Hidup saya
seperti termanufer 180° saat menginjakkan kaki di kota ini. Dulunya saya anak
gunung yang hidup damai di bawah naungan Gunung Merbabu yang sejuk
sekaligus sebagai pendaki gunung sejati, sekarang harus memulai
kehidupan baru yang terasa kontras. Kontras bukan dalam hal yang bagaimana sih,
tapi kontras dalam hal suasana namun setara dalam hal keindahan. Gunung
dan Laut sama-sama menyajikan keindahan yang tak akan membuat bosan bagi
penikmatnya.
Kota
Majene, kota pesisir dengan garis pantai lebih dari seratus kilometer kini
menjadi tempat hidup saya. Kota kecil di Sulawesi Barat dengan sebagian besar
masyarakatnya menggantungkan hidupnya pada laut. Mereka begitu dekat dengan
laut, begitu pula saya sekarang. Saya juga sangat dekat dengan laut karena saya
kini menjadi bagian dari mereka.
|
KPP Pratama Majene |
Sampainya
saya di kota kabupaten dengan mayoritas Suku Mandar ini simpel saja, karena
satu hal yaitu penempatan. Penempatan dari salah satu instansi di bawah
Kementrian Keuangan lah yang menjadikan saya sekarang berada di tengah-tengah
mereka. Di awal postingan saya tentang catper
pendakian Gunung Arjuno sudah saya ceitakan disitu
bagaimana awalnya saya mendapatkan kabar perihal penempatan yang sangat
mengangetkan itu. Memang aneh, kenapa Majene bisa ada hubungannya dengan
pendakian Gunung Arjuno di Jawa Timur sana. Namun, dalam hidup saya dua hal itu
sangat berhubungan dan menjadi salah satu momen yang tak akan pernah
terlupakan. Sebab, pengumuman penempatan ke KPP Pratama Majene saya terima saat
beberapa menit saja sebelum keberangkatan saya menuju basecamp Gunung Arjuno
yang perencanaannya sudah jauh-jauh hari sebelumnya. Tentunya tak akan saya
batalkan rencana pendakian itu, apalagi sudah janjian dengan beberapa teman.
Kebetulan pula beberapa teman tersebut juga mendapat penempatan yang sama-sama
jauh. Yah, jadilah kami mendaki dengan membawa nama kota penempatan kami
masing-masing. Dan kami bertekad untuk meneriakkan kota penempatan kami di
Puncak Gunung Arjuno. Hidup Majene…!!!
Kota Majene
Kab. Majene bersama 4
kabupaten lain yaitu Polewali Mandar, Mamasa, Mamuju, dan Mamuju Utara menjadi
bagian dari Provinsi Sulawesi Barat dengan Mamuju sebagai Ibu Kotanya. Luas
Majene sendiri sekitar 950 km2 dengan terbagi lagi menjadi 8 kecamatan
yaitu Banggae Timur, Banggae, Pamboang, Sendana, Tamero’do, Tubo, Malunda, dan
Ulumanda. Pusat Pemerintahannya berada di Kec. Banggae.
Majene berbatasan
langsung dengan laut di sebalah selatan dan barat, berbatasan dengan Kota
Mamuju di sebelah utara dengan jarak tempuh sekitar 142 km, serta berbatasan
langsung dengan Kab. Polewali Mandar dengan jarak sekitar 55 km dengan pusat
kotanya. Karena berbatasan laut ini lah yang menyebabkan masyarakatnya sangat
dekat dengan laut dan menjadikan saya yang dulunya anak gunung sekarang menjadi
anak pantai. Haha…
|
wajah kesederhanaan gadis kecil dari Bukit Tande Majene |
Mengenai masyarakatnya,
sebagian besar penduduk Majene merupakan etnis Mandar yang masih kuat
menjunjung budayanya. Selain itu juga ada etnis pendatang seperti Bugis,
Makassar, Toraja, dan Jawa. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah Bahasa
Mandar yang jujur bagi saya sangat sulit dipahami. Bahkan yang awalnya saya
kira bahasanya masih berkerabat dengan Bahasa Makassar tapi ternyata orang
Makassar pun disini kadang kurang mengerti Bahasa Mandar. Jadi disamping
menjadi pendatang di Majene yang selain mengeksplor keindahan alamnya, saya
juga bertekad mempelajari budayanya termasuk belajar bahasa mandar yang
terdengar susah itu.
