Setelah beres kami pun mantap keluar tenda. Kami mulai melangkah pada pukul 03.15. Setelah berjalan sekitar lima menit saya tersadar kalau daypack yang terisi perbekalan tertinggal di tenda karena dua orang teman saya itu terlihat tidak menenteng tas yang disiapkan tadi. Tafid dan Bayu mengira kalau daypack yang saya bawa saat itu adalah tas yang berisi perbekalan, padahal yang saya bawa hanya berisi kamera dan beberapa snack saja. Jadi mau ga mau salah satu dari kami harus balik ke tenda. #ya maap *-*
Bayu pun segera berlari untuk mengambil daypack yang satunya.
Bayu pun segera berlari untuk mengambil daypack yang satunya.
Menunggu Bayu balik, di tempat saya berdiri saya melihat ke langit. Subhanallah, cerah sekali dini hari itu. Berarti kami juga harus siap-siap bakal mendapatkan kejutan dari Sang Kuasa yaitu pagi yang cerah dengan sunrise memukau #amin.
Bayu pun sudah balik ke posisi kami menunggu. Tapi biarkan dia istirahat dulu karena tampak ngos-ngosan banget setelah berlari tunggang langgang mengambil daypack yang tertinggal.
Oke, kami siap melanjutkan perjalanan yang terhenti. Bukit berbatu siap kami hampiri dan kami daki. Trek saat itu berupa bebatuan besar, diselingi kerakal, dan sedikit ada pasir-pasirnya. Semua elemen itu membentuk satu bukit yang lumayan curam. Sehingga terkadang kami juga harus merambat-rambat di celah-celah bebatuan untuk menaikinya.
Setidaknya ini menjadi pengalaman yang mengesankan bagi kami bisa menemui trek yang berbeda sensasinya di setiap gunung, termasuk di Merapi ini.
Oke, kami siap melanjutkan perjalanan yang terhenti. Bukit berbatu siap kami hampiri dan kami daki. Trek saat itu berupa bebatuan besar, diselingi kerakal, dan sedikit ada pasir-pasirnya. Semua elemen itu membentuk satu bukit yang lumayan curam. Sehingga terkadang kami juga harus merambat-rambat di celah-celah bebatuan untuk menaikinya.
Setidaknya ini menjadi pengalaman yang mengesankan bagi kami bisa menemui trek yang berbeda sensasinya di setiap gunung, termasuk di Merapi ini.
Sampai juga di atas bukit kedua, di depan kami terlihat puluhan tenda yang sepertinya masih berpenghuni dan belum ada yang berencana mau naik ke puncak.
Dalam hati saya pun bertanya-tanya, Apa kami kepagian ya???
Yap, camping ground yang bernama Pasar Bubrah itu sebenarnya adalah tujuan awal kami. Ternyata letaknya tak terlalu jauh-jauh banget dari tempat kami ngecamp semalam. So, kami nggak menyesal memilih tempat camp di tempat tadi, secara tenda kami terbebas dari angin ribut. Tapi memang sih di Pasar Bubrah kita bisa bersembunyi dibalik batu gede yang berserakan untuk menghindari hempasan angin, tapi sekali lagi kami tidak menyesal ngecamp di bawah bukit karena tempatnya kami anggap lebih istimewa hehe *-*.
Ngomong-ngomong ternyata emang kami kepagian karena saat kami sampai di Pasar Bubrah, jam baru menunjuk pada pukul 03.40. Jadilah kami menunggu waktu Subuh tiba, sekalian mencari barengan untuk summit attack yang juga akan menjadi trek paling seru di Merapi.
Dalam hati saya pun bertanya-tanya, Apa kami kepagian ya???
Yap, camping ground yang bernama Pasar Bubrah itu sebenarnya adalah tujuan awal kami. Ternyata letaknya tak terlalu jauh-jauh banget dari tempat kami ngecamp semalam. So, kami nggak menyesal memilih tempat camp di tempat tadi, secara tenda kami terbebas dari angin ribut. Tapi memang sih di Pasar Bubrah kita bisa bersembunyi dibalik batu gede yang berserakan untuk menghindari hempasan angin, tapi sekali lagi kami tidak menyesal ngecamp di bawah bukit karena tempatnya kami anggap lebih istimewa hehe *-*.
