Tak bisa kita lupakan begitu saja jika sebelum negara kita ini berdiri dan menjadi kesatuan seperti sekarang, terdapat banyak negara-negara kecil yang berdiri di wilayah nusantara dalam bentuk kerajaan-kerajaan yang memiliki latar belakang sejarah masing-masing, seperti contohnya Majapahit, Singosari, Mataram, Sriwijaya, Demak dan masih banyak lagi tentunya. Saya jadi ingat masa-masa SD dulu yang berusaha menghafal nama raja-raja yang memimpin tiap kerajaan yang menurut saya cukup menguras otak untuk melakukannya. Namun sekarang malah ingatan masa SD tersebut luntur sedikit demi sedikit tertimbun satu demi satu masalah kehidupan hehe *-*, padahal dulu sempat hafal lho…
Tak apalah jika ingatan pelajaran sejarah semasa SD sedikit luntur, namun semangat untuk mencintai sejarah masih menggebu-gebu dalam lubuk hati. Rasa penasaran terhadap peninggalan-peningglan sejarah selalu muncul di pikiran saya. Selalu saja jika keluar rumah dan pergi ke tempat baru saya berusaha mencari-cari ada apa saja yang menarik di tempat tersebut.
Sebenarnya sangat banyak peninggalan sejarah yang belum tereksplor dan banyak diketahui masyarakat luas. Peninggalan sejarah yang baru-baru ini saya kunjungi tepatnya pada hari Rabu, 17 April 2013 adalah Candi Klero yang belum terlalu dikenal dan sering dikunjungi. Nama candi ini mencerminkan letaknya yang berada di Desa Klero, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang yang berlokasi hampir mendekati Kabupaten Boyolali. Candi ini berada di pinggir timur Dusun Ngentak–Klero yang membuat kita harus jeli melihat petunjuk yang ada di pinggir jalan. Saya mengetahui letak candi ini memang dari papan petunjuk yang berada di pinggir jalan Salatiga-Solo.
Saya sih melihat petunjuk letak candi itu sudah dari dulu-dulu. Setiap melakukan perjalanan ke Solo atau Klaten selalu saya lihat, namun baru kemarin itu saya berkesempatan menyambangi Candi Klero. Sebelumnya penasaran juga sih bagaimana bentuk dan seberapa terawat candi tersebut. Setelah melihat Candi Dukuh yang ada di tepi Rawa Pening dan Candi Ngempon yang ada di tengah padatnya perindustrian Kecamatan Bergas beberapa waktu yang lalu akhirnya saya bisa melihat secara langsung kemegahan Candi Klero.
Sangat mudah sekali untuk sampai di lokasi Candi Klero ini berada, namun memang perlu jeli melihat satu-satunya papan petunjuk yang ada di pinggir Jalan Salatiga-Solo. Petunjuk itu bisa kita lihat dengan jelas saat kita menempuh perjalanan dari arah Solo menuju arah Semarang setelah melewati jembatan besar Tengaran. Papan tersebut menunjukkan lokasi Candi Klero atau Candi Tengaran yang mengarah ke satu gapura Dusun Ngentak-Klero yang jaraknya cukup dekat. Papan tersebut bertuliskan letak Candi Klero hanya 500 m saja dari lokasi papan petunjuk itu tertancap, sehingga tak terlalu jauh dari jalan raya sebenarnya. Kalau dari arah Semarang atau Salatiga setelah melewati terminal Tingkir-Salatiga masih cukup jauh. Tinggal ikuti saja jalan raya itu hingga sampai di satu gapura di kiri jalan yang bertuliskan Ngentak-Klero. Itu berarti kalau dari Salatiga sebelum jembatan besar tengaran yaaa…!!! Di seberang gapura tersebut banyak pedagang labu atau waluh yang menjajakan dagangannya di pinggir jalan. Jadi bisa dibuat patokan juga, kalau ada penjual waluh yang banyak di pinggir jalan berarti lokasi Candi Klero sudah dekat.
Setelah masuk melalui gapura desa, kita akan disambut dengan lingkungan pedesaan yang asri dengan pemandangan yang indah, rimbun, dan masyarakat yang ramah. Karena kita sebagai pengunjung dan terhitung orang asing alangakah baiknya jika berpapasan dengan warga kita menyapa atau “nyuwun sewu” agar lebih sopan.
Setelah memacu kendaraan sejauh 500 m akan terlihat gapura kecil di sebelah kanan yang jika kita tengok dari jalan desa tersebut sudah tampak bangunan candinya. Sesampainya di kompleks candi kita akan melihat hanya satu saja bangunan candi yang lumayan besar. Ya… memang terhitung besar dibanding Candi Dukuh dan Candi Ngempon yang masih dalam satu kabupaten.
Saat saya sampai di kompleks candi terlihat beberapa petugas yang sedang melakukan pembersihan bangunan candi yang mulai berlumut. Memang lumut adalah salah satu musuh besar bangunan yang seutuhnya tersusun dari tumpukan batu tersebut. Hal tersebut jugalah yang membuat saya berkesimpulan jika candi tersebut memang terawat dan dijaga.
Saat saya sampai di kompleks candi terlihat beberapa petugas yang sedang melakukan pembersihan bangunan candi yang mulai berlumut. Memang lumut adalah salah satu musuh besar bangunan yang seutuhnya tersusun dari tumpukan batu tersebut. Hal tersebut jugalah yang membuat saya berkesimpulan jika candi tersebut memang terawat dan dijaga.
