Nekat ke Pulau Siladen



Modal nekat dengan sedikit informasi yang didapat bagi sebagian orang akan menyulitkan untuk sampai di tempat tujuan wisata tanpa penyesalan. Namun tidak bagi kami, mahasiswa yang sedang menunggu yudisium dan kepengen jalan-jalan dulu ke luar pulau. Ada saya, Doni, Hamid, Jojo, dan Heykal yang berencana melakukan trip ke Pulau Siladen yang ada di sebelah timur laut Pulau Bunaken, yang sudah terlebih dulu kami kunjungi bersama teman sekelas di bulan Mei 2012 lalu. Dengan rencana seadanya dan cenderung nekat kami memutuskan pada  tanggal 24 September 2012 setelah sholat dhuhur  kami berangkat dari Perum Paniki Dua Manado, tempat kos kami, menuju Pulau Siladen yang terkenal dengan pantai pasir putih lembut dan keindahan bawah lautnya.
Pulau Siladen adalah satu dari lima pulau di kawasan Taman Nasional Bunaken di Manado, Sulawesi Utara yang mempunyai luas 31,25 ha. Dari sedikit info yang saya dapat menurut sejarah nama Siladen ini mempunyai arti ‘Kandas’, dan ceritanya pada zaman dahulu ada sebuah kapal yang dipergunakan orang Sangihe yang sedang mengadakan perjalanan, mengalami kecelakaan dan kandas di pulau tersebut. Akhirnya, pulau di dekat lokasi kandasnya kapal sampai sekarang bernama Siladen.
Awalnya kami berencana menginap semalam disana namun yang paling tidak banget adalah kami belum tau apakah ada penginapan dengan harga mahasiswa perantau disana. Yang saya tau hanya ada resort kelas elit yang eksklusif disana yaitu “Siladen Resort & Spa” yang tentunya itu buat para turis ber-uang dan bule-bule kaya yang “kuat” menginap disitu. Namun kembali ke modal awal kami yaitu nekat, kami terus saja melaju menuju pelabuhan penyebrangan tanpa memikirkan kami nanti mau tidur dimana, yang penting sih kami sepakat sampai disana dulu. Paling mentok ya nanti nginep di rumah penduduk kalau memang tidak ada penginapan murah. Setahu kami pulau itu memang berpenghuni.

