Nama Ciremai baru akrab terdengar di telinga saya sebenarnya setelah hobi mendaki gunung berjalan sekian waktu, salah satu sebabnya karena letaknya berada di provinsi yang berlainan dengan tempat tinggal. Mengakrabi sekaligus mendaki gunung-gunung yang berada di sekitaran Jawa Tengah saja butuh waktu hampir setahun. Untuk memilih gunung-gunung di provinsi tetangga, waktu itu saya lebih memprioritaskan untuk mendaki gunung yang ada di Jawa Timur dulu. Barulah setahun belakangan ini, tahun 2016, saya yang “makan bangku” kuliah lagi di PKN STAN Bintaro mulai berkenalan dengan gunung-gunung yang ada di Jawa Barat.
Beberapa
waktu berjalan, Ciremai akhirnya bisa saya sambangi puncaknya di akhir 2016
lalu via jalur pendakian Apuy barengan saudara-saudara di Kelompok Pecinta Alam
STAPALA PKN STAN. Ceritanya bisa dibaca disini
nih, khusus postingan kali ini bakal dibahas mengenai pendakian menuju puncak
tertinggi Gunung Ciremai via jalur pendakian Linggarjati.
Mendengar
nama Linggarjati apa yang kalian ingat? Hmmm, kayak pernah denger gitu yak.
Pastinya pernah lah, terlebih bagi mantan anak sekolahan yang dulu pernah
belajar IPS Sejarah. Yap, jalur pendakian Gunung Ciremai yang satu ini melewati
lokasi dimana Perundingan Linggarjati antara yang dilaksanakan antara Indonesia
dan Belanda pada 11-13 November 1946. Perundingan yang menghasilkan kesepakatan
dimana Belanda mengakui secara de facto wilayah
RI yaitu Jawa, Sumatera, dan Madura serta membentuk negara RIS (Republik
Indonesia Serikat) dengan Indonesia harus tergabung dalam Persemakmuran
Indonesia Belanda dengan mahkota negeri Belanda sebagai kepala uni. Itung-itung
mengingat sejarah bangsa lah ya hehe. Btw kalau kalian pengen lebih greget lagi
mengingat sejarah tersebut, bisa banget loh mampir sekalian dan melihat-lihat
isi gedungnya. Lebih santai sih enaknya kalau pas udah turun gunung saja mampir
ke gedung Perundingan Linggarjatinya.
di sekitaran gedung Perundingan Linggarjati |
Menuju Basecamp Linggarjarti
Ada
beberapa pilihan jalur untuk bisa sampai di puncak Gunung Ciremai dengan
karakteristik, tingkat kesulitan, dan mitosnya masing-masing. Beda jalur yang
kita lewati akan membawa kita ke sisi puncak yang berbeda pula. Kalau lewat
jalur Apuy dan Palutungan akan mengarahkan kita ke sisi puncak dengan
pemandangan kawah barat. Jalur Palutungan (Kab. Kuningan) bakal bertemu dengan
jalur pendakian Apuy (Kab. Majalengka) di sebelum Pos 6 (Goa Walet). Beda lagi
dengan jalur pendakian Linggarjati dan Linggasana yang sama-sama masuk ke dalam
wlayah administrasi Kab. Kuningan bakal mengarahkan kita menuju puncak dengan view kawah bagian timur dan di sisi
inilah puncak tertinggi Ciremai (Puncak Sunan Cirebon, 3.078 mdpl) berada.
Karakteristik Jalur Linggarjati
Ngomongin
jalur yang satu ini tentu sudah tersohor tingkat kesulitannya yang juara.
Katanya jalur ini adalah jalur “dengkul ketemu dada” haha ada-ada saja. Tapi
setelah saya benar-benar berhasil mendakinya, saya turut meng-iyakan julukan
tersebut. Banyak banget tanjakan di jalur Linggarjati dengan nama-nama uniknya.
Ada tanjakan Seruni, ada tanjakan binbin, ada pula Pos Kuburan Kuda yang
tanjakannya seseram namanya, tak lupa tanjakan di Pos Bapa Tere yang sungguh
menantang kekuatan dengkul pendaki. Siapkan dengkul cadangan deh kalau mau
melewati tanjakan di Pos Bapa Tere ini. Meskipun sebenarnya ada jalur memutar
yang lebih landai yang terdapat di sebelahnya, tapi memang menjadi kepuasan tersendiri kalau bisa
melewatinya.
Tanjakan Bapa Tere |
Tanjakan selepas Sanggabuana |
Naik
lagi akan ada tanjakan-tanjakan lainnya yang siap “menguji nyali”. Terlebih
saat tenaga pamungkas siap digencarkan untuk sampai puncak. Trek menuju puncak
Ciremai ini seperti tingkatan tertinggi dari sulitnya jalur Linggarjati. Selain karena
tenaga pendaki yang tinggal sisa-sisanya saja setelah sebelumnya dihajar
tanjakan sambutan, kadang cuaca yang berubah tak menentu turut menjadikan
mental menciut. Seperti yang kami alami saat itu. Saat melewati trek sebelum
puncak Ciremai, cuaca terasa mendung sendu seolah akan turun hujan. Namun,
berubah drastis menjadi panas yang sangat terik begitu kami sampai di puncak
tertinggi Gunung Ciremai. Cuaca cerah itu kami manfaatkan untuk mengabadikan
pemandangan puncak dipadukan dengan kawah berwarna hijau toska yang mirip-mirip
kawah Gunung Kelimutu di Flores sana. Sungguh istimewaaa. Perjuangan yang
terbayar lunas dengan apa yang bisa kami lihat saat itu.
Jadi kangen gunung ciremai.....
BalasHapusapalagi jalur linggarjati Kang...
HapusMas ardi kenapa blognya gak di pasang iklan?
BalasHapus??
Hapusdipasang kok mas... hehe
HapusDari awal kuliah pengen banget kesini tapi belum kesampaian :C
BalasHapussegera realisasikan mas...
Hapuspilih tanggal yg pas & lgsg brgkt
Kapan kapan coba lari gunung alias trail run
BalasHapusBisa juga tuh mas, beberapa kali pernah dibuat lomba juga.
HapusCiremai lewet linggar jati .. di pos 8 batu lingga temen gw hilang 6 jam
BalasHapus