Ngomong-ngomong ternyata emang kami kepagian karena saat kami sampai di Pasar Bubrah, jam baru menunjuk pada pukul 03.40. Jadilah kami menunggu waktu Subuh tiba, sekalian mencari barengan untuk summit attack yang juga akan menjadi trek paling seru di Merapi.
Kami lihat di sekeliling kami saat itu banyak tenda yang berdiri. Tapi tak sedikt pula pendaki yang hanya tidur beralaskan matras (tanpa tenda), padahal anginnya #brrrr kaya gitu lah pokoknya. Kami saja yang mau mencari tempat nyaman bebas angin buat duduk-duduk saja susah banget. Lah itu malah ada yang tidur tanpa tenda, nekat juga...
Sambil nunggu waktu Subuh tiba, kami leyeh-leyeh dulu. Tafid dan Bayu berlindung di sela babatuan besar, sedangkan saya memilih rebahan di cerukan seperti gua yang muat satu orang saja.
Pukul 04.15 kami menunaikan Sholat Subuh.
Saat menunaikan sholat pun kami tak luput oleh hempasan oleh angin yang menimpa badan kami. Meski begitu, subuh saat itu merupakan yang luar biasa. Biasanya kalau di gunung, saya seringnya subuh di akhir waktu. Malah kadang sholatnya bisa sehabis sunrise (jangan ditiru lho..!!!). Beda saat di Merapi waktu itu, kami bisa sholat subuh dengan tepat waktu #applause.
Sambil nunggu waktu Subuh tiba, kami leyeh-leyeh dulu. Tafid dan Bayu berlindung di sela babatuan besar, sedangkan saya memilih rebahan di cerukan seperti gua yang muat satu orang saja.
Pukul 04.15 kami menunaikan Sholat Subuh.
Saat menunaikan sholat pun kami tak luput oleh hempasan oleh angin yang menimpa badan kami. Meski begitu, subuh saat itu merupakan yang luar biasa. Biasanya kalau di gunung, saya seringnya subuh di akhir waktu. Malah kadang sholatnya bisa sehabis sunrise (jangan ditiru lho..!!!). Beda saat di Merapi waktu itu, kami bisa sholat subuh dengan tepat waktu #applause.
Pukul 04.30 kami start summit attack. Sudah banyak rombongan pendaki yang juga naik ke puncak. Terlihat pula beberapa bule Jerman yang mulai naik.
Saatnya kami menyusul….
Saatnya kami menyusul….
Para pendaki bisa memilih trek menuju puncak sesuai selera tapi keamanan juga harus dipertimbangkan lho. Kami memilih trek di sisi kiri (timur) yang digunakan kebanyakan pendaki. Trek tersebut sudah dibuat seperti jalur yang lumayan membantu pendaki. Tak seperti Mahameru yang full pasir dan hanya sedikit bebatuannya, di Merapi trek berpasirnya masih banyak selingan kerikil kerakalnya.
Karena hari sebelumnya tak turun hujan, makanya pasir Merapi tampak lembut dan mudah berterbangan. Masker menjadi benda yang teramat penting saat itu. Kalau ada kaca mata malah lebih bagus, sekalian bergaya gitu lho.
Saya yang membawa tripod lantas tidak saya sia-siakan begitu saja. Selain menjadi properti berfoto, benda tersebut ternyata bisa menjadi semacam trekking pole (tongkat) yang meringankan dalam menyusuri pasir yang labil dan mudah melorot.
Sampai di pertengahan trek berpasir, langit ufuk timur sudah mulai memerah tanda sang mentari hendak muncul. Saya pun mulai mengeluarkan properti memotret saya. Saya sih memilih stay disitu saja untuk menunggu sunrise muncul. Tak perlu mengejar sampai puncaknya, toh view yang dihasilkan bakal tidak terlalu berbeda.