Akses transportasi

Untuk mencapai Pulau Siladen tentunya hanya tersedia transportasi laut saja. Kita bisa menggunakan kapal umum yang biasa ke Pulau Siladen dan sudah terjadwal yaitu berangkat ke Siladen sekitar jam 1 sampai 3 siang dan balik ke Manado sekitar jam 9an pagi dari Pulau Siladen, tentunya ongkosnya lebih murah dari pada sewa kapal sendiri. Di Manado bisa naik dari Pelabuhan Pasar Bersehati, namun saat itu kami salah pelabuhan. Kami malah naik dari Pelabuhan Calaca yang hanya ada kapal bermotor saja yang menuju ke Siladen. Saat kami turun dari angkot di pelabuhan itu, kami pun langsung diserbu para nahkoda kapal yang menawarkan jasanya. Namun saat itu ada petugas resmi yang berseragam yang menegur kami untuk bertransaksi di dalam pos saja. Saya pun masuk untuk menanyakan harga sewa kapal untuk ke Pulau Siladen. Namanya saja kapal bermotor ya pasti mahal lah, harga yang ditawarkan dari Rp 750.000,- sampai satu juta untuk ke Bunaken, belum ke Siladen yang lebih jauh katanya harus nambah Rp 200.000,- lagi sedangkan kami hanya berlima. Saya pun lemas dan mencari alasan untuk bisa keluar dari pos itu. Dengan alasan menunggu teman yang lain menyusul saya bisa keluar dan berdiskusi lagi dengan yang lain. Saat itu memang si Jojo sudah bilang kalau salah pelabuhan, namun sudah saja kami berdiam diri sejenak dulu di Pelabuhan Calaca untuk berpikir dan akhirnya memutuskan ke Pelabuhan Pasar Bersehati saja. Saat kami mau pergi ada seorang bapak yang mengaku orang Siladen menghampiri untuk menawarkan jasanya mengantar kami sampai Siladen dengan harga miring katanya, pertama harga yang ditawarkan Rp 400.000,-. Harga itu masih terlalu mahal bagi kami, lalu saya menawar Rp 250.000,- dan bapak itu memberi harga pasti Rp 300.000,- dan sudahlah dari pada keburu sore kami setujui saja, toh dari pada harga yang ditawarkan di pos tadi yang hampir tiga kali lipatnya. Harga itu dibagi berlima berarti nanti per orangnya harus membayar Rp 60.000,-  lumayan juga.
Kapal Cepat menuju Pulau Siladen
Tak menunggu lama kami berangkat menuju Pulau Siladen dengan kapal motor yang tergolong ngebut. Tidak seperti saat kami ke Bunaken, kapal yang disewa terasa lambat dan guncangan ombaknya begitu terasa. Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan yang indah dengan burung-burung mengiringi dan ombak yang bersahabat. Di tengah laut kami dikejutkan dengan kehadiran sekawanan lumba-lumba yang melompat dari air seperti menyambut kedatangan kami, namun tidak begitu lama atraksi itu bisa kami nikmati.
Setelah 45 menit perjalanan, akhirnya kami pun tiba di Pulau Siladen dan kami diturunkan di dermaga pulau. Saat itu juga kami sudah dikagumkan oleh pemandangan bawah air dekat dermaga yang bisa terlihat dari atas tanpa harus nyebur karena saking beningnya air laut pulau itu. 

