L
|
ovely December termasuk salah satu event adat terbesar di Indonesia yang diselenggarakan di Tana Toraja dan sayang banget untuk
dilewatkan bagi kalian yang doyan banget sama hal-hal yang berbau etnik dan
kultur. Dari namanya saja pastinya even tersebut
digelar pada bulan Desember, tepatnya menjelang perayaan Hari Raya Natal dan
sifatnya tahunan. Banyak acara yang digelar dan semuanya seru-seru, hanya
bisa dilihat di Toraja deh. Salah dua upacara yang paling tenar di Toraja adalah Rambu Solo' yang merupakan upacara kematian
dan Rambu Tuka' yang tak lain adalah upacara pernikahan. Tapi dari keduanya yang
paling keren diantara yang terkeren adalah upacara kematiannya. Banyak orang
yang bilang orang Toraja cari duit buat mati. Upacara kematian selain bermakna kedukaan juga berarti pesta. Gak salah kok dan itulah
yang terjadi di sana. Saat upacara kematian itulah duit keluar dengan
gampangnya. Bisa sampai angka miliaran lho untuk upacara kematian saja. Lebih lagi upacara tersebut tak hanya dilakukan satu prosesi saja, banyak rangkaian
upacara mulai dari sesaat setelah meninggal hingga akhirnya “dikubur”. Hal itu
karena setelah mati mereka tak lantas langsung dikubur seperti kebanyakan orang mati, tapi diawetkan dulu
selama beberapa waktu dan bahkan sampai tahunan. Wow, makanya Toraja terkenal
pula dengan mummy-nya. Disamping itu ada pula upacara yang namanya Ma’nene’ yaitu upacara mengganti pakaian mayat
yang sudah diawetkan dan kalau beruntung kita bisa melihatnya dari dekat
upacara tersebut.
Duit milyaran itu habis dimananya ya kira-kira, kok bisa-bisanya upacara kematian bisa memakan dana hingga angka “M”. Nah, itu pula yang menjadikan Toraja istimewa dan patut masuk Dream Destination kamu. Duit milyaran itu habis di kerbau.
Duit milyaran itu habis dimananya ya kira-kira, kok bisa-bisanya upacara kematian bisa memakan dana hingga angka “M”. Nah, itu pula yang menjadikan Toraja istimewa dan patut masuk Dream Destination kamu. Duit milyaran itu habis di kerbau.
Yap,
KERBAU sodara-sodara, hewan yang dalam bahasa setempat disebut “Tedong” itu memang
sangat bernilai lebih. Orang Toraja nggak tanggung-tanggung bisa mengorbankan
ratusan kerbau dan harga tiap kerbaunya bisa mencapai ratusan juta, ckckckck.
Belum kalau yang dikorbankan adalah kerbau yang warnanya belang pink coklat,
hmmm harga satu ekor saja bisa semilyaran. Kerbau belang di Toraja ada berbagai
jenis, yang membedakan cuman keadaan belang serta tanduknya. Ada Tedong
Salekko, ada Tedong Bonga, ada yang tanduknya panjangnya dua meter punya nama
sendiri, ada yang tanduknya melengkung ke bawah punya namanya sendiri, banyak
deh. Bagi kalian yang pernah melihat kerbau belang seperti yang saya gambarkan
itu apakah berarti kalian melihat kerbau yang harganya semilyaran juga?
Sayangnya tidak bro, kerbau belang semilyaran itu cuma berlaku bagi kerbau
Toraja. Bagi kerbau-kerbau belang dari daerah lain, maaf yaaa kalian tidak
berharga dimata orang Toraja.
Oh iya... cerita sedikit ya tentang masa kecil saya. Masih inget banget saat SD dulu ada pelajaran menggambar. Suatu hari Bu guru nyuruh buat menggambar salah satu rumah adat yg ada di daerah-daerah di Indonesia. Saya yg saat itu tinggal di Jawa Tengah tak lantas menggambar Rumah Joglo yg jadi rumah khas provinsi saya itu.
Oh iya... cerita sedikit ya tentang masa kecil saya. Masih inget banget saat SD dulu ada pelajaran menggambar. Suatu hari Bu guru nyuruh buat menggambar salah satu rumah adat yg ada di daerah-daerah di Indonesia. Saya yg saat itu tinggal di Jawa Tengah tak lantas menggambar Rumah Joglo yg jadi rumah khas provinsi saya itu.
Kebetulan saya punya Buku Atlas yg isinya lengkap, tak hanya
gambar peta-peta tapi komplit dengan kebudayaan dan wisatanya.
Saya buka bagian rumah adat karena memang sedang ada tugas
untuk menggambar rumah adat. Setelah pikir-pikir lama, biasa lah anak SD susah
menentukan pilihan. Sampai akhirnya mata saya tertuju pada satu rumah adat yang
bentuknya sangat unik, disitu tertera namanya yaitu “Tongkonan”. Hingga
akhirnya entah mengapa saya putuskan untuk menggambar rumah adat Suku Toraja
itu.