Semburat kemerahan yang berpadu dengan Merbabu yang masih dihiasi gemerlap lampu di kakinya menjadikan satu landscape yang menakjubkan. Terlebih ketika makin terang cahaya mentari yang menyinari, makin tersibak pula keindahan yang awalnya tertutup remang kegelapan. Puncak Hargo Dumilah lawu pun mulai kelihatan menjembul di sela awan ufuk timur yang beriringan dengan munculnya sang Surya.
Semburat kemerahan yang berpadu dengan Merbabu yang masih dihiasi gemerlap lampu di kakinya menjadikan satu landscape yang menakjubkan. Terlebih ketika makin terang cahaya mentari yang menyinari, makin tersibak pula keindahan yang awalnya tertutup remang kegelapan. Puncak Hargo Dumilah lawu pun mulai kelihatan menjembul di sela awan ufuk timur yang beriringan dengan munculnya sang Surya.
gradasi langit menyambut kemunculan sang mentari |
Puas dengan sunrise, saya memutuskan untuk memasukkan kembali kamera lalu mengejar dua teman saya yang sudah duluan ke atas. Matahari mulai meninggi dan panasnya mulai terasa, namun angin kencang tetap berhembus sehingga masih terasa sejuk-sejuk saja.
Seperti Sindoro yang setia menemani dalam pendakian ke puncak Sumbing, Merbabu pun juga demikian. Gunung cantik itu juga senantiasa menemani kami dalam pendakian menuju puncak Merapi.
Seperti Sindoro yang setia menemani dalam pendakian ke puncak Sumbing, Merbabu pun juga demikian. Gunung cantik itu juga senantiasa menemani kami dalam pendakian menuju puncak Merapi.
trek nya yang sangat WOW, tuh uda ada banyak pendaki yang sampai di puncak |
tampak Pasar Bubrah dan Merbabu di seberang |
Beberapa langkah sebelum puncak tercapai, tiba-tiba ada seseorang yang memanggil "Yantaaa....!!!!". Saya yang sedang berkonsentrasi menapaki trek berbatu Merapi, seketika mendongakkan kepala ke arah sumber suara. Ternyata yang memanggil saya itu adalah ketua OSIS semasa SMA dulu. Saya pun agak sedikit kaget bercampur tidak menyangka bisa bertemu teman seangkatan waktu sekolah yang sekian tahun tidak berpapasan, dan saat itu dapat bersua di pucuk Merapi. Kami pun bersalaman sambil cipika cipiki dan ngobrol sejenak.
Ternyata mendaki gunung sekarang mulai banyak peminatnya, tak hanya Syifa saja teman SMA dulu yang mulai menyukai naik gunung, masih banyak lagi teman-teman yang dulunya terlihat tidak menyukai gunung sekarang mulai asik dan menjadikannya menjadi hobi.
Saat itu banyak pendaki yang sudah berkumpul sambil foto-foto di puncak, tapi bukan puncak tertingginya yaaa. Puncak yang dipijak saat itu adalah Puncak Kawah. Untuk menuju puncak tertinggi perlu nyali tersendiri dan mungkin baru bisa digapai dengan perlengkapan climbing yang sesuai.
Erupsi tahun 2010 menjadikan Puncak Garuda yang melegenda berubah total #katanya. Saya juga belum pernah mendaki Merapi sebelum erupsi, jadi nggak bisa membandingkan seberapa berubahkah puncak tersebut. Sekarang yang bisa dilihat adalah puncak yang kerap disebut sebagai Puncak Limas yang sesuai namanya, bentuknya berupa batuan cadas yang menjulang menyerupai limas.
Sebagai gunung api yang masih bergejolak, saat itu saya tak terlalu mencium bau belerang khas kawah aktif, mungkin faktor angin kali yaaa. Melongok ke arah selatan, terbentang kawah raksasa yang menyemburkan sedikit kepulan asap dari bawah. Sungguh gemetar saat melihatnya karena yang dipijak saat itu adalah batuan cadas berpasir yang tak terlalu luas. Ceroboh sedikit saja, bisa-bisa....
