Tetap saja setelah melewati Pos 3 atau Pestan, jalur yang kami lalui masih didominasi dengan trek dari tanah lempung yang licin. Lebih ekstrimnya lagi trek kali ini makin banyak cerukan-cerukan yang lumayan dalam. Tapi tenang saja jalur setelah Pestan menuju Pasar Watu cukup lebar kok, jadi kita bisa pilih-pilih jalur yang dianggap aman tanpa melewati cerukan lempung yang dalam itu.
Benar saja kami terlewat momen sunrise puncak gunung yang biasa diburu pendaki. Baru sekitar setengah jam berjalan, langit ufuk timur sudah mulai menunjukkan gradasi kemerahannya. Parahnya lagi tempat kami berdiri saat itu tak menghadap ke arah sang mentari yang mulai menerangi alam. Pestan berada di sisi utara Gunung Sumbing. Alhasil beberapa saat setelah meninggalkan tempat camp itu hanya awan-awan kemerahan saja yang bisa kami abadikan.
Kami lanjutkan langkah dengan meniti trek dengan batu-batu besar berserakan. Mantari pun makin meninggi tapi masih terhalang punggungan gunung. Pukul 5.30 kami tiba di Pasar Watu dengan ditandai adanya batu-batu yang lebih besar lagi dan menghalangi jalur pendakian, sehingga terkadang kami harus melompati satu batu ke batu yang lain untuk melaluinya.
Disini mentari pagi di yang menyinari dunia sudah tampak. Pemandangan Sindoro pun makin melengkapi keindahan pagi itu. Mulai banyak juga pendaki lain yang bermalam di Pestan mengikuti jejak kami. Saat kami keluar tenda dan start summit attack sepertinya rombongan kami lah yang berada di barisan paling depan. Sebelum mentari keburu bertambah tinggi, kami segera menunaikan sholat Subuh berjamaah di sekitar pos tersebut.
Setelah selesai sholat, kami lanjutkan perjalanan menuju puncak dengan melewati jalur setapak di samping bebatuan besar yang berhamburan tadi. Di ujung Pasar Watu akan ditemui percabangan jalur. Setelah melihat peta, kami pilihlah jalan setapak menurun di sebelah kiri. Jalur ini terasa makin berat dengan medan yang harus kami lalui serupa dengan kegiatan memanjat tebing. Namun tebing disana lebih mudah dilalui karena adanya pijakan-pijakan bebatuan bekas aliran air yang sangat menolong.
Kami mulai menjumpai dome-dome pendaki lain yang ditinggalkan penghuninya. Mereka mungkin sudah terlebih dulu menuju puncak. Saya menyangka tempat itu adalah Watu Kotak yang juga bisa digunakan untuk tempat ngecamp, namun bentuk batu raksasa menyerupai balok itu belum tampak juga.
Edelweis-edelweis yang belum berbunga mulai terlihat meramaikan pemandangan menuju Watu Kotak diselingi kemerahan Cantigi gunung. Tak lama kemudian dari kejauhan mulai kami lihat ada sebuah batu raksasa berdiri tegak menyendiri. Itulah mungkin yang dinamakan Watu Kotak. Kami pun bergegas mendatanginya untuk memastikan bahwa yang kami lihat itu memang benar Pos Watu Kotak.
Batu raksasa itu pun makin kami dekati dan benar saja dibawahnya banyak berdiri tenda-tenda berwarna-warni yang kosong tanpa penghuni. Tak lama kami lihat papan bertuliskan “Watu Kotak”. Setelah kami dekati, bentuk Watu Kotak sangatlah besar dan hampir menyerupai tebing yang menjulang. Batu super besar itu membuat yang ngecamp di dekatnya merasa aman dan nyaman karena angin akan terhalang batuan raksasa tersebut. Tak seperti lokasi camp kami di Pasar Setan yang terbuka menyebabkan hujan badai dengan leluasa membentur dome kami. Melihat jam ternyata sudah menunjukkan pukul 7 tepat, berarti kami sudah melangkah selama sekitar 2,5 jam.
