WOW-nya Kedung Kayang



Baru tahu bagaimana berharganya hari Sabtu dan Minggu itu mulai bulan Oktober ini. Sebelumnya sih bebas-bebas aja pilih hari dan pilih destinasi sesuka hati nggak peduli weekday maupun weekend. Kewajiban lah yang membuat demikian. Oleh karena itu di akhir pekan kedua bulan Oktober ini dirasa perlu untuk membebaskan diri dulu dari komputer kantor yang membuat mata sedikit pedih. Kalau saya sih dengan alam lah mata yang awalnya pedih bisa agak sedikit tersegarkan. Gunung??? ya gunung… Sebenarnya di lubuk hati yang terdalam ingin menyusuri jalan setapaknya bersama sahabat. Tapi karena suatu hal, keinginan itu perlu dipending dulu. Tetap sih, alam masih menjadi prioritas utama. Kali ini pilihan jatuh pada sebuah air terjun yang sebenarnya sudah lama saya kenal namun belum sekalipun sempat disambangi. Pernah sih lewat di gerbang masuknya saat mau nanjak Merapi beberapa bulan yang lalu tapi untuk benar-benar mencicipi segar airnya belum sempat terwujud. Air Terjun yang dimaksud adalah “Kedung Kayang”. Kayang? Apa hubungannya dengan salah satu gerakan yang mengingatkan saya pada satu gerakan senam lantai saat SMP dulu ya…??? Oke sabar, ada ceritanya kok…

Dari ajakan Angga lah keinginan itu baru kesampaian. Tak terlalu jauh sebenarnya lokasi air terjun itu dari rumah saya. Jalannya sama arahnya kalau kita mau ke Ketep Pass, cuman agak jauh dikit. Dari gardu pandang Ketep perlu memacu kendaraan ke arah Selo-Boyolali. Setelah belokan ke kiri yang cukup nikung, perlu sekitar satu km saja kita bisa sampai di pintu masuk yang ada di kanan jalan. Kalau dari arah Kota Boyolali sendiri juga sama mudahnya untuk mencapainya, tinggal masuk saja di gerbang di samping RSUD Boyolali yang bertuliskan Solo Selo Boyolali (SOSEBO), tapi cukup jauh kalau kita pakai jalur satu ini ketimbang yang lewat Ketep Pass.

Kedung Kayang sendiri merupakan sebuah air terjun setinggi sekitar 40-an meter yang terletak di alur Sungai Pabelan yang berasal dari dua gunung yaitu Merapi dan Merbabu pada ketinggian kira-kira 950 meter dari permukaan laut. Secara administratif terletak di perbatasan Kabupaten Magelang dan Boyolali, diantara Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang dan Desa Klakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali.


penampakan si air terjun dari anak tangga

Singkat cerita pagi itu kami berdua berangkat setelah sebelumnya kumpul di rumah saya di Getasan. Awalnya sih cuaca pagi itu terasa sangat bersahabat alias cerah pake banget, namun setelah masuk di kawasan Kabupaten Magelang barulah gumpalan awan kelam mulai menggelayut di langit Gunung Merbabu dan Merapi. Mendung sih tak masalah, tapi kami sangat berharap jangan sampai hujan turun. Tau sendiri lah, kami kan mau ke air terjun. Gimana jadinya kalau hujan turun dengan deras. Gak jadi seru kali ya.. Terlebih lagi sebelumnya saat browsing2 tentang air terjun yang ingin kami datangi tersebut, saya sempat menemukan artikel yang memberitakan dua orang kakak beradik mahasiswa UKSW Salatiga yang bernasib naas saat mengunjungi air terjun Kedung Kayang bertepatan saat hujan turun. Mereka berdua tewas. Huh, berita itu memang agak membuat saya gimana gitu. Tapi kami cuma bisa berdoa semoga kami selalu dalam lindungan-Nya.