Ternyata mendaki gunung sekarang mulai banyak peminatnya, tak hanya Syifa saja teman SMA dulu yang mulai menyukai naik gunung, masih banyak lagi teman-teman yang dulunya terlihat tidak menyukai gunung sekarang mulai asik dan menjadikannya menjadi hobi.
@Syifamujahidin, teman SMA dulu kala |
Saat itu banyak pendaki yang sudah berkumpul sambil foto-foto di puncak, tapi bukan puncak tertingginya yaaa. Puncak yang dipijak saat itu adalah Puncak Kawah. Untuk menuju puncak tertinggi perlu nyali tersendiri dan mungkin baru bisa digapai dengan perlengkapan climbing yang sesuai.
Erupsi tahun 2010 menjadikan Puncak Garuda yang melegenda berubah total #katanya. Saya juga belum pernah mendaki Merapi sebelum erupsi, jadi nggak bisa membandingkan seberapa berubahkah puncak tersebut. Sekarang yang bisa dilihat adalah puncak yang kerap disebut sebagai Puncak Limas yang sesuai namanya, bentuknya berupa batuan cadas yang menjulang menyerupai limas.
pasang pose dulu dong..... |
gak mau kalah...!!! *-* |
Puncak Limas dan "New" Puncak Garuda, puncak yang lagi tenar karena Mei 2015 ini ada yang terjatuh saat menaiki puncaknya |
Puncak
Limas menjadi puncak tertinggi saat ini, bisa juga disebut sebagai "New
Puncak Garuda" karena menggantikan keberadaan puncak legenda Merapi
yang berubah karena erupsi tahun 2010 silam. Puncak tertinggi bisa kita
didekati, namun perlu sedikit perjuangan. Dengan sedikit melakukan usaha
memanjati tebing batu, kita bakal sampai di bawah puncak tertinggi yang
bentuknya meruncing. Saya pun tertarik mencobanya. Bayu ternyata sudah duluan
mendekati puncak tertinggi Merapi itu. Katanya sih di atas kelihatan jelas
Gunung Sumbing dan Sindoro berdampingan.
Sensasi menaiki Puncak Limas tersebut memang begitu menguji adrenalin. Harus pandai-pandai mengatur strategi untuk memilih pegangan dan pijakan. Dengan perjuangan keras dan sedikit gemetaran, akhirnya saya berada di Puncak Limas. Luar biasa pemandangannya, disitu saya bisa melihat lepas ke segala arah dengan bebasnya. Di sebelah barat tampak Gunung Sumbing dan Sindoro plus Slamet dengan puncaknya yang tampak datar. Di utara seperti biasa, tampak gagah berdiri Gunung Merbabu. Sebelah Timur terlihat hamparan "karpet" awan putih tanpa lubang sedikit pun. Daaan di sebelah selatan, menganga kawah raksasa Merapi yang membuat saya tak ingin berlama-lama memandangnya, sereeemmm.
Oke, saya buktikan…
arah utara |
arah timur |
Kami di puncak cukup sebentar saja,
pukul 06.30 kami memutuskan untuk turun.
Saatnya seluncuran di pasir Merapi…. Kayak
mas-mas yang satu ini nih #yeah *-*
Satu lagi
pengalaman yang mengasyikan saat mendaki Gunung Merapi yaitu dengan adanya trek
berpasirnya yang bisa digunakan untuk prosotan seperti permainan yang sering
dilakukan waktu kita kecil dulu. Nggak peduli mau dibilang masa kecil kurang
bahagia kek, atau apa lah itu. Tapi prosotan saat itu beda, itu Merapi teman.