Yaaap, berjalan selama itu mulai dari tempat kami ngecamp dan baru menginjak pada KM VI. Baru sadar ternyata kami memilih tempat camp yang masih sangat jauh dari puncak. Berarti jika ingin berburu sunrise di puncaknya, minimal harus mendirikan camp di sekitar Pos Watu Kotak. Kalau pun tetap ngecamp di Pestan, mulai start summit attack nya pagi-pagi buta sekali. Perlu diingat juga yaa, trek setelah Pasar Watu harus merambat-merambat gitu lho. Ditambah kalau berencana mendaki malam, tentu medan yang dilalui akan bertambah sulit dilalui. Tapi kalau suka tantangan, boleh dicoba juga…!!! *-*
Tanpa beristirahat di Watu Kotak kami lanjut saja mendaki hinggai mulai ditemui perbedaan trek yang didominasi tanah-tanah cadas seperti lempung namun berwarna lebih cerah mendekati warna capucinno. Makin mendaki ke atas kami sampai di tempat yang dinamakan “Tanah Putih”. Saat itu jarum jam menunjuk pada angka 8 lebih 10 menit. Walau lokasi itu dinamakan Tanah Putih, kami tidak terlalu jelas melihat tanah yang berwarna putih. Rerumputan lebat malah yang kami lihat di seluruh permukaannya. Mungkin kalau rerumputan tersebut dicabuti satu per satu barulah terlihat tanahnya yang berwarna putih. Tapi saya percaya saja lah dengan yang memberi nama. Tidak usah melakukan pembuktian juga sih yang bakal membuang waktu saja. Lagian yang kami kejar kan puncaknya... *-*
Sampailah kami di ujung penantian. Akhirnya puncak makin dekat dan tinggal beberapa langkah lagi. Sebelum puncak akan ada percabangan jalur.
Demi keselamatan kami pilih saja jalur yang mengarah ke Puncak Buntu. Salah satu puncak Sumbing yang ini memang yang paling umum didatangi pendaki ketimbang Puncak Kawahnya.
Sampailah kami di puncak buntu dengan batuan besar menghiasinya. Menengok ke arah selatannya terbentang kawah Sumbing yang mengepulkan asap belerang pada kaldera yang menganga. Di sebelah kanan juga bisa terlihat puncak tertingginya yang memang tampak sangat sulit dilalui karena cadasnya medan. Namun keekstrimannya itu tidak menutup kemungkinan untuk bisa didaki. Saat itu dari arah puncak paling tinggi Gunung Sumbing terdengar beberapa pendaki yang berteriak-teriak memekikkan teriakan semangat yang mungkin mereka sedang mencoba mendaki puncak tersebut. Good luck ya mas !!! *-*
Melihat jam, ternyata kami sampai di puncak pukul 8.45. Itu artinya waktu tempuh dari tempat kami ngecamp di Pestan hingga puncak memakan waktu sekitar 4,25 jam. Tak lama setelah kami sampai di puncak, kabut tebal mulai menyelimuti pemandangan alhasil tak ada yang bisa kami nikmati selain mie instan yang baru saja dimasak. Tapi alhamdulillah kami sempat melihat view sekitar puncak saat masih cerah tadi meski tak begitu lama.
Pendaki kaum Ibu Kita Kartini ternyata tak ada satu pun yang sudah berada di puncak Gunung Sumbing. Di puncak buntu saat itu hanya dipenuhi oleh pendaki kaum Bung Tomo saja... Merdekaaa ...!!!
Pendaki wanita baru bermunculan saat kami mau turun, itu pun hanya beberapa saja.
Pendaki kaum Ibu Kita Kartini ternyata tak ada satu pun yang sudah berada di puncak Gunung Sumbing. Di puncak buntu saat itu hanya dipenuhi oleh pendaki kaum Bung Tomo saja... Merdekaaa
Pendaki wanita baru bermunculan saat kami mau turun, itu pun hanya beberapa saja.
Tak apa lah, tetap saja kepuasan sudah kami dapatkan...
Yeeahhhh akhirnya puncak tlah ku gapai…!!!
Yeeahhhh akhirnya puncak tlah ku gapai…!!!
Dan...
Saatnya turununnn...!!!
Lets Go…!!!