Jauh sebelum mendapatkan penempatan kerja, ternyata Allah
sudah memberi clue melalui pelajaran menggambar saat SD
kalau bakal mendapat penempatan di Sulawesi. Setelah beberapa bulan bekerja di
Majene-Sulawesi Barat, dapatlah saya kesempatan untuk melihat langsung rumah
adat yang saya gambar saat SD tersebut bahkan bertepatan dengan event “Lovely
December 2014”. Asik kan ??? haha...
Saya tak seorang diri menikmati indahnya Toraja, saat itu
banyak teman yang ikut serta. Saya mengajak rekan sekantor. Dengan penuh
antusias mereka meng-iya-kan ajakan saya, meski ada beberapa yang berpikir
ulang. Awalnya kami berencana menggunkan bus yang banyak melayani perjalanan
menuju Toraja, kebanyakan starting point-nya dari Kota Makassar.
Sedangkan kami yang dari Provinsi Sulbar sebenarnya lebih dekat kalau berangkat
dari Majene langsung ketimbang ke Makassar dulu, tapi setahu kami nggak ada bus
dengan rute Sulbar ke Toraja. Entah nggak ada atau memang kami nggak tau.
Akhirnya ada usul dari salah seorang teman untuk pakai motor saja ke Toraja.
Buka google
maps dan kami tau jarak Majene-Tana Toraja terpisah sejauh 232 km
untuk rute terpendeknya. Hmmm, jauh memang yaa... Tapi akhirnya keputusan untuk
pakai motor disepakati semua. Jadilah akhirnya trip kali itu dengan judul
“Touring Majene-Toraja”.
Trip kali ini kami yang dari Kantor Pajak akan berkolaborasi
dengan teman yang penempatan di BPS. Sebenarnya kami sih yang banyak dibantu
mereka, yang paling vital adalah masalah penginapannya. Kami sangat
berterimakasih banget karena sudah dibookingkan, sehingga kami pun tidak
memikirkan lagi tentang penginapan. Kami berencana menginap di salah satu
penginapan yang ada di daerah Makale, ibukota Kab. Tana Toraja Selatan.
Sehingga kami rencanakan trip tiga hari ini akan bisa mengeksplor wisata alam
dan budayan di dua kabupaten Tator Selatan dan Tator Utara.
Kami sampai di Tana Toraja sekitar pukul 15.30 dengan
kondisi capek, lelah, letih, dan basah kuyup karena di perjalanan setelah
rombongan touring memasuki gerbang Selamat Datang di Tana
Toraja hujan deras menyambut kami. Kenapa bisa pas banget lho, begitu masuk
Kab. Tana Toraja hujan tiba-tiba turun, padahal di perjalanan dari Majene
hingga Enrekang kami selalu dinaungi teriknya matahari. Kami baru memulai
keliling Tator keesokan harinya karena kami sampai di sana saja sudah sore hari
apalagi capek banget setelah kurang lebih tujuh jam perjalanan dengan motor.
Wisata budaya memang sangat diunggulkan di Tana Toraja. Tak
hanya itu dong tentunya. Dari segi sejarah, Toraja punya ratusan situs-situs
peninggalan Zaman Megalith yang masih bisa dengan mudah kita jumpai. Semuanya
itu berpadu dengan alam yang dianugrahkan pada Toraja yang sungguh
memukau. Sekilas begitu memasuki Tana Toraja saya teringat karst Rammang-rammang namun bedanya kabut-kabut tipis turut
menghiasi puncak-puncak pegunungannya. Selain itu masih ada air terjun, gunung,
telaga, goa, dan masih banyak lagi yang bisa dinikmati. Pokonya kalau kesana
kalian bakal dapat paket trip yang sangat-sangat lengkap banget.
Berikut adalah rangkaian trip kami selama tiga hari. Kami mulai dari yang paling dekat dengan penginapan kami di Makale, Toraja Selatan.
Trip Hari Pertama:
1. Karatuan
ceritanya kami jadi model iklan objek wisata yg baru dibuka ini |
Sebenarnya
kami iseng saja kesini untuk mengisi waktu pagi sambil mencari sarapan. Dari
jalan poros Makale-Rantepao kami berbelok ke kiri arah Sangalla (setelah POM
bensin). Penginapan kami berada persis di depan POM bensin Makale jadi
kami cari-cari saja sesuatu yang menarik yang bisa dilihat tapi nggak terlalu
jauh dari penginapan. Hal yang menarik dari tempat wisata yang baru mau dibuka
ini adalah jejeran koleksi Alang/Lumbung dan Tongkonannya yang menawan.