Sebagai orang Jawa asli,
tak sulit menemukan sesama orang Jawa di Majene. Para pendatang dari pulau
paling banyak penghuninya itu biasanya menjadi pengusaha makanan yang sukses.
Ada yang buka warteg, buka warung mie ayam, depot bakso, dan masih banyak lagi
lah saudara-saudara dari Jawa yang sama-sama mengadu nasib di Majene. Tak hanya
itu, ada satu kecamatan di Kab. Polewali yang dihuni keturunan Jawa yang konon
dulu diangkut oleh kolonial Belanda. Menariknya, sampai saat ini mereka masih
melestarikan budaya leluhur mereka. Yang paling kentara adalah bahasa
sehari-hari mereka. Dalam percakapan, mereka masih berbahasa Jawa dengan
aksen yang paling banyak adalah Jawa Timuran. Suriname van West
Celebes, amazing…
|
hendak mengaji |
Menurut data Pemkab. Majene, Penduduk Majene mayoritas beragama
Islam dengan jumlah sekitar 137.214 jiwa, Kristen 256 jiwa, Hindu 0 jiwa, dan
Budha 4 jiwa dengan sarana peribadatan yaitu masjid sejumlah 214 buah, langgar
61 buah, musholla 40 buah, dan gereja 1 buah. Jadi asiknya disini bisa sholat
di masjid yang berbeda-beda setiap harinya karena sangat mudah menjumpai masjid
disini. Sejauh mata memandang kita bisa melihat banyak menara masjid yang
berdiri menjulang. Sungguh damai berada disini.
Menuju Kota
Majene
Pendatang di Kota Majene
biasanya berasal dari luar kota bahkan luar provinsi sehingga mengharuskan
mereka untuk transit dulu di kota besar di sekitar Majene seperti Mamuju dan
tak jarang pula yang transit dulu di Makassar. Bandara di Provinsi Sulawesi
barat ada di Kota Mamuju, namun belum melayani banyak jalur penerbangan. Kalau
yang berasal dari Jawa biasanya melalui Makassar dulu baru diteruskan
perjalanan darat manuju Majene selama kurang lebih 6 jam. Dari kota yang
dulunya bernama Ujung Pandang itu ada beberapa alternatif transportasi
diantaranya adalah carter mobil yang biasa disebut dengan “Mobil Panther”,
padahal nggak semua juga dari jenis panther, mobil senia dan avansa pun disebut
mobil panther. Intinya kalau yang satu ini dengan sistem carter, cocok buat
yang datang secara rombongan karena bisa share cost. Moda transportasi
inilah yang pertama kali saya dan teman-teman sepenempatan gunakan untuk menuju
Majene. Satu mobil dipatok harga Rp 700.000,- dan tak ada batasan berapa
penumpangnya, yang penting muat saja lah. Alternatif lain yaitu dengan bus
malam yang setiap hari beroprasi. Bus malam menuju Majene kebanyakan kelas
executif yang super nyaman, tempat duduk luas, dan dengan Air
Suspension yang bakal mengurangi goncangan saat melewati jalanan Makassar-Majene
yang kadang diselingi lobang-lobang dan gronjalan, sehingga tak perlu khawatir
bakal sakit pinggang menempuh perjalanan sedemikian jauh itu di dalam bus.
Tiket bus malam tersebut sejauh belum berubah masih dipatok Rp 110.000,-.
Alternatif terakhir yaitu dengan bus ekonomi biasa yang mangkal di Terminal
Daya Kota Makassar. Hmmm, ada alternatif satu lagi sih sebenarnya yaitu jalur
laut. Kalau jalur yang satu itu sepertinya bisa tapi saya belum terlalu paham.