TIMING PENDAKIAN
Basecamp - Pos 1
|
14.30 – 16.40
|
2 jam 10 menit
|
Pos 1 - Pos 2
|
16.45 – 18.00
|
1 jam 15 menit
|
Pos 2 - Pos 3 (Pasar Setan)
|
18.15 – 20.30
|
2 jam 15 menit
|
TOTAL WAKTU
|
5 jam 40 menit
| |
Pestan - Pasar Watu
|
04.30 – 05.30
|
1 jam
|
Pasar Watu - Watu Kotak
|
05.50 – 07.00
|
1 jam 10 menit
|
Watu Kotak - Tanah Putih
|
07.00 – 08.10
|
1 jam 10 menit
|
Tanah Putih - Puncak Buntu
|
08.10 – 08.45
|
35 menit
|
TOTAL WAKTU
|
3 jam 55 menit
| |
Puncak Buntu - Pestan
|
09.30 – 11.45
|
2 jam 15 menit
|
Beres-beres
|
12.00 – 12.30
|
30 menit
|
Pestan - Pos 2
|
12.45 – 13.45
|
1 jam
|
Pos 2 - Pos 1
|
13.45 – 14.45
|
1 jam
|
Pos 1 - Basecamp
(termasuk istirahat di pinggir sungai yang lumayan lama)
|
15.00 – 17.30
|
2 jam 30 menit
|
TOTAL WAKTU
|
7 jam 15 menit
|
Pendek kata bisa disimpulkan total waktu yang kami perlukan, sbb:
· Waktu untuk naik Gunung Sumbing : 9,5 jam
· Waktu untuk turun Gunung Sumbing : 7 jam
Waaah…!!! Ternyata kami masih dibawah standar waktu pendakian menurut catatan waktu yang dikatakan penjaga basecamp Sumbing, namun waktu tempuh yang cepat bukanlah hal yang diutamakan dalam suatu pendakian. Hal terpenting dalam suatu pendakian adalah sejuta pengalaman yang dibawa pulang dan mental tangguh yang akan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari nantinya.
Masih belum puas rasanya bagi saya hanya sampai pada pendakian Gunung Sumbing ini, tentunya gunung-gunung lain yang tersebar di daratan Indonesia masih menyimpan keindahan yang menarik untuk didatangi. Semoga masih diberi umur panjang, kesehatan, dan tentunya kesempatan untuk mengejar misi itu… Amiiin….!!! *-*
GALLERY KEINDAHAN GUNUNG SUMBING
Sindoro yang setia menemani perjalan kami |
Endro di depan Sindoro |
landscape sekitar jalur pendakian Sumbing |
menyentuh Sindoro dari jauh |
tak hanya Dora, Iwan pun butuh Peta... Peta... Peta... |
Gunung Selamet tuh... one day yaa....!!! |
megahnya Sindoro... |
green green n green everywhere...!!! |
HBD yaaa buat Bapaknya Madi...!!! |
CERITA SEBELUMNYA
PREVIOUS STORY 1, klik gambar dibawah ini...
subhanallah..
BalasHapusceritanya menarik :)
@Rizsanti Meirina:
BalasHapusgunung memang salah satu ciptaan-Nya yang sangat menarik mbak....
Baru bulan lalu pacar saya naik sumbing, katannya memang jalurnya ngejosh terus, dan anginnya kencang banget,, skrg lagi musim kemarau disana katanya...
Hapusyap, bener bgt...
Hapusmantap mas... turun ke kawah lewat puncak buntu bisa kok mas, cuma jalurnya memang ketutupan.. harus mlipir2 di sebelah kiri...
BalasHapusoya, saya lagi latihan buat blog juga nih, mampir yah... :)
http://sangpenakluk2590.blogspot.com/2013/07/pendakian-sumbing-via-garung-wonosobo.html
@abdurrahman al faatih:
BalasHapusiya juga sih... pas di puncak buntu juga denger suara rame-rame di kawahnya, mungkin uda ada pendaki yg turun ke kawahnya.
Saya sih abis dari puncak buntu lgsg turun mas, soalnya kabut uda keburu naik, kesiangan sampe puncaknya hehe....
oke oke tak mampir ke blog sampean
Bagus blog dan catatan perjalanan nya mas. Tetap semangat, tetap mendaki gunung2 lainnya, dan tetap menulis, agar terus memotivasi pendaki2 pemula spt saya.
BalasHapus
Hapussip mas...
makasih, salam kenal...
keren! tetap semangat dan ditunggu kabar dari puncak tertinggi biar memotivasi saya juga yg baru sampe puncak buntu hehe. salam lestari.
BalasHapus@polaris
BalasHapussiap mas, insyaallah....
makasi uda mampir....
Salami dari. Kelantan. Malaysia. Tahniah. Mas. Dan. Saya. Terpersona. Dgn. Keindahan. Gunung. Di. Indonesia. Subhanallah
BalasHapusTerimakasih...
HapusBoleh lah sesekali berkunjung ke Indonesia, bisa dipilih nanti mendaki gunung yang mana...
kereeen :)
BalasHapusterimakasih... :D
Hapusjadi inget pas naik ke sumbing, hampir mau ilang disana -_- kabutnya ngeri meeeen.
BalasHapuscerita selengkapnya bisa dibaca disini http://www.enjoyourtrips.com/2014/08/kejutan-si-kembar-sumbing.html
thanks
sip sip... jangan sampe ilang beneran loh... heheh
Hapuswow kereeennnn
BalasHapusterimakasih
HapusMas ardiyanta postingannya selalu menarik. Aku suka postinga2nya mas :)
BalasHapusthanks yaa
Hapus