Gunung berapi paling berbahaya yang ternyata bisa dibuat arena bermain layaknya
Tim Zon *-*.
itu lho ada bagian yang rata di sebelah kiri, disitulah kita bisa skating-an |
wahhh kemasukan pasir ya mas sepatunya.... *-* |
jangan ragu-ragu prosotan mas, ayo meluncur...!!! |
pasirnya kinclong kan..... |
tutup hidung biar nggak kemasukan pasir, jangan tutup mata juga tapi.... *-* |
ayo mas, jangan malu dibilang kayak anak TK...!!! ini Merapi brooo.... |
sepatuku ada pasirnya satu kilo mungkin tuh.... |
Timing Pendakian Merapi
Seperti
yang pernah saya katakan pada catatan pendakian saya sebelumnya kalau cepat
atau lambatnya suatu pendakian bukanlah hal yang paling utama. Setiap pendaki
bisa berbeda-beda dalam pewaktuan tersebut. Banyak faktor yang turut andil
mempengaruhinya misalnya saja stamina, usia, pengalaman, persiapan fisik,
banyak barang bawaan, jumlah pendaki dalam satu tim, frekuensi istirahat,
frekuensi foto-foto, tujuan pendakian, dan masih banyak lagi lah.
Rata-rata
dalam mendaki Merapi biasanya memakan waktu selama 4 jam. Pernah juga salah
satu pendaki, Mas Dhave Dhanang, yang bisa menggapai
puncak Merapi dengan tempo 2,5 jam saja dengan style ultralight
hiking nya.
Pedakian
kami di Merapi kali ini telah saya catat pewaktuannya dan dituangkan dalam
tabel berikut...
PERPINDAHAN
|
WAKTU
|
LAMA
|
New Selo – Shelter
|
18.20 – 19.20
|
1 jam
|
Shelter – Pos 2
|
19.30 – 21.30
|
2 jam
|
Pos 2 – Tempat Camp
|
21.40 – 22.00
|
20 menit
|
Tempat Camp – Pasar Bubrah
|
03.15 – 03.40
|
25 menit
|
Pasar Bubrah – Puncak
|
04.30 – 06.00
|
1,5 jam
|
TOTAL WAKTU NAIK
|
5 jam 15 menit
| |
Puncak – Pasar Bubrah
|
06.30 – 07.00
|
30 menit
|
Pasar Bubrah – Tempat Camp
|
08.00 – 08.10
|
10 menit
|
Tempat Camp – New Selo
|
09.10 - 10.30
|
1 jam 20 menit
|
TOTAL WAKTU TURUN
|
2 jam
|
Galeri Pendakian Merapi
Sunrise + Lawu + hamparan awan = cakep |
menuju puncak dalam remang-remang |
Merbabu yang selalu setia menemani |
mengintip di balik awan |
puluhan pendaki menuju puncak |
memandang Puncak Limas dan "New" Puncak Garuda |
sebelah kiri adalah jalur aliran lava pijar + wedhus gembel |
berani naik??? jangan naik plis...!!! sudah ada korban yang terjatuh saat berfoto di atasnya |
gigiran pasir sebagai tembok penghalang lava pijar |
bayangkan kamu ada di pucuknya.... dan pertimbangkan kalau kamu terjatuh ke kawah sedalam 200 m seperti mahasiswa itu |
dari kiri ke kanan Gunung Selamet, Sumbing, Sindoro, dan Dieng Plateu |
kilauan pasir Merapi |
di atas batu besar Pasar Bubrah |
Tafid : "Itu lho yang namanya Merbabu...!!!" Bayu : "Iya iya gue tau kali...." |
Berlatar Sumbing dan Sindoro |
waw... malah kayak salju tuh di puncak |
Subur diantara Tandus |
no comment dik bro...
BalasHapusjempol aja...
Jempol balik mas bro...
HapusSaya pelajar dari Malaysia. Ingin mendaki beberapa gunung di tanah jawa. Saya ingin bertanyakan soalan, dapatkah saya mendaki merapi tanpa guide? bagaimanakah ingin sampai ke kaki gunung merapi dr probalinggo. minta pendapat dari saudara. boleh saja emailkan ke saya. Atlantisdude_89@yahoo.com.my
BalasHapusHallo, kamu bisa add fb saya dulu saja agar lebih mudah berkomunikasi...
HapusOk nanti ya kalau saya sempat, insyaallah saya kirim email...