Hahaha,
jadi saat itu tuh kami berwisata di tempat wisata yang belum resmi dibuka, tapi
koleksinya keren-keren lho. Dari si penjaga tempat wisata itu kami sedikit
mendapat info tentang mana-mana saja Alang yang tertua hingga yang termahal.
ornamen ukirannya khas |
2. Lemo
Lemo adalah salah satu tujuan wisata yang wajib dikunjungi di Tana
Toraja. Pastinya foto-foto tentang Lemo ada di deretan teratas google.com saat
anda mencarinya di mesin telusur tersebut. Kubur batu yang terdapat di tebing
yang dilubangi itu diperkirakan sudah ada sejak abad ke-16 dan menjadi tempat
peristirahatan terakhir para kepala suku di Toraja. Jika beruntung kalian bakal
mendapati lubang-lubang yang pintunya sudah tidak ada sehingga terlihatlah
tulang belulang yang ada di dalamnya. Makin tinggi letak kuburannya,
menandakan derajat orang yang berada dikubur dalamnya juga tinggi. Satu lubang
bisa diisi lebih dari satu lho, tentunya diantara mereka masih ada hubungan
kerabat.
Untuk mencapainya cukup mudah, banyak tempat wisata yang sudah diperjelas dengan adanya papan petunjuk yang ada di tepi jalan poros, sehingga saat melintasi jalan poros Makale-Rantepao waspadalah dengan petunjuk tersebut. Objek wisata ini jaraknya kurang lebih 7 km di utara Makale dan 11 km di selatan Rantepao.
3. Kete Kesu'
Objek Wisata di Toraja gak bakal jauh-jauh dari kuburan dan tengkorak pokoknya. Selain Lemo, ada lagi yang namanya Kete Kesu' yang sebenarnya ini adalah salah satu desa tradisional yang masih mempertahankan arsitektur rumah adatnya yang dikenal dengan nama Tongkonan.
renovasi tongkonan secara gotong royong |
melihat Tao-tao, patung yang dibuat menyerupai mayat yang dimakamkan di dekatnya |
pengen foto kayak gini ??? datang ke Toraja...!!! |
tengkorak berserakan dimana-mana |
4. Buntu Pune
Sebenarnya kami masih bertanya-tanya
mengenai objek wisata ini, karena memang tak ada di list destinasi yang sudah
saya buat. Kami tahu ada objek wisata ini saat ke Kete Kesu' kami melihat ada
papan petunjuk yang bertuliskan Objek Wisata Buntu Pune, jadilah kami
penasaran.
Kalau dari namanya, ada kata “buntu”
saya menebak-nebak sepertinya ada unsur bukit-bukitnya. Benar saja... begitu
kami sampai di lokasi yang saat itu mungkin hanya kami saja yang berada disitu
tanpa adanya petugas tiket yang berjaga, kami langsung menuju puncak bukit
tanpa berpikir panjang. Berharap di puncak bukit ada situs-situs bersejarah atau
apapun itu.
Tak berapa lama mendaki anak tangga, akhirnya sampailah kami
di puncaknya. Kami cari-cari ada apa di puncaknya tapi kami tak temukan apa-apa
selain tumpukan batu-batu yang berantakan.
Bukan itu sepertinya point of interest-nya. Dari
pada nggak dapet apa-apa akhirnya kami nikmati saja pemandangan kota dari
puncak bukit yang lumayan tinggi tersebut. Itu pun sangat luar biasa, cukup
mengganti rasa lelah mendaki.
Setelah
cari tahu, ternyata yang jadi daya tariknya adalah Tongkonan-tongkonan tua yang
ada di dekat tempat kami parkir motor dan juga kubur batu yang ada di jalan
agak menurun. Tongkonan di Buntu Pune ada dua yaitu Tongkonan Kamiri pada
sebelah Barat dan Tongkonan Potok Sia pada sebelah Timur. Kedua Tongkonan
tersebut menghadap ke Utara. Di depan kedua Tongkonan tersebut terdapat tujuh
alang Sura’ (lumbung padi yang diukir).
Semuanya
menghadap ke Selatan. Selain berfungi sebagai tempat menyimpan padi, juga
sebagai tempat menerima dan menjamu tamu, serta merupakan tempat formal pada
saat melakukan upacara adat baik itu upacara Rambu Tuka’ syukuran) maupun Rambu
Solo’. Sedangkan bukit yang kami daki itu dulunya dimanfaatkan untuk memantau
keaadaan dimana saat itu sedang jaman penjajahan Belanda. Sempat pula terjadi
perjanjian antara masyarakat Toraja dengan pemerintah kolonial Belanda yang
akhirnya melahirkan perjanjian Buntu Pune.
Batutumonga dari info yang saya dapat adalah sebuah desa yang berada di lereng Gunung Sesean yang mendapat julukan "Desa di atas Awan". Setelah kami kesana dapat kami simpulkan bahwa objek wisata ini adalah yang paling jauh dari penginapan kami. Karena sudah masuk Kab. Toraja Utara dan itu pun lokasinya ada di paling ujung utara.