Hore banget saat kami sudah melewati pintu gerbang Ketep Pass, cahaya matahari mulai bersahabat kembali sehingga saat kami sampai di loket Kedung Kayang malah jadinya terik banget. Langkah kami dimulai setelah tiket Rp 4.000,- untuk satu orang telah dikantongi. Menyusuri jalan berpaving tak begitu lebar diselingi warung-warung kecil yang menjajakan makanan dan minuman ringan, kami sempat pikir-pikir sejenak saat sampai di ujung jalan dengan percabangan. Ke kiri menuju atas air terjun sedangkan ke kanannya mengarah ke bawahnya dan satu spot menarik lain yaitu terowongan. Kami memutuskan untuk menjajal yang biasa dulu yaitu ke bawah air terjunnya, barulah setelahnya kami akan mencoba yang dari atas. Seperti biasa kalau kita ke air terjun pastilah harus trekking-trekking dulu seperti kalau ke air terjun Kali Pancur, Sekar Langit, Seloprojo, Curug KembarBolodewo, Grenjengan Kembar dan yang lainnya. Dengan kata lain nggak langsung sampai di air terjunnya secara serta merta. Nggak wow lah kalau tiba-tiba langsung sampai aja.

silahkan tentukan pilihanmu...!!!

menjadi turunan saat menuju air terjun
dan
menjadi tanjakan saat mau balik

kalau hujan deras, ni tempat jadi sungai loh...

Sempet salah jalan pas menuruni jalan berpaving itu. Harusnya turun terus, kami malah pake belok. Jadinya nyampe ke jalan yang ke arah atas air terjun tadi. Kalau mau ke bawahnya cukup ikuti jalan berpaving yang menurun ke kanan saja, gak perlu tikang-tikung. Memang sih rasanya kayak malah menjauhi spot air terjunnya yang sudah keliatan sedari di percabangan jalan pertama. Namun sepertinya memang sengaja dibuat demikian biar pengunjung menyusuri sungai dari aliran air terjun utamanya yang memang ternyata sangat bening dan seger banget airnya. 

Baru kali ini lho saya ke air terjun dengan air sebening di Kedung Kayang. Kami pun sempat berhenti dulu di salah satu sudut alirannya untuk menikmati sejuknya udara dan segar airnya. Tak begitu deras tapi tak tenang-tenang banget juga. Pokoknya pas deh timingnya dateng saat itu.



Air Terjun Kedung Kayang bukan air terjun musiman seperti Air Terjun di Umbul Songo Kopeng dan Grenjengen Kembar yang debit airnya menurun saat kemarau tiba. Lain halnya dengan air terjun yang satu ini yang meski kemarau tapi tetap saja debit airnya deras.


penampakan full Kedung Kayang dari bawah sampai atas

Oiya, sempat juga baca-baca mitos dan sejarah Kedung Kayang yang ada di papan Site Map. Saya ceritakan secara singkat yaa… Begini nih…


Nama Kedung Kayang diperoleh dari Empu-Empu yang ada di sekitar tempat tersebut, mereka adalah Empu Panggung, Empu Putut, dan Empu Khalik. Ceritanya pada jaman dulu tuh mereka sering mengadakan pertemuan. Menurut mereka Sungai Pabelan sangat memberikan berkah kepada masyarakat sekitar. Meski bersumber dari Gunung Merapi dan Merbabu, namun tak sekalipun mengalirkan lahar panas dari kedua gunung itu karena dipercaya bahwa di tempat itu ada yang menunggui yaitu Kyai Gadung Melati dan Nyai Widari Welas Asih.

Di satu hari para Empu mengadakan pertemuan yang tujuannya adalah untuk mengadu kesaktian mereka melalui “Tanding Balang” (balang = lempar) yang diadakan pada bulan Syura. Intinya, siapa yang bisa melempar telur ke tengah kedung (penampungan dari berbagai sumber air) tanpa memecahkannya maka dialah yang menang dan dianggap paling sakti.

Ternyata, yang terjadi adalah ketiga telur dari masing-masing empu pecah setelah masuk di kedung. Lalu ketiga empu menuruni tebing untuk memastikannya. Yang terjadi, anyang (kulit telur) itu tak satupun meninggalkan bekas.

Akhir cerita, mereka semua sepakat untuk menamai lokasi tersebut dengan nama “Kedung Kayang” dan selanjutnya pecahan dari telur-telur itu oleh Kyai Gadung Melati dan Nyai Widari Welas Asih ditimbulkan menjadi mata air yang mengalir sepanjang tahun. Adapun mata air yang timbul adalah yang berasal dari telur milik Empu Putut yang mengalir dari batu tengah tebing bagian utara, telur milik Empu Panggung menjadi mata air yang keluar di sebelah timur air terjun utama, sedangkan telur milik Empu Khalik menjadi mata air yang berada di sebelah barat air terjun.

sumber air yang menakjubkan,
keluar dari celah-celah tebing lho

Celakanya pas saya moto air terjun yang konon dari sebuah mata air dari telur milik Empu Khalik tersebut, ada seseorang yang sedang asik pipis di bawahnya. Wew wadef*k, hey mas sadar gak sih pipis mu itu bakal ngalir ke bawah. Agak ke sonoan dikit bisa kali. Semoga saja ti2tmu masih selamat. Sembarangan aja kecing di aliran air. Mata air Empu Khalik itu yang kamu pipisi.