Bagi yang kepengen memakai jalur laut coba deh cari-cari info dulu gimana
jelasnya. Kalau saya sih pilih darat saja lah, toh sepanjang perjalanan juga
ntar bakal melihat laut juga.Secara jalan trans Makassar-Majene sampai Mamuju
bakalan mlipir-mlipir laut.Oiya, karena saat di mobil saya duduk di sampir pak
supir yang sedang bekerja jadi saya sempat mendapat beberapa cerita-cerita.
Termasuk keekstriman jalur yang bakal kami lewati nanti. Katanya ada satu
tikungan patah dengan model zig-zag yang langsung berbatasan dengan laut.
Katanya juga sih sudah menelan banyak korban. Disamping cerita ekstrim itu,
sempat pula driver kami yang bernama Pak Aco menceritakan tentang
Majene, kota yang bakal menjadi tempat hidup kami entah sampai kapan lamanya.
Beliau yang asli dari Majene tentunya paham benar dengan salah satu kota Mandar
tersebut sehingga beliau bisa banyak cerita mengenai Majene, termasuk
keramah-tamahan penduduknya, kedamaian suasananya yang jauh dari hingar-bingar
kemewahan serta kriminalitas, dan juga kebudayaanya yang masih kuat dijunjung.
I’Majene
Pertama kali menginjakkan
kaki di Majene doa saya adalah semoga saya dan kota ini bisa menjadi sahabat
setia. Tentunya saya juga berharap diberi banyak tempat indah agar setiap akhir
pekan bisa me-refresh otak menikmati alam Majene yang bisa dibilang semua
ada. Oh iya ngomongin alam, ternyata saya nggak sepenuhnya lepas dari
bayang-bayang gunung yang sebelumnya saya menyangka bakal sulit menemuinya di
Majene. Selain pantai-pantai cantik yang disuguhkan oleh kota imut ini,
ternyata gunung juga turut menghiasi bentang alamnya. Meski nggak setinggi
Semeru di Jawa, tapi setidaknya gunung kecil yang ada disini cukup menjadi
penawar rindu jika sewaktu-waktu kangen gunung.
Bentang alam kota ini
cukup bervariasi dengan ketinggian mulai dari 0 – 1.600 mdpl. Dari rentang
ketinggiannya, bisa disimpulkan bahwa kota ini menyimpan banyak potensi
keindahan alam. Pastinya ada pantai hingga gunung. Pantai disini didominasi
oleh pantai karang meski ada pula yang berpasir putih. Tentang gunung, disini
membentang barisan pegunungan kapur yang memanjang mulai dari Kab. Polewali
Mandar (Polman) hingga Mamuju jauh di utara sana. Jika ada gunung, pasti ada
hutan, tak menutup kemungkinan juga ada air terjun, bahkan potensi sumber air
panas pun ada di Majene.
Pegunungan dan tanah
berkapur menyebabkan sumber air di Majene juga sedikit mengandung butiran
kapur. Sehingga perlu dilakukan penyaringan jika ingin dikonsumsi, takutnya
ntar mengendap di organ tubuh. Kalau untuk mandi sih fine-fine saja
sejauh ini.
Cuaca di Majene masih
dalam hitungan wajar lah, dalam artian perlu maklum karena daerah pesisir jadi
wajar kalau cuacanya panas dan terkadang puanasss banget kalau siang bolong.
Hawa “HOT” seperti ini tak menghentikan warga kota ini untuk berhenti
beraktifitas di siang hari. Bagi kaum hawa, panas menyengatnya matahari bisa
diakali dengan memakai bedak dingin, warnanya putih tepung biasanya. Jangan
kaget kalau siang-siang jalan-jalan di Majene banyak muda-mudi maupun ibu-ibu
yang terlihat menor dengan bedak dingin di muka dan lehernya.
|
ibu penjual kue Jepa yang memakai bedak dingin |
Oiya, saat pertama dulu
dapat kabar bakal ke Majene, tentunya buat menambah info tentang kota tersebut
saya browsing dulu tentang Kota Majene. Wow nya, begitu saya klik
ternyata munculnya gambar-gambar pantai indah yang kini sudah beberapa
kali saya kunjungi, namanya Pantai
Dato. Salah satu pantai yang menjadi wisata unggulan kota ini. Selain
keindahan alam, sempat juga dapat satu artikel yang menceritakan kalau di
Majene listrik hanya menyala di jam-jam tertentu, akses jalan rusak, dan
kesunyian yang terjadi sepanjang hari. Bikin down banget tuh artikel.