Hari Kedua
1. Batutumonga
medan Gunung Sesean |
Gak
salah juga kami berangkat dari penginapan sebelum subuh. Yap bener, sebelum
subuh karena untuk mengantisipasi kedatangan kami keduluan terbitnya
matahari. Sunrise Batutumonga lah yang kami buru saat itu. Bagi yang
menginap di Rantepao (Ibukota Kab. Toraja Utara) tentunya bakal lebih dekat.
Pos 4 Gunung Sesean
view-nya keren bgt...
|
Gak
usah mencari dimana desa Batutumonga berada, kalau ntar di jalan nemu tempat
dengan pemandangan keren langsung berhenti saja, jangan kayak kami yang
kebingungan mencari dimana letak tepatnya Batutumonga berada hingga kami malah
sampai bisa sekalian mendaki Gunung Sesean (2.100 mdpl) hingga sampai Pos 4.
2. Pana’
Turun dari Batutumonga kami bergerak menuju tempat wisata lain
yang tak begitu jauh jaraknya. Lagi-lagi kuburan, tapi yang ini beda. Pana’
adalah kuburan yang dikhususkan untuk bayi. Nggak di tebing batu lagi tapi di
batang pohon. Kami kesulitan mencari pohon mana yang dijadikan kuburan, kami
malah terfokus pada kuburan yang ada di tebing yang cukup horor. Kami hanya
menjumpai satu pohon saja yang dijadikan kuburan dedek bayi.
ada juga kubur batunya |
ini dia kuburan bayi ngintip di lubang emang ada kayak tulang-tulangnya |
Selain Pana', kuburan bayi juga ada di
Kambira. Sama arahnya kalau mau ke pemandian air panas Makula.
Dari penjaga objek wisata Baby Graves Pana’ kami dapat info kalau jalan menuju Rantepao bisa lebih dekat lagi dengan langsung turun saja, nggak perlu balik ke Batutumonga lagi. Kami setuju dengan apa yang dikatakan bapak itu untuk lewat jalan yang langsung turun dari Pana’, tapi ternyata jalannya jelek hiks. Nggak papa sih, yang penting bisa segera sampai di kota dan mengisi perut yang sudah keroncongan karena tenaga terkuras setelah mendaki Gunung Sesean.
3. Situs Megalitikum Bori’
Setelah sarapan di warung Jawa di dekat pasar Rantepao kami Menuju
Kalimbuang Bori’, sebuah kompleks situs megalitikum yang juga lagi-lagi ada
pekuburan batu yang usianya sudah sangat tua. Situs dengan batu-batu menhir
yang menjulang tinggi ini terdiri dari 24 buah ukuran besar, 24 buah
ukuran sedang, dan 54 buah ukuran kecil. Ukuran menhir ini mempunyai nilai adat
yang sama. Penyebab perbedaan adalah perbedaan situasi dan kondisi pada saat
pembuatan/pengambilan batu. Keberadaan batu berdiri di lokasi ini
bertujuan untuk menghormati pemuka adat atau kaum bangsawan yang telah
meninggal dunia. Pemberian atau pembuatan menhir sendiri harus melalui upacara dan
terdapat syarat wajib yang harus dipenuhi. Menhir hanya diberikan bagi mereka
yang memenuhi tingkat Rapasan Sapurandanan, yang berarti mengorbankan
hewan kerbau minimal 24 ekor pada saat upacara penguburan.
4. Pallawa
Tempat ini adalah kawasan desa tradisional Toraja yang masih
mempertahankan Tongkonan yang umurnya sudah sangat tua hingga atapnya ada yang
ditumbuhi tanaman liar. Untuk menuju Pallawa kita ambil arah ke Sa’dan saat
berada di persimpangan menuju Batutumonga.
5. Upacara Adu Kerbau
Upacara di Toraja sangat random dan tersebar dimana-mana. Saat itu
kami sebenarnya ingin melihat upacara pemakaman salah satu kerabat bupati yang
juga digelar besar-besaran, tapi karena lokasinya yang berada jauh dari deretan
tempat-tempat wisata, jadinya kami skip saja. Untungnya saat kami
pulang dari Pallawa kami menemukan satu upacara yang sedang digelar. Bukan
upacara pemakaman maupun pernikahan, namun semacam adu kerbau gitu. Seru juga
kelihatannya. Kami perlu menunggu beberapa waktu hingga adu kerbau dimulai.
Menjelang sore barulah dimulai seruduk-serudukannya.
kerbau berhidung belang |
penontonnya rame banget
makin kerbaunya berdarah-darah, teriakannya makin keras
|
Dua kerbau gempal bertanduk besar digiring ke tengah lapangan
untuk diadu. Pertandingan pertama, kedua, ketiga belum menunjukkan keseruan
yang berarti, hingga pasangan keempat yang baru menunjukkan kegarangan
kerbau-kerbau Toraja. Sumpah seru banget. Kerbau yang menang adalah kerbau yang
lebih kuat mendorong lawan yang bahkan bisa sampai keluar ke jalan raya. Warga
Toraja begitu gembira sekali melihat adu kerbau ini, bahkan kalau si kerbau
sampai berdarah-darah maka teriakan penonton makin kencang mendukung kerbau
jagoannya.