Hahh, lupakan mas-mas gelo itu. Btw katanya di belakang air terjun terdapat goa dengan lebar ± 2 m dan tinggi ± 2,5 m dengan panjang yang konon tak terbatas. Kalau ada yang mau masuk ke goa harus masuk dulu di kedung lalu naik sekitar 1,5 m di belakang air terjun. Menurut cerita, dulunya goa itu sering dugunakan untuk topo broto (bertapa) oleh orang yang punya kepentingan khusus atau untuk meminta petunjuk dari yang maha kuasa.

Sangat luar biasa memang, disamping keindahan derasnya air terjun utama setinggi kurang lebih 40 meter-an banyak mata air disekitarnya yang keluar dari sela-sela bebatuan. Rasanya ketakjuban pada air terjun tersebut makin melonjak nih. Saya nobatkan deh Kedung Kayang menjadi air terjun terindah dan terbening airnya dari beberapa air terjun yang pernah saya datangi. Luar biasa…

Keunikan lain dari Air Terjun Kedung Kayang adalah bila di bulan Syuro di hari malam Jumat Kliwon sering terdengar alunan gamelan Jawa dan pada Kamis Wage semua kera-kera yang ada di sekitar Kedung Kayang berkumpul di atas air terjun tersebut. Masih banyak lagi keajaiban lain yang sering ditemui oleh masyarakat setempat maupun pengunjung.


Kedung Kayang serasa milik berdua


---

Seperti rencana awal, setelah kami berbasah-basah di bawah air terjun dengan butiran-butiran air yang beterbangan dengan bebas membasahi tubuh, kami melanjutkan "blusukan" menuju ke arah atas air terjun. Penasaran juga gimana view Kedung kayang kalau dilihat dari atasnya. Gak semudah yang disangka, tentunya kami harus trekking di tanjakan berdebu yang kami lewati di awal tadi. Lumayan ngos-ngosan juga ditambah terik matahari siang itu.

Sampai di atas kami istirahat sejenak di sebuah pondokan. Lama-kelamaan ke-PW-an itu mengundang rasa ngantuk juga. Tidur enak kali ya... udaranya seger banget soalnya, plus suara gemuruh air terjun yang sayup-sayup terdengar menentramkan jiwa.

Sebelum mata benar-benar merem, kami lanjut saja berjalan menuju atas air terjun sesuai rencana awal tadi. Tetap sama, kami harus melewati tununan anak tangga yang curam, kali ini ke arah kiri. Di ujung jalan berpaving itu ada sebuah gardu pandang untuk melihat air terjun dari sudut pandang lain. Cukup memukau view di gardu pandang itu. Tapi itu masih belum terlalu memuaskan rasa penasaran saya sebelum benar-benar menginjakkan kaki tepat di atas aliran sungai sebagai cikal bakal air terjun Kedung Kayang yang ada di atasnya.

finally...!!!

Untuk sampai di atas air terjunnya, perlu agak menyibak semak-semak yang cukup rimbun. Harus hati-hati pokoknya, jalurnya uda gak terlalu kelihatan dan cukup curam, apalagi di sebelah kanannya langsung jurang dengan batu-batu di bawahnya. Awalnya Angga pengen ngikut tapi melihat medan yang begitu ekstrim dia mengurungkan niatnya dan menunggu saya di atas saja. Setelah ngesot-ngesot dan berjuang sekuat tenaga, akhirnya sampailah saya di aliran sungai di atas curug. Waaah, ruarr biasyaa rasanya bisa berada di atas air terjun dan melihat pasangan-pasangan lagi bercinta dibawah. Meski agak gemeteran tapi saya coba tetap tenang dan tak lupa ambil gambar dari atas.


penampakan air terjun tepat dari atasnya


thanks ngga uda motoin..  hehe

Gak kerasa sudah mau dhuhur aja, kami sholat dulu di mushola dekat warung sebelum lanjut ke rencana selanjutnya. Apa itu? 
Dari awal Angga sudah merencanankan setelah dari Kedung Kayang kami mampir dulu di Ketep buat beli mendoan supernya. Katanya sih mak nyus, murah meriah lagi.