Salam kenal...
mas .. fotonya pake kamera apa yah?
BalasHapusgambarnya subhanallaaaah .. bagus bangeet ...
Makasi mbak... Momennya jg yg bikin keren. Pas itu cerah bgt langitnya...
BalasHapusini fotonya pake kamera apa mas?? keren bangett
BalasHapuskamera biasa kok mbak... hehe
HapusKEREEEN Bang, Ayo bareng naik lagi 3 mei besok bang .....hehehe
BalasHapuswah saya sudah nggak di Jawa e mas... coba aja bareng temen2nya
Hapuswaaahhh keren :D
BalasHapusKeren bgt!! bner2 menginspirasi. jadi pengen ikut ngrasain ky ap sih mndaki. makasih bgt mas dg sgla cerita2nya. byk bgt ilmu yg di dapat dr blog ini. Asik bgt membacanya. Sy jdi pengen bgt ikut menjadi bagian dari para pecinta alam seperti mas Anta.
BalasHapusYanta, kurang "Y"... hehe
BalasHapusbisa dmulai dr skrg, tapi perlu persiapan yg matang. klo ada tmen yg uda pernah ndaki, tanya2 aja...
Foto2nya amazing, saya sangat suka lautan awan gunung2 di jawa tengah, seperti pas ke merbabu dan slamet :D
BalasHapuskunjung balik gan sesama traveler :D
http://papanpelangi.wordpress.com/
sy pernah ke blognya mas Rifqy kok, pas nyari referensi sblum naik Arjuno bulan April lalu...
Hapusthx uda mampir...
salam kenal
Keren banget mas :) apalagi foto2nya , 5 jempol buat masnya hehe :D
BalasHapusNgemeng2 pake lensa apa & pake settingann apa ? :D
Makasih .
lensanya 18-55 mm,
Hapuspas masih pagi bgt itu pake slow speed, yg lainnya pqke settingan outdoor biasa, langit biru pake bantuan filter CPL...
Yaampun mas, liat kawahnya + tebingnya udah ngeri banget. apalagi ikutan mendaki.. subhanallahu.. baguus banget pemandangannya...
BalasHapusMerapi memang luar biasa mbak...
Hapuskapan bisa jumpa di kopdar mas
BalasHapussaya skrg di Sulawesi mas, blm tau kpn bisa mendaki gunung di Jawa lagi...
Hapussaya sempat menikmati puncak garuda....
BalasHapussalam lestari
Pasti bisa merasakan perbedaannya
HapusKeren lebih lebih dar keren awesome
BalasHapusyap... Merapi memang keren kak...
Hapuskeren postingannya broo hehe
BalasHapusjadi ga sabar mau ke 2M (Merapi -Merbabu)
makasi mas bro...
Hapuskapan tuh mau marathon 2M
kak aku mau tanya kalo ke merapi bulan desember resikonya gede gak?
BalasHapusDesember itu musim hujan jadi sangat beresiko untuk pendakian di gunung manapun...
HapusSelain itu viewnya pun bakal ketutup, ga sebagus saat km dateng di musim cerah...
Saranku mending nunggu musim bagus dulu...
ohh gitu ya.. makasih kak atas infonya..
Hapusaseeeliii kereeennn banget mass, ga sabar mau ke merapii ..
BalasHapusthx mas...
Hapusati-ati yaa...
Istimewa! Keep sharing
BalasHapusSiap....
HapusMantap........... Bisa ngerti medan sbelum kesana mei ntar,,
BalasHapusSippp ati2 mas
HapusFoto-fotonya bagus, bisa ditiru nih
BalasHapusterimakasih mas...
Hapusaaaaaaa pas udah di puncaknya mau ikutan nangkring di puncak limasnya tp gak berani jalan kesana -_- alhasil cuma berani duduk-duduk di tepi kawahnya aja
BalasHapusmau coba mbak??? serem loh...!!!