Oiya... karena sudah menjadi adat, ada
juga taruhan kerbau hingga angka jutaan. Hal penting bagi kalian yang ingin
melihat pertunjukan ini adalah keselamatan saat menontonnya dimana tak ada
pembatas khusus antara kerbau yang diadu dan penontonnya.
6. Galugu Dhua
Kalau tempat wisata yang satu ini adalah pusat pengrajin kain
tenun Toraja. Kita bisa berbelanja oleh-oleh kain dengan motif khas Toraja
dengan harga terbaik sesuai negosiasi. Selain itu kita bisa juga melihat
langsung dan berinteraksi dengan warga setempat yang sedang menggarap tenunan.
Hari Ketiga
1. Makula
Makula
adalah pemandian air panas di Tana Toraja. Saat itu kami niatnya mengawali hari
terakhir kami disana dengan mandi air panas. Kami berangkat pagi-pagi dari
penginapan tanpa mandi dulu. Namun karena mungkin kepagian, si penjaga kolam
berkata kalau tempat wisata itu belum dibuka karena masih harus dibersihkan dan
perlu waktu yang lumayan lama.
Yah,
kami pun pulang dengan tangan hampa. Akhirnya mandi di penginapan deh.
2. Tilanga
Siangan
dikit kami check out dari penginapan lalu menyelesaikan daftar
destinasi yang belum didatangi kemudian langsung pulang ke Majene.
Kami bergegas
ke Tilanga. Sebuah kolam jernih yang selain bisa buat renang-renang juga
ternyata dihuni morea loh.
Tau
??? Morea itu sejenis belut, sidat, muray, atau apalah. Intinya dihuni beberapa
ekor belut raksasa.
Morea
di tilanga tak serta merta menunjukkan batang hidungnya saat kita pengen
ngeliatnya, tapi untuk memanggilnya perlu dipancing dulu dengan telor mentah.
Karena yang kami bawa bukan telur yang disukai morea jadinya kami tidak sempat
melihat si morea di Tilanga deh.
3. Londa
Sepulang dari Tilanga kami menuju
Londa. Tempat ini menjadi penutup trip kami di Tana Toraja karena waktu juga
yang memisahkan kita. Kami masih harus balik ke Majene juga soalnya. Perjalanan
pulang masih sangat panjang.
Tebing Londa |
di jalan masuk ke dalam goa kita disambut kayak beginian |
kondisi di dalam Goa Londa |
ni tengkorak kayaknya pas masih hidup adalah smoker sejati |
masuk goa bisa sewa jasa pemandu & penerangan dengan lampu petromaks |
suasana dalam goa dengan penerangan lampu petromaks |
Londa adalah kuburan yang berada di dalam goa. Gak beda jauh sih
sama yang di Kete Kesu,tapi tentunya setiap tempat wisata punya hal yang
spesial. Nah di Londa kita bisa melihat dua sejoli yang bisa dibilang Romeo
& Juliet versi Toraja. Karena pasangan tersebut menjalin kasih namun masih
kerabat dekat akhirnya keluarganya pun tak menyetujui hubungan mereka. Bunuh
diri deh.
tengkorak Romeo & Juliey Toraja |
Selain tengkorak Romeo & Juliet, kita bisa melihat mummy versi
Toraja dari dekat loh, bukan tengkorak dan kerangka lagi tapi mummy. Ihhh,
serem... nih penampakannya.
Mummy Toraja |
Tips & Trick :
1. Penginapan
penginapan kami lokasinya persis di depan pom bensin Makale |
Event “Lovely December” sangat menyedot perhatian wisatawan dan tak heran juga kalau penginapan-penginapan di Toraja menjadi rebutan. Sebagai antisipasinya, beberapa hari sebelum keberangkatan ke Toraja lebih baik kita cari info, kalau masih tersedia dan sesuai dengan yang diinginkan lebih baik langsung booking saja. Saya dulu minta tolong teman yang ada di Kota Enrekang-Sulsel untuk mencarikan penginapan dan dapatlah yang lokasinya di daerah Makale.
Di Toraja teman-teman bisa menginap di wisma atau hotel tinggal disesuaikan dengan budget saja. Kalau mau wisma yang murah bisa nginap di Wisma Sarla, dekat rumah sakit Marampa Jalan Andi Mappanyukki No.83 Rantepao dengan kisaran harga Rp 75.000,- sampai Rp 150.000,- telp. 0423-21167 atau 082395635791. Kalau mau ala-ala bacpacker bisa di Wisma Maria 1 dengan alamat Jalan Dr. Sam. Ratulangi, Rantepao, Toraja Utara telp. 0423-21165 dan Wisma Maria 2 Jalan Pongtiku, Rantepao, Toraja utara telp. 0423-21288 dengan tarif mulai dari Rp 160.000,-.
penginapan yang berbentuk Tongkonan |
Oiya, sejauh sepengamatan saya tempat-tempat wisata lebih banyak dan lebih dekat kalau kita menginap di Rantepao sebenarnya, tapi cuman saran saja. Kalau nggak punya banyak waktu libur mending eksplore Toraja Utara doang saja soalnya lebih banyak tempat wisatanya.