Candi Klero ternyata bersebelahan dengan makam desa, hanya dibatasi dengan pagar tembok yang mengelilingi kompleks candi. Di depan pintu masuk kompleks candi disediakan buku tamu dan kotak amal. Tak ada tiket khusus untuk masuk ke objek wisata bersejarah tersebut. Namun sebaiknya kita menyisihkan uang sedikit untuk dana kebersihan candi tersebut.
Memasuki kompleks candi kita akan disambut dengan beberapa bongkah batu yang tersusun rapi. Terdapat beberapa batu balok mengelilingi sebuah lumpang yang alu atau penumbuknya sudah patah, sayang sekali ya….
Dari info yang saya dapat, sekumpulan batu tersebut bernama Mbah Lumpang Kenteng. Ingat Puncak Kenteng Songo Merbabu kan??? Lha, lumpang yang ada di Candi Klero ini hampir sama dengan yang ada di puncak Gunung Merbabu namun lebih besar.
Beranjak mendekati bangunan utama candi yang memang hanya satu-satunya bangunan candi yang masih berdiri kokoh di kompleks candi tersebut, saya pun tertarik untuk melihat bagian dalam ruangan candi. Bangunan utama candi kira-kira setinggi hampir 4 meteran yang memiliki anak tangga dan pintu bangunan candi yang menghadap ke barat. Saat menaiki anak tangga saya merasa aneh dengan batuan yang menyususn anak tangga tersebut yang nampaknya sudah tidak ori lagi. Ternyata memang candi tersebut sudah mengalami beberapa kali pemugaran oleh BP3 terutama terhadap beberapa batuan penyususn candi yang mulai hilang.
Karena ada penjaga candi yang sedang menyikat lumut yang menempel di batuan penyusun candi, saya pun menyapa bapak penjaga tersebut dan bertanya mengenai seluk beluk candi tersebut, namun tak terlalu banyak yang saya tanyakan.
Banyak candi yang sejarahnya bisa dilihat dari prasasti atau pun reliefnya, namun nampaknya hal itu sulit untuk Candi Klero karena selain tidak terdapatnya prasasti yang menerangkan latar belakang dibangunnya candi, relief yang biasanya terukir pada dinding candi pun tidak tampak pada candi ini. Pada dinding bangunan utama candi hanya terdapat satu larik tulisan yang sepertinya berhuruf Jawa kuno yang sulit terbaca bagi orang awan seperti saya.
Candi Klero tersebut merupakan candi bercorak Agama Hindu yang dibangun pada masa kerajaan Majapahit. Saya lupa bertanya apakah ada hubungannya dengan Candi Dukuh yang merupakan peninggalan Prabu Brawijaya Pamungkas yang membangun candi tersebut saat berada dalam masa pelariannya dari kejaran anak kandungnya yang mengajak menganut Agama Islam hingga akhirnya beliau moksa di Gunung Lawu.
Selain itu kata bapak penjaga candi, ternyata Candi Klero tersebut lebih tua usianya dari Candi Prambanan. Sebenarnya terdapat arca Desa Siwa di candi itu yang menunjukkan bahwa raja yang memprakarsai dibangunnya candi tersebut beragama Hindu beraliran Siwa. Arca tersebut sudah tidak berada di tempat semula, namun sudah disimpan di BP3 Prambanan.
Selain itu kata bapak penjaga candi, ternyata Candi Klero tersebut lebih tua usianya dari Candi Prambanan. Sebenarnya terdapat arca Desa Siwa di candi itu yang menunjukkan bahwa raja yang memprakarsai dibangunnya candi tersebut beragama Hindu beraliran Siwa. Arca tersebut sudah tidak berada di tempat semula, namun sudah disimpan di BP3 Prambanan.
Corak Hindu makin kentara saat kita masuk di ruang utama candi yang terdapat lingga dan yoni di dalamnya. Akan tetapi yang tersisa hanyalah yoninya saja yang berukuran cukup besar sehingga hampir memenuhi ruang utama candi. Di dekat yoni tersebut banyak sesaji yang memperjelas bahwa candi tersebut masih digunakan sebagai tempat beribadah. Di pelataran candi utama terdapat beberapa ornamen batu persegi yang tengahnya berlubang sepeti dulunya difungsikan untuk menancapkan tiang.
Tak seperti bangunan candi bercorak Hindu yang lain yang terdapat beberapa candi perwara atau pengiring di sekitarnya, namun di sekitar bangunan utama Candi Klero ini hanya terdapat reruntuhan bebatuan yang menurut saya bukan reruntuhan candi perwara karena jumlah batuan penyusunnya sedikit sekali untuk setiap reruntuhannya.
Suasana makin asri dengan dibuatnya taman di sekitar bangunan candi plus rerumputan hijau penghias kompleks candi. Karena bersebelahan dengan makam desa, tak heran di sekitarnya juga berdiri kokoh pohon beringin yang cukup besar.
Memang Candi Klero atau Candi Tengaran ini tak setenar Candi Prambanan atau pun Candi Gedong Songo, namun peninggalan sejarah tetap saja merupakan warisan budaya yang menjadi kebanggaan bangsa ini. Sebagai generasi muda mari kita kenalkan situ-situs bersejarah yang masih belum tereksplor agar dunia tahu kalau Indonesia ini merupakan bangsa yang besar kerena menghargai sejarahnya.
Halo mas, mohon izin menggunakan salah satu gambar untuk tugas magang ya. Nanti sumber akan saya cantumkan. Terima kasih
BalasHapusboleh, silahkan :) ...
Hapus