HapusSabtu kemarin baru saja mahasiswa jogja naik tuh puncak limas, pas turun kepleset akhirnya jatuh masuk ke kawah. Innalillahi wa inna illaihi rajiuun
Hapusbetul mas, aku jg sedih ndengernya...
Hapussaya ga berani naik ke puncak itu, cuma bisa foto dari jauh saja.
Pas saya naik juga ga ada yg sampai ke puncak Garuda nya kok...
Makin kesini emang makin banyak yg berani naik sampai ke puncaknya yg sangat ekstrim itu.
Akhirnya kejadian juga...
View nya keren mas, Lawu kesepian ya di liat dri merapi
BalasHapusMiss u Lawu.. :')
Saya anak 3265 mdpl soalnya..haha
saya juga sebenarnya anak 3.142 mdpl mas... sama sama favorit pendaki kok...
Hapuswah keren reportasenya, keren viewnya juga. jadi berasa lagi disana.
BalasHapustidak ada yang tau tentang maut ya, setelah berhasil mencapai puncak tertinggi, sepersekian detik langsung jatuh ke dalam panasnya kawah.
masih kepikiran.
yang penting tetap di jalurnya mbak...
Hapusfotonya keren mas......merasa ikut naik gunung setelah lihat ini...keren abis
BalasHapusThx Mas, salam kenal...
HapusMas Ardi..saya mau donk nanya2 ttg trekking ini
BalasHapus. Mas keren banget..boleh minta kontaknya kah? Email saya theresia.betty@gmail.com.. makasih ya mas
boleh2... tunggu emailnya
Hapuskeren masbro, merapi masih jadi wishlist saya, belum sempat nyoba mendaki gunung ini
BalasHapusNaik Merapi kedepannya sepertinya ada aturan baru nggak boleh sampai puncak, cuma boleh sampai Pasar Bubrah. Tapi belum ngerti juga pastinya....
HapusJangan coba2 naik bekas Puncak Garudanya yaaa
waah, ngga seru dong kalo ngga ke puncak,,
Hapushihihi, pasti ngga bakalan brani saya kalo naik ke situ mah bang
keren bang....
BalasHapusskarang katanya gk bleh sampai puncak
tpi gk papa dulu dah ngerasain di puncak merapi
iya denger2 sih ada aturan baru
HapusPengen kesini, tp kagak berani bang 😂😂 hiks hiks ..
BalasHapusPanto terus bang ..good job .
dilarang sendirian kalo ga berani, rame-rame biar seru dong...
HapusMantap gan jadi pengen ngerasain mendaki gunung
BalasHapusMnggo dicoba mas, minta ditemenin dulu sama tmen yg berpengalaman yaa
HapusFoto-foto nya keren ulsannya juga disampaikan dengan bahasa yang sederahan tapi menarik, om tinggal di Jogja?
BalasHapusSuwun mas...
HapusNggak mas, saya dulunya di Salatiga...
Skrg sudah merantai di Sulawesi...
Mas, mau nanya, mata air di gunung merapi terakhir ada di pos mana ya?
BalasHapusNggak ada sumber air mas, jadi harus sedia dr bawah
Hapuskerenn ini kak
BalasHapusdo'ain saya sabtu start kesitu
biar bisa foto-foto kayak kakak ini
okey... hati2 yaa...
HapusKaya ikutan kepuncak :D.. mrinding baca ceritanya keren mas yanta ;)
BalasHapusterimakasi...
Hapuskeren bang.... infonya juga keren.... semoga bisa ke Merapi juga nanti.
BalasHapusterimakasiiii, amin-amin....
HapusKeren Mas.....
BalasHapusInfonya bermanfaat banget terutama buat pemula seperti saya..hehehe
April nanti saya berencana naik Merapi.
Terimakasih...
HapusSelamat mendaki Merapi... Hati2...
ah indah bgt pgn mendaki tpi g ada tmen yg ky kamu, iya kamu
BalasHapusKereeeeen. Berasa ikut naek. Ikut capek. Ikut merinding. Kedinginan. XD. Semoga minggu ini merapi cerah...
BalasHapuswah sungguh mengasikkan yaa
BalasHapus