2. Indahnya pemandangan sepanjang perjalanan menuju Tana Toraja
Destinasi tak hanya destinasi itu sendiri, namun sepanjang perjalanan menuju lokasi yang kita tuju itu pula menjadi destinasi. Sama seperti kami. Destinasi dari trip kali ini adalah Tana Toraja, namun objek-objek wisata lain di sepanjang perjalanan menuju Tana Toraja juga merupakan destinasi.
Ada apa saja memang ???
Pernah Dengar Gunung Nona ???
Saya pun sebenarnya sudah pernah dengar bahkan malah sering karena menjadi nama salah satu jalan di Kota Makassar. Tak disangka ternyata gunung tersebut wujud aslinya ada di Kab. Enrekang. Kalau ke Tator dari Makassar pastilah melewati objek wisata yang katanya wajib disinggahi kalau kita ke Toraja.
Dari namanya saya sudah membayangkan bagaimana indahnya. Latar belakang pemberian nama itu karena bentuk kontur gunung yang menyerupai Miss V nona-nona. hahahh...
Jangan dibayangin loh...!!!
Tak hanya Gunung Nona, masih ada Bambapuang yang keliatan lebih keren kalau pandang dari sebelum sampai spot gardu pandang Gunung Nona. Gambar gunung tebing Bambapuang yang di bawah ini diambil tepat di depan gardu pandang Gunung Nona jadinya yang begini bentuknya.
Kalau kita melihat Bambapuang dari tempat yang pas, bakal dapet efek kayak gunung-gunung yang ada di serial Kera Sakti. Kayak editan pokoknya, padahal jelas -jelas melihatnya secara langsung. Wow bgt...!!!
Ada apa saja memang ???
Pernah Dengar Gunung Nona ???
Saya pun sebenarnya sudah pernah dengar bahkan malah sering karena menjadi nama salah satu jalan di Kota Makassar. Tak disangka ternyata gunung tersebut wujud aslinya ada di Kab. Enrekang. Kalau ke Tator dari Makassar pastilah melewati objek wisata yang katanya wajib disinggahi kalau kita ke Toraja.
Dari namanya saya sudah membayangkan bagaimana indahnya. Latar belakang pemberian nama itu karena bentuk kontur gunung yang menyerupai Miss V nona-nona. hahahh...
Jangan dibayangin loh...!!!
Gunung Nona, Kec. Anggeraja, Kab. Enrekang |
Tak hanya Gunung Nona, masih ada Bambapuang yang keliatan lebih keren kalau pandang dari sebelum sampai spot gardu pandang Gunung Nona. Gambar gunung tebing Bambapuang yang di bawah ini diambil tepat di depan gardu pandang Gunung Nona jadinya yang begini bentuknya.
Kalau kita melihat Bambapuang dari tempat yang pas, bakal dapet efek kayak gunung-gunung yang ada di serial Kera Sakti. Kayak editan pokoknya, padahal jelas -jelas melihatnya secara langsung. Wow bgt...!!!
Tebing Batu Bambapuang, bisa didaki juga lho |
3. Kendaraan
Tentunya kalian bakal lebih bebas dan fleksibel kalau kalian bawa kendaraan pribadi atau paling tidak sewa kendaraan disana meski ada sebagian traveller yang tetap memilih pake bentor ataupun angkot demi merasakan sensasinya sendiri.
Mengenai sewa kendaraan bisa dengan mudah dijumpai di sekitar lapangan Rantepao. Saat itu rombongan kami sudah membawa motor sendiri, tapi saya juga sempat ikut mengantar teman yang dari Makassar menyewa motor di Rantepao. Ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi. Standarnya adalah ngisi form dan ninggal KTP. Ternyata belum cukup, si bapaknya yang punya persewaan masih butuh data penguat. Dia minta kami memberi data teman yang asli Toraja, sebagai jaminan tambahan. Untungnya teman saya, Davit, punya teman yang asli Toraja. Senenglah dia akhirnya dapet motor. Nah, kalau bagi teman-teman yang dari luar kota dan nggak punya teman yang asli Toraja gimana ya??? Saya juga masih bingung. Amannya sih bawa data penunjang lain yang bisa menguatkan. Ada juga opsi lain rental motor bisa di Lebonna Tour jalan Wolter Monginsidi (depan Sma Katolik Rantepao) telepon 0423 23520. Rental mobil bisa hubungi hubungi bapak Basri Jayus (telepon 085299503883, 081244441882, 085255394980), atau bisa juga hubungi rental lainnya di 0813-553-89718, 081355116449. Harganya sekitar 400 ribu/perhari.