Tapi setelah sampai di TKP nya langsung, semua itu tidak benar adanya. Listrik
menyala terus 24 jam, kecuali jika ada pemadaman dari PLN. Akses jalan ke
Majene cukup baik, secara jalan utama disini adalah jalan trans Sulawesi yang
ramai berseliweran kendaraan-kendaraan dari luar kota dan tak jarang pula truk
kontainer yang melintas. Bisa disimpulkan jalan yang dipakai kendaraan-kendaraan
tersebut sudah tergolong layak untuk dilalui. Mengenai kabar bahwa Kota Majene
adalah kota mati yang sunyi dan sepi itu juga kabar burung. Disini perekonomian
lumayan jalan, meski pusat perbelanjaan paling besar cuma Alpamidy tapi
kebutuhan alhamdulillah terpenuhi lah. Disini banyak tempat nongkrong pula
karena coffee shop begitu menjamur disini. Selain itu, malem Minggu
jadi waktunya anak muda Majene berkumpul di Taman Kota yang letaknya tak jauh
dari pelabuhan. Biasanya kita tahu kalau yang namanya alun-alun ada di tengah
kota dalam bentuk lapangan luas, di Majene alun-alunnya unik karena berada di
pinggir pantai. Jadi kalau nongkrong disitu bisa kumpul sama temen-temen
sekaligus menikmati bintang bertaburan plus suara debur ombak yang mendayu-dayu.
|
Kota Majene dilihat dari Bukit Salabose |
Alam Majene mandukung warganya untuk selain bermatapencaharian
sebagai nelayan tapi juga sebagai pengelola sektor perkebunan. Coklat dan
Kelapa menjadi komoditas utamanya. Jangan kaget juga kalau melihat penduduk
jalan-jalan selalu bawa parang. Terlihat serem pasti bagi yang jarang lihat
pemandangan seperti itu, termasuk saya. Santai, itu hanya karena tuntutan
pekerjaan mereka yang sebagai pengolah kebun kok. Hal itu juga menyebabkan KPP
Pratama Majene selain banyak menangani WP Bendaharawan, sebagian besar wajib
pajaknya juga masuk dalam KLU atau klasifikasi lapangan usaha pertanian dan
perkebunan.
|
saking melimpahnya kelapa disini,
pas capek-capeknya sepedaan boleh minta kelapa muda sama bapak ini |
Kalau
ngomong masalah wisata, Majene nggak mau kalah sama kota wisata yang lain. Ada
buanyak tempat wisata disini, cuman petunjuknya aja yg kurang jelas. Bahkan Pantai Dato sendiri yang
merupakan wisata andalan Majene, kalau nggak tanya-tanya dulu saya juga belum
tentu bisa sampai disana hanya dengan bantuan internet.
|
salah satu bagian Pantai Dato yg sering buat lompat lompat,
sekilas mirip Aparalang nya Bulukumba yah |
|
|
pantai pasir putih dengan air jernih,
siapa yg buang sampah sembarangan itu yah???
bikin jelek foto saja. |
Wisata Majene pastinya
nggak bakal habisnya untuk menjadi perbincangan, Mulai dai wisata alam yang
nggak perlu diragukan lagi, budayanya yang masih lestari terpelihara, wisata
histori atau sejarahnya yang peninggalannya tersebar di seluruh Majene, hingga
wisata religi yang begitu kental disini. Seiring waktu berjalan insyaallah akan
saya jelajahi satu per satu dan bakal menghiasi blog ini.