Keindahan Bawah Laut Pulau Siladen


Sungguh pengen segera menceburkan diri dengan kaca mata renang yang sudah kubawa. Tapi yang harus kami cari dulu adalah penginapan. Setelah berkeliling menyusuri jalan setapak yang sudah dibeton di dalam sebuah desa, kami masuk di salah satu resort untuk menanyakan harga penginapan tentunya kami mencari yang paling murah. Setelah kami tanya dan disodori daftar tarif kamar, ternyata disitu tertera harga-harganya dalam satuan Euro (€). Yasudah kami tinggal saja, cari yang lain yang lebih merakyat. Oiya sebelum naik kapal tadi kami juga diberi tahu soal penginapan oleh seorang bapak guru, kami disuruh mencari penginapan milik tante marta. Kami pun segera meninggalkan resort kelas bule itu menuju penginapan ala backpacker. Di tengah jalan kami bertanya pada seorang anak kecil dimana rumah tante marta dan dia pun mengantarkan kami. Setelah bertemu tante marta kami diantar menuju kamar dengan dua ranjang satu meja dan satu kamar mandi dengan air bak penuh tapi kran air tidak menyala. Kami juga diberi tahu kalau listrik hanya menyala mulai jam 6 hingga jam 5 pagi karena memakai tenaga diesel. Tante Marta membandrol sewa satu kamarnya seharga Rp 500.000,- semalam plus ada makan. Kami pun menawar Rp 400.000,- tanpa makan dan akhirnya deal setuju, sehingga per orang kena Rp 80.000,-. Setelah beres-beres dan sholat ashar kami pun langsung ganti kostum untuk berenang dan snorkelling di dekat dermaga tadi yang kami lewati. Saat asik berenang, ada kejadian buruk menimpa salah satu dari kami yaitu Hamid yang tidak sengaja menginjak bulu babi. Memang di balik terumbu karang di Siladen banyak sekali bersembunyi bulu babi yang siap menancapkan duri-duri beracunnya ke kaki-kaki siapa saja yang tidak waspada. Kami pun berusaha menolongnya, dari tv sering ditunjukkan terutama acara si Bolang kalau kena bulu babi untuk menghilangkan racunnya harus dikencingi. 
Kaki LIM Hamid yang terkena duri  Bulu Babi
Hamid pun sibuk sendiri mengeluarkan duri-duri yang menancap di kakinya. Saya tanya ke warga sekitar katanya dipukul-pukul dengan batu agar duri yang masuk kulit bisa hancur dan akhirnya keluar. Segera cara itu dipraktekkan namun belum terlalu meredakan. Tak berapa lama rasa nyeri Hamid sudah mendingan dan kami lanjutkan saja menikmati keeksotisan Siladen dengan pasir lembutnya dengan berenang-renang sambil menunggu sunset tiba.
Setelah langit di ufuk barat mulai memerah dan sang matahari sudah bersembunyi kami pun kembali ke penginapan dan mandi untuk segera menunaikan sholat Maghrib dan makan bekal yang kami bawa. Malam itu akan menjadi malam yang istimewa bagi kami karena sepanjang malam nanti bakal ditemani dengan gemercik ombak yang menyapu hamparan pasir di depan penginapan. Setelah sholat Isya kami jalan-jalan keluar untuk menikmati malamnya Siladen, ternyata sangat sepi saat malam tiba. Sepertnya hanya kami yang saat itu pergi keluar rumah.  Karena saat malam tidak ada sesuatu yang menarik, kami pun kembali ke penginapan untuk duduk-duduk di kursi pinggir pantai. Dengan lampu-lampu Kota Manado di seberang yang tampak kecil bersinar dan bintang di langit malam yang cerah kami sangat menikmati malam itu. Belum terlalu larut tapi kami memutuskan untuk tidur agar kami tidak terlewat sinar sunrise di pulau Siladen esok pagi.
Pagi pun tiba dan kami bergegas mengawali pagi dengan sholat shubuh lalu keluar untuk berburu sunrise. Kami berjalan menyusuri tepi pantai dengan sinar hangat mentari pagi dan tiupan angin yang mengoyangkan daun nyiur yang melambai-lambai. Setelah puas menikmati satu malam di Siladen, kami berkemas untuk kembali ke Manado. Jadwal kapal umum “Taxi” dari Pulau Siladen sekitar pukul 9 sehingga kami harus siap sebelumnya agar tidak ketinggalan, terlebih taxi itu hanya beroperasi satu kali sehari dari Siladen ke Manado. Namanya saja kapal umum, jadi harus siap-siap satu kapal dengan berbagai macam barang yang dibawa. Saat itu kebetulan di kapal ada ayam, motor, beberapa tandan pisang, dan juga beberapa galon yang diusung ke Manado.  
Riuhnya suasana Kapal "Taxi"
Pemandangan itu terasa unik bagi kami dan menjadikan kenangan tersendiri. Kapal melaju kalem tak begitu cepat tapi tidak lambat juga, sehingga kami sempat tertidur di kapal. Setelah satu jam lebih akhirnya sampai juga di pelabuhan di muara suatu sungai dekat Pasar Bersehati dengan membayar masing-masing orang Rp 20.000,-. Pelabuhan inilah yang sebenarnya ingin kami sambangi sebelum ke Siladen, tapi tak apa lah yang penting kami sudah menginjakkan Pulau Siladen dengan meninggalkan sejuta kenangan indah disana.


Secercah kenangan di Pulau Siladen yang mengesankan.........


hampir sampai...

dermaga pulau

kinclong bgt...

penginapan Tante Marta

lembut dan bersihnya pasir pantainya, like The Pink Beach in NTT

Tampak Pulau Bunaken dan Manado Tua

matahari hampir tenggelam

sunset indah

warna-warni bintang laut Siladen

dikelilingi pantai pasir putih

jalan setapak tengah desa

sunrise Siladen

kapal "Taxi" ke Manado



Komentar