4. Desember adalah musim hujan
Namanya saja Lovely December secara otomatis diselenggaran di bulan Desember dan itu adalah musim hujan, jadi siap-siap saja dengan kemungkinan terburuk. Pengalaman kami pulang kemalaman dari ngebolang akhirnya hujan deras banget. Jas hujan tentu sudah bawa. Tapi alam yang perlu kita waspadai. Toraja banyak sungai dan gampang meluap. Kami saat itu sempat hampir hanyut karena air sungai meluap hingga sampai ke bahu jalan. Jalan yang kami lewati ada di dua aliran sungai, di kanan dan kiri bahu jalan. Ketinggian salah satu sungai saat itu hampir sejajar dengan jalan aspal sehingga saat kami melintas di jalan aspal malam-malam itu kami sempat nggak bisa melihat mana batas aspalnya ditambah aliran air yang melintas aspal itu menuju sungai lain yang ada di bawah bahu jalan.
5. Cari tahu spot-spot wisata (Torsel dan Torut)
Sebelum kalian ke Toraja sebaiknya kalian sudah membekali diri dulu dengan list tempat-tempat atau upacara-upacara apa saja yang bakal kalian datengin. Jangan bermodal nekat kesana, karena bakal kacau kalau kalian tanpa persiapan. Jika perlu unduh peta wisata Tana Toraja yang sudah banyak dipublikasikan.
Tentunya kalau hanya berkunjung dan melihat-lihat saja tapi tak tahu cerita dibalik lokasi yang memiliki bau magis itu rasanya kurang afdol, karenanya kita sebaiknya mencari info dulu tentang semua spot-spot wisata yang ada, kalau masih kurang kita bisa gali info dari penduduk sekitar atau kalau mau pakai saja guide lokal baik yang pro atau pun yang amatir.
Tentunya kalau hanya berkunjung dan melihat-lihat saja tapi tak tahu cerita dibalik lokasi yang memiliki bau magis itu rasanya kurang afdol, karenanya kita sebaiknya mencari info dulu tentang semua spot-spot wisata yang ada, kalau masih kurang kita bisa gali info dari penduduk sekitar atau kalau mau pakai saja guide lokal baik yang pro atau pun yang amatir.
Cari info event-event yang bakal digelar juga bisa nambah referensi, kalau perlu cari rundown acara Lovely December yang tiap tahunnya mengusung tema yang berbeda beda.
6. Makanan Halal
Muslim menjadi minoritas di Toraja sehingga kita perlu memilah-milah warung yang menjajakan makanan halal. Gak usah khawatir, mudah kok membedakan warung-warung disana. Contoh makanan yang menjajakan makanan halal adalah Warung Satria Desa (samping BNI Jalan Poros Palopo Jl. Diponegoro No. 15 Rantepao, Toraja Utara telp. 0423-21225, Warung Sari Kostan (samping mesjid Rantepao), Mitra Patma (depan kantor Pos Rantepao), atau restoran Mambo (Jl. Sam Ratulangi, Rantepao , Toraja Utara Telp. 0423-21134. Dan masih banyak kok, santai saja kalian ga perlu bawa makanan dari rumah.
7. Oleh-oleh
Souvenir khas khas Toraja banyak dijual di tempat-tempat wisatanya langsung tapi kalau mau yang terpusat bisa ke pertokoan Rantepao. Kita bisa membeli kaos Toraja mulai harga Rp. 60.000, gantungan kunci seharga Rp. 5000, gelang, kalung, ukiran Toraja dan makanan ringan asal Toraja seperti Bade Kadong dan Tori’.
8. Pasar Bolu
Pasar ini adalah pasar yang dikhususkan untuk jual beli kerbau Toraja. Selain kita bisa melihat secara langsung bentuk dan ukuran kerbau asli Toraja yang gempal-gempal, kita juga bisa melihat keunikan warga lokal yang sedang melakukan transaksi jual beli maupun tawar-menawarnya. Katanya sih unik gitu, soalnya kami datang disaat bukan hari pasar jadinya kami nggak menemui keunikan tersebut. Kalau teman-teman tertarik, bisa cari info dulu kapan hari pasarnya, biasanya sih seminggu sekali dan harinya selalu berurutan. Misalnya minggu ini hari Pasar Bolu adalah Senin makan minggu depan adalah Hari Selasa kita bisa melihat ramainya Pasar Bolu.