Gallery Keindaan
Alam Majene
|
Bukit Tande dengan pemandangan Kota Majene dan lautan luas |
|
gunung mini yang unik |
|
sawah siap panen |
|
jangan kaget, ini di pelabuhan |
|
hanya pelabuhan Majene yang airnya super jernih kaya gini |
|
laut Majene dimana-mana cantik semua |
|
langit biru awan putih jadi pemandangan lazim disini |
|
bisa mengajak sepeda ke pantai, baru di Majene |
|
sepedaan keliling kota,
bisa dapet puluhan pantai |
|
underwaternya laut Majene |
|
nyemplung di Pantai Dato,
*gambar ini diambil sesaat setelah saya memberanikan diri terjun dari tebing Dato
(taken with Argya's GoPro cam.) |
Warga Majene; sederhana, pekerja keras, dan terbuka
|
biji beras langsung dipisahkan dari jeraminya |
|
pepanasan sudah biasa |
|
begitu dekat dengan laut |
|
pagi hari ramai-ramainya pelelangan ikan |
|
bapak-bapak pulang mencari ikan,
ibu-ibu siap menjajakan hasil tangkapan |
|
bukit tande |
|
bukit tande juga |
|
sunrise di Dermaga Pantai Barane |
|
Batu Taku |
|
Tebing Taraujung |
|
Taraujung Lagoon |
|
Pamboang |
|
Nelayan Majene dan Perahu Sandeq-nya |
|
Pantai Pasir Putih, Lombokna |
|
Pelabuhan Majene |
|
Kesenian Sayyang Patu'du |
|
Sayyang Patu'du = Kuda Menari |
|
kesenian ini dipentaskan untuk
merayakan khatamnya seorang anak membaca al-quran |
|
Pantai Dato |
|
gusung pasir Pamboang |
|
Tambak Bandeng & Udang |
|
masa kanak-kanak masa bahagia,
gimana gak bahagia kalau mainnya di tempat indah kaya gini |
|
salam dari anak-anak Majene...
anak-anak Suku Mandar yang ceria...
mari kunjungi Majene
|
keren mas...
BalasHapussalam buat Argya ya...
Makasi Pak...
Hapusokee ntar saya sampaikan...
Mantap..., salut buat mas ardi yanta....sukses selalu ya....
BalasHapustrimakasi Pak Farid... amin amin amin...
HapusMajene indah sekali mas :)
BalasHapusstan 2009 ya mas?
hehhe, iyaaa... Majene indah...
Hapuslulus 2012 saya... mbaknya jg?
hebat nih si agan udah berpetualang kmn2
BalasHapusMajene Subhanallah indah... ga bosen banget ngeliat foto2'y apalagi aslinya yah???
BalasHapusMemang sangat Indah Majene mbak...
HapusPernah ke Majene kah?
Wah mantap ceritanya. Saya ada rencana ke Majene tanggal 21 okt besok. Mau tanya, kl dr makassar berarti enakan naik bus saja ya? Ada yang dari bandara ada atau harus ke kota makassar ya? Terima kasih :)
BalasHapusIya enak pake bus, dari bandara terus keluar menuju Jl. Perintis Kemerdekaan, disitu ada pool bus ke Majene. Bus nya berangkat jam 9an.
HapusThanks a lot ya infonya. Anyway itu jam 9 pagi atau malam ya? Perjalanan 8 jam ya? Anyway biaya masih 110rb ya? Hehe. Thanks ya
HapusIya, sampe skrg masih 110rb. 6 jam kurang lebih perjalanannya.
BalasHapusBus malam kok itu, jd ntar sampe Majene subuh2 gt.
Oiya dr mn memang? Ke Majene ada acara? Atau cuman berwisata?
Wah 6 jam kl gt sampe jam 3 pagi dong ya? Hehehe. Di pool bus majene dekat penginapan kan ya?
HapusIya saya ada kegiatan disana, tp cuma sehari. Malamnya kembali ke makassar. Setelah itu ke jakarta lg :). Ketemu macet lagi, hehehe
pemandangannya sungguh luarbiasa..heee.jdipengan kesana mau lihat pakai adatnya..