Oke, kami ambil motor dan langsung cus ke Ketep. Pilih-pilih warung yang pas dan ketemulah dengan mendoan panas yang siap tersaji di piring. Ditemani dengan semangkuk mie ayam, mendoan itu makin nikmat aja ditambah pemandangan sengkedan-sengkedan ladang penduduk yang menyejukkan mata. Komplit deh pokoknya perjalanan ke Kedung Kayang yang berakhir di warung lesehan Ketep hari itu.


view sengkedan dari warung lesehan


mendoan Ketep

Angga dan mendoan panas










Komentar

  1. aaaaaaaak, aku mau itu airterjunnya so wow banget sama si kembar kagak ada apa apanya tuh kembar tuuuh, mana jrnih coba aku ikut aku mau foto glesotan di kali yg jernih banget tuuuuh...aduh aku syedih di sini kagak ada begituan, yg ada mobil sama mall aku syediiih...tuh masnya gile bener foto di sumber mata air, smoga titi*nya selamat deh yak -.-

    kapan yak kita pergi pergi lagi ke alam alam gitu yak

    BalasHapus
  2. walah meyk, mall dan mobil itu sangat memenatkan pikiran.... bener2 ga ada emang ya, coba keluar dikit deh dari kotanya, kayaknya bisa nemu...

    curug kembar itu pemanasan aja lah ibaratnya hehe,

    kpn km pulang emg, siap ke alam lah pokoke....

    BalasHapus
  3. salam kenal. saya insya alloh bulan juni ada rencana backpacker an ke magelang. kalau air terjun kedung kayangan ini ada angkot kesana apa tidak ya? dan ada masalah petunjuk jalan nya gimana ya? terima kasih sebelumnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau angkutan umum ada sepertinya bus jur magelang boyolali via selo, tapi agaknya sangat jarang juga. Alternatif lain ada ojek, jauh sih memang.

      Ada petunjuknya kok mbak, di pinggir jln klo uda mau sampe ada kayak semacam papan penunjuk arahnya...

      Hapus
  4. kalau air terjun sekar langit bagaimana ya dengan transportasinya, soalnya saya hanya mengandalkan angkutan umum.

    BalasHapus
  5. Wah sama jg mbk... kedung kayang jg agak masuk...
    nggak ada angkutan umum jg...
    Klo yg ngojeknya agak deketan Air Terjun Kali Pancur mbak... Tapi Magelangnya agak ke arah Salatiga

    BalasHapus
  6. terima kasih infonya, mesti nyari sewaan pick up deh kayanya, secara rame-rame kesananya. gege

    BalasHapus
  7. Ini tempatnya dari parkir motor sampai air terjunnya jauh nggak mas?
    Kalau dari Ketep ke arah mana ya?
    Info dong :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. ga jauh kok dr parkiran... lewat anak tangga gitu dulu...

      Kalo lewat depan ketep (dr arah Kopeng) belok kiri ke arah Selo, Boyolali... ntar ada petunjuknya juga kok

      Hapus
  8. klu dari musuk kira2x arahnya mn ya mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. harus ke jalan ke Selo dulu mas, masuknya dari gapura sebelah RSUD Boyolali. Terus naik ke arah Magelang.

      Hapus
  9. Merinding mas, ngelihat anda lihat dari atas itu..

    BalasHapus
  10. mas skalian bagi critanya ya, rencana ntar hbs lebaran ke3 malamnya saia dkk mau k ketep Pass trus lgsg nyambung ke air terjun sri gethu...tp liat air trjun kdg kayang keknya ckup wooow jg,,,,kalo abis dr ketep pass ke air terjun kdg kyang apa ada ptunjuk arah jalan ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. deket banget mas air terjun ini dr Ketep Pass, sekitar 10 menitan naik motor.

      Dari Ketep Pass ntar belok kiri ke arah Selo. Ke air terjun ini ntar masuk dulu di gapura.
      Lokasinya sebelum Selo jadi deket banget sama Ketep Pass. Ada petunjuk jalannya di atas sebelum sampai gapura, tapi kayaknya ketutup pohon.

      Hapus
  11. Wah, kemaren dari sono ms..
    Ternyata kalo musim kemarau sungainya kering ya..

    Kemaren saia musti nyeberang sungai sedengkul dulu buat nyampe depan air terjun..

    BalasHapus

Posting Komentar

Jangan enggan beri kritik dan saran yaaa...!!!