9. Upacara adat bersifat tidak pasti
Mengingat Rambu Solo & Rambu Tuka’ pelaksanaannya diselenggarakan oleh seluruh rumpun keluarga besar (Tongkonan), jadwal acara bersifat tentatif. Kalau rambu Tuka biasanya hampir dilaksanakan tiap bulan tapi kalau Rambu Solo paling ramai bulan Juni dan Desember mengingat Rambu Solo diadakan ketika semua rumpun keluarga berkumpul dan biasanya waktu liburan akhir tahun dimanfaatkan anggota keluarga tersebut terutama yang berada di daerah perantauan. Menurut info, pada bulan Juni saat liburan sekolah juga banyak upacara diselenggarakan di Tana Toraja. Untuk lebih memastikan lagi bisa menghubungi nomor kontak Tourist Information Centre Disbudpar Torut (0423) 21277 / 25455, Fax: (0423) 25455.
10. Ma’nene’
Ma’ nene’ adalah upacara mengganti pakaian atau peti mayat. Namun saat ini peti jenazah tdk lagi dipakai, melainkan jenazah langsung di masukkan di Lo’Ko’/Liang Paa’ (Kuburan Dari Batu) setelah jenazah dibungkus dengan kain kembali. Penggantian pakaian dilakukan dengan cara memberdirikan mayat lalu diganti deh pakaiannya. Seru kan...???
Teman-teman bisa datang ke daerah Baruppu dimana Upacara/Ritual Ma’ nene’ dilaksanakan setiap tahun, yaitu selama Bulan Agustus (1-31). Di tahun 2014, Upacara Ma’ Nene’ bertepatan dengan Acara Pertemuan Keluarga Baruppu (PKB) yg dilaksanakan 1 kali dalam 3 tahun. Upacara Ma’ Nene pertama kali dilaksanakan di Baruppu. Setelah itu upacara ini lalu dilaksanakan juga di Rindingallo, Pangala, Sarambu, Lo’Ko Uru’, Ke’Pe’ Maiting, Lempo Poton. Selain Baruppu, Upacara Ma’ Nene’ dilaksanakan 1 kali dalam 3 tahun.
Teman-teman bisa datang ke daerah Baruppu dimana Upacara/Ritual Ma’ nene’ dilaksanakan setiap tahun, yaitu selama Bulan Agustus (1-31). Di tahun 2014, Upacara Ma’ Nene’ bertepatan dengan Acara Pertemuan Keluarga Baruppu (PKB) yg dilaksanakan 1 kali dalam 3 tahun. Upacara Ma’ Nene pertama kali dilaksanakan di Baruppu. Setelah itu upacara ini lalu dilaksanakan juga di Rindingallo, Pangala, Sarambu, Lo’Ko Uru’, Ke’Pe’ Maiting, Lempo Poton. Selain Baruppu, Upacara Ma’ Nene’ dilaksanakan 1 kali dalam 3 tahun.
11. Dimana-mana kuburan
Bagi yang takut sama kuburan, silahkan ke Toraja... Siapa tahu pulang-pulang sudah nggak takut lagi.
Manteb dab, koyone puas banget yo 3 dino
BalasHapus3 dino ae drg kabeh sempet dieksplore bro...
HapusWahh jadi pengen balik lagi. Waktu itu ke Rantepao hanya setengah hari. Lengkap tulisan dan infonya.
BalasHapusWah cuman setengah hari yaa, Ga puas dong yaa... He he...
HapusLain kali balik lg bro...
naik motor dari majene ke toraja....hmmm perjalanan yang jauh dan melelahkan, namun menyenangkan....karena bisa menikmati keindahan alam sepanjang perjalanan....,
BalasHapusnice story dan nice picture...........
keep happy blogging always...salam dari Makassar :-)
iye' kanda.... melelahkan namun semua terbayar...
HapusArtikel nya lengkap banget tentang Toraja, nice :)
BalasHapusUdah pernah ke Toraja sebelum nya tapi cuma 2 hari, beberapa destinasi di postingan ini sudah pernah di datangi, beberapa memang menyeramkan apalagi waktu itu saya pergi sendirian brrr...
Tapi yang belum kesampaian nonton adu kerbau sama festival kematian nya nih, anyway happy blogging, cheers :)
Memang yg Ku tulis ini baru hanya yg pernah saya datangi bro.... Karena ini jg Kali pertama ke Tator, tempat wisata yg dieksplore masih yg umum & sering dikunjungi wisatawan.
HapusNext time mgkn bakal eksplore tempat yg lbh eksotis lg atau upacara2 yg lbh keren2 lg...
Thx udah mampir kesini
Yanta, suer aku ngiler baca ini. *.*
BalasHapusSpooky yet beautiful. Mauuu. :(
ati2 banjir iler....
Hapusemang istimewa bgt tempat ini lho....
knp nga trus ke puncak aja bro di g.sesean
BalasHapusNgejar tempat wisata lainnya bro, waktunya mepet saat itu...
Hapusartikelnya bagus banget....rasanya pengen banget balik kampung hihiii
Hapusthanks... perantau yaaa...
HapusToraja keren...!!!
keren ulasan nya mas,coba di explore yang di kabupaten tana toraja, memang aset dan obyek wisata yang ada di Torut lebih dahulu di kenal dunia,
BalasHapus