HapusTenang.... Banyak penginapan kok disini...
BalasHapusTerima kasih infonya ya. Saya sudah kembali ke makassar. Naik litha kemarin, sampai jam 3 pagi. Pas didepan hotel abrar. Tp penuh. Akhirnya saya jalan kaki cari hotel. Tidak disangka banyak orang baik di Majene. Saya diantar ke hotel bogor dengan motor, padahal saya baru bertemu. Mantap. Saya berharap bisa kembali kesana sekaligus liburan :).
HapusSama"...
HapusKemana saja waktu d Majene?
Memang, saya saja sbg pendatang sangat kagum dgn penduduk Majene, baik" smua.
keren mas.... salam kenal dr anak majene,yg tinggal jauh di kampung halaman...
BalasHapusSkrg tinggal dmn kanda
Hapusmas..mas,.. pripun biaya hidup di majene? inyong mau kesana
BalasHapusRelatif murah kok...
Hapusmas inyong mau ke unsulbar..acr tes cpns.. hotel terdekat dgn unsulbar apa ya? trims infonya..
BalasHapusada banyak penginapan disini mase, murah murah lg...
HapusThanks buat review kota majene nya...btw skrng msih dimajene y mas?
BalasHapusIya masih Mas... Asli Majene kah?
Hapussalut dan sbg masyarakat majene sangat berterima kasih buat bapak Ardi Yanta yg telah mempublikasikan kampung halaman saya...
BalasHapusSama-sama Pak...
HapusSALUTT kota majene,
BalasHapusThanks bro....
HapusMajene Mammis....
Maaf agak diluar topik.. Kalau dari bandara di mamuju lanjut jalan darat ke mamasa kira2 butuh brp jam perjalanan? Trims
BalasHapusjalan darat Mamuju - Mamasa belum jadi bang, yang saya tahu satu-satunya jalan ke Mamasa itu via Polewali. Jalannya sudah lumayan bagus. 5 jam perjalanan kira-kira.
HapusBlognya keren.. mhon izin share ya.. makasih :)
BalasHapusdengan senang hati...
HapusMas... saya pengen ke Majene agustus ini.. Sendirian apakah aman ya mas? ada tips lagi kah mas? Kalo sekarang (2016) sudah ada update apa ya? Thanks, /anggita
BalasHapushmmm, yang baru (2016) adalah majene jadi tambah rame mbak, beda dengan pas pertama saya datang dulu. dalam rangka apa ke Majene mbak
HapusMas, masi di majene?
BalasHapusMohon info untuk kos2an dong mas
Karakteristiknya gimana?
Masih Mbak...
HapusKosan macem2 Mbak, karena disini memang banyak pendatang, jadi kosan skrg jg makin banyak...
Ada yg lgsg view laut, ada yg deket pasar, ada jg yg deket bukit.
Mau ke Majene Mbk?
IZIN SHARE MAS ...MAKASIH
BalasHapussilahkan mas, dengan senang hati...
HapusMajene indah juga ya ternyata...
BalasHapusindah banget mas...
Hapusmasih banyak yang belum tau alam dan budayanya yang unik...
Mas Masih di majene yah.?
HapusMas, saya juga dari lereng merbabu. Kopeng.
BalasHapusSaya dapat tawaran di Majene.
Apa boleh minta no HP njenengan??
ini no hp saya.... tlg d respon ya mas....
saya tdk tahu sama skl ttg majene.
085727905479
Saya suka dengan tulisan anda kalau berkenan saya ingin membagikan tulisan ini ke Salah satu media di Sulbar.Tks. salam hormat.
BalasHapusBoleh, dgn senang hati...
HapusBoleh, dgn senang hati...
Hapussaya suka dengan blog mas ardi. kapan-kapan saya ke Majene. mohon infonya ya
BalasHapusIya Saya doakan anda bisa segera bisa berwisata di kota dengan destinasi wisata yang paling unggul di Sulbar ini , transportasi sangat mudah bisa telp driver panther terkenal dari Majene yang bernama Keceng Kaco Loka Diseppong
HapusSaya sudah di Tonyamang
HapusWah artikel yng sangat menarik. Semoga suatu saat bisa berkunjung kesana.
