Bukan hanya saya
saja ternyata yang perlu menyegarkan pikiran setelah semingguan memandang
layar komputer dan mencium aroma
berkas-berkas yang menumpuk, beberapa rekan sekantor pun senada dengan saya. Kali
ini bakal menjadi trip pertama bareng teman-teman sekantor. Kami merencanakan
trip ke Pulau Karampuang setelah mendengar dari kawan yang penempatan di Kota
Mamuju sana kalau ada satu pulau di seberang kota yang punya keindahan bawah
laut yang tak kalah dengan taman laut yang sudah tersohor. Biasa lah
teman-teman memang pada suka menebar racun di dinding facebook berupa foto-foto
keindahan di sekitar kota penempatannya. Nggak hanya yang di Mamuju,
teman-teman yang di kota-kota lain di seluruh penjuru Indonesia pun sama.
Penempatan pertama memang seru dan yang tak kalah seru adalah penempatan yang
bagitu jauh dari rumah, termasuk saya.
Di kota penempatan
sendiri sih sudah beberapa yang dieksplor keindahannya. Kali ini kami mau yang
agak ke luar kota gitu. Jadilah Mamuju dengan Pulau Karampuangnya yang dipilih,
apalagi banyak teman juga yang penempatan disana jadi ga perlu repot masalah
inap-menginap.
Berangkat dari
Majene pada pukul 9 malam menuju Ibukota Provinsi Sulbar tersebut, kami menggunakan mobil sewa dengan tarif Rp
300.000,- per hari. Selama tiga jam kami akan mengarungi jalan poros Sulawesi
Barat yang mayoritas berada di dekat garis pantai. Oiya, jalan poros menuju
Mamuju bagi orang sekitar sini termasuk ekstrim karena jurang menjadi teman
akrab selama perjalanan. Tak hanya itu, kontur unik daratannya yang
berbukit-bukit meski memang dekat dengan laut menjadikan jalanannya
berkelok-kelok tajam yang tak jarang membuat beberapa orang bakal mengeluarkan
isi perutnya, tidak terkecuali beberapa dari kami pun ada yang muntah juga.
Pulau Karampuang
memiliki luas 6,21 m2 berada sejauh 3 km dari Kota Mamuju. Karena
dibatasi oleh lautan maka akses menuju kesana baru bisa dicapai hanya dengan menggunakan
kapal yang bisa ditemukan di dekat pelelangan ikan kasawi. Sewa perahu bisa
bervariasi tergantung negosiasi. Kami mendapatkan harga Rp 135.000,- untuk
sembilan orang. Dengar-dengar sih perorangnya biasa dipatok Rp 15.000,-.
Ada
sekiranya 6 titik untuk masuk ke dalam pulau yang dihuni oleh 3.327 jiwa ini. Titik
pemberhentian kapal kami di Pulau karampuang adalah titik yang paling sering
dikunjungi wisatawan. Pulau yang namanya memiliki arti rembulan dalam bahasa
setempat ini belum tersuplai listrik dari PLN belum sehingga masyarakatnya masih
bergantung pada mesin berbahan solar yang dikelola secara swadaya yang aktif
mulai pukul 6 sore hingga 10 malam.
Saat
kami berkunjung kesana, tengah banyak masyarakat yang tengah menyebrang dari
pulau ke kota. Memang waktu pagi adalah waktu sibuknya lalu lintas kapal dari
pulau ke kota. Jarak tempuh yang tidak terlalu jauh dan akses transportasi yang
sudah tersedia menjadikan masyarakat Pulau Karampuang sering bolak-balik
menyebrang menuju ke kota untuk memenuhi kebutuhannya maupun jual beli.
Terdapat
satu dermaga sepanjang ±500 m sebagai akses masuk ke dalam pulau. Selai itu
untuk yang mau bersnorkling bisa langsung nyemplung dari ujung dermaga karena
dari situ saja terumbu karangnya sudah begitu tampak cantik. Daya tarik utama
Pulau Karampuang memang keindahan bawah lautnya yang bisa menyaingi taman bawah
laut yang sudah terkenal seperti Bunaken, Wakatobi, atau bahkan Raja Ampat,
alhamdulillahnya keindahannya belum terlalu terkenal sehingga masih begitu
alami dan terjaga. Jika belum sempat membawa peralatan snorkling, penduduk
setempat juga ada yang menyediakan jasa persewaan alat-alat. Namun, namanya
juga persewaan pastinya sudah digunakan dari orang satu ke yang lain dengan
cara pakai yang berbeda-beda, pastinya kondisinya tak bisa seperti yang
diharapkan.
Terlepas dari itu, keindahan bawah laut Pulau Karampuang sangat
sayang untuk dilewatkan. Varietas hard maupun soft coral-nya begitu beragam. Ikan-ikannya
pun begitu beraneka dan punya warna-warni yang mencolok. Kalau beruntung bisa
menjumpai ikan Nemo sedang menari diantara anemon-anemon lucu. Perlu
kewaspadaan juga bahwa diantara indahnya terumbu karangnya, tersimpan banyak
sekali bulu babi sehingga amannya kalau kita bersnorkling dengan menggunakan
sepatu khusus maupun alas kaki dan memang sebenarnya kita jangan sampai
menginjak karang karena strukturnya yang sangat rapuh dan jika patah butuh
bertahun-tahun untuk tumbuh lagi.
keren banget bro. Saya terdampar di blog kmu saat akan ke Mamuju. Semoga berkesempatan ke Karampuang :)
BalasHapusHarus sempat lah...
Hapusdeket bgt kok pulaunya dr pusat kota...
alhamdulillah sudah pernah kesini. dan tidak menolak jika ada kesempatan lagi untuk kedua kalinya. karang nya masih bagus sekali, belum banyak tangan2 nakal menjamahi. waktu saya snorkling sampai dikelilingi nemo dan kawan-kawannya ramai sekali. Bahkan si belang ular laut sempat melintas dibawah perut saya. Setuju sekali bahwa butuh alas kaki untuk snorkling karena selain bulu babi, karangnya pun banyak yg tajam.
BalasHapus