BalasHapusMas mau nanya untuk penginapan murah bagaimana di majene? buat kelas kelas mahasiswa hehe.. kalo camping di pantai dato aman saja kah ? Makasih.
Makasih mas, waah emang orang mana ya?
HapusBanyak penginapan murah kok di sepanjang jalan Jend. Sudirman Majene.
Camp di Pantai Dato jg aman, banyak jg spot camp di atas bukit dgn view laut.
Saya orang kalimantan mas. Kemaren temen ngajakin ke makasar katanya lewat kotabaru ke majane naik kapal cuma 20ribu hehe.. liat liat google Ternyata majane pantainya bagus bagus.
HapusKeren mas bro...thanks ya sudah posting daerah kelahiran saya...senyum2 sendiri baca tulisan mas bro...Sukses selalu...dan semoga betah stay di Majene
BalasHapussalam kenal mas brow.. duh jadi kangen ane ngeliat kampung ibu ane.. . ane pernah sekolah di smpn 1 standar poniang sendana... dan ane masih dengan jelas pulau tai manu'nya..kalo ke majene pasti dah aqu jalan2 ke pantai baurungnya.. itu dulu..
BalasHapushaaaaaaaa...ane makin rindu dahhh...
Tabe' salam kenal mas, sama2 orang asli kaki gunung merbabu dan di majene sekarang, setuju dengan penyampaian jenengan mas majene keren banget!!!! Dan orang nya super baik nya
BalasHapusWah jauh banget mas mainnya.
HapusBisa samaan gitu, Salatiga ato kab. Semarang nih mas?
Majene sekarang sudah ada grab/gojek belum yah mas? Terus info dong tentang tempat kos disana, biasanya kalo mau cari kos lewat mana mas? Aku juga penempatan kerja di majene nih mas, dari jawa blm tau apa2 tentang majene
BalasHapusSepertinya belum ada mas...
HapusUntuk jaga2 harus punya tempat tujuan dulu pas awal di Majene mas. Biasanya bus dari Makassar sampai di Majene pas pagi buta.
Wah, saya udah pindah dari Majene sejak 2016 e, dah balik ke Jawa lagi.
Tenang aja, banyak tempat kos kok di Majene keliling2 aja. Kotanya gampang untuk dikelilingin dan seharian cukup kok dari ujung ke ujung.
Anak saya yg baru lulus dapat tugas jg di Majene setelah baca blognya mas Ardiyanta jadi gak khawatir tentang Majene,tapi apakah anak yg tugas di kantor pajak Majene harus kost atau dapat rumah dinas ya mas?
HapusUntuk pegawai baru seperti yg sudah2 sih kos sendiri. Rumah dinas hanya untuk pejabatnya.
HapusNanti pasti ada yg bantu nyari kos kok. Lumayan banyak kosan disana.
Saya dpt penempatan di pengadilan agama majene mas, masih bingung mau cari kos yg dekat sana dimana. Makasih buat infonya mas btw saya cewek mas hehe 😆
BalasHapusAlhamdulillah, senang baca blog ini, terima kasih sudah memberikan kesan yang sangat positif buat Majene. Salam kenal dari saya putera asli Majene, kelahiran Majene dan 100% suku Mandar yang saat ini justru tinggal di pulau Jawa tepatnya di Jakarta hehe
BalasHapusDapat info penmpatan KKN di kabupaten Majene, jadi cari² informasi sebelum pemberangkatan tentang kabupaten Majene. Setelah baca² blognya, jadi penasaran sekali dengan suasana, adat dan budaya Majene😅
BalasHapusMas Ardi sekarang tugas dimana,anak saya dpt tugas di Majene,jadi penasaranjuga saya pengin kesana ngisi liburan masa pensiun,trimakasih infonya,salam sukses
BalasHapusSaya di Majene 2 tahun saja Bu. Setelah itu lanjut kuliah lagi dan skrg tugas di Kantor Pusat.
Hapus