“I
become a volunteer in Indonesia because of the rich culture & social live,
so I choose Indonesia not the other countries”. Itulah yang dikatakan Merry, perempuan asal Perancis
yang kebetulan menjadi sukarelawan di SD Getasan 3 yang juga sekolah tempat ibu
saya mengajar. Tentu saja yang dikatakanya tersebut sangat membuat saya
bangga menjadi salah satu bagian dari negara ini.
Setelah beberapa hari Merry dan sukarelawan lain yang juga berasal dari luar negeri seperti Taiwan dan Jepang mengabdikan diri di sekolah tersebut, guru-guru dari SD Getasan 3 mengajak mereka untuk menikmati keindahan Indonesia. Kali ini mereka akan ditunjukkan dengan betapa Indonesia itu sangat menjaga tradisi dan kebudayaan yang diturunkan dari nenek moyang dengan menonton pertunjukan Tari Topeng Ayu di Desa Ngrawan Kecamatan Getasan, Kab. Semarang. Desa tersebut bisa dijangkau dengan mudah dari Jalan Raya Salatiga-Kopeng belok kanan di pertigaan mini pom bensin Salaran sekitar 3 km. Jalan menuju Desa Ngrawan ini sejalur dengan jalan menuju Objek Wisata Air terjun Kali Pancur.
Setelah beberapa hari Merry dan sukarelawan lain yang juga berasal dari luar negeri seperti Taiwan dan Jepang mengabdikan diri di sekolah tersebut, guru-guru dari SD Getasan 3 mengajak mereka untuk menikmati keindahan Indonesia. Kali ini mereka akan ditunjukkan dengan betapa Indonesia itu sangat menjaga tradisi dan kebudayaan yang diturunkan dari nenek moyang dengan menonton pertunjukan Tari Topeng Ayu di Desa Ngrawan Kecamatan Getasan, Kab. Semarang. Desa tersebut bisa dijangkau dengan mudah dari Jalan Raya Salatiga-Kopeng belok kanan di pertigaan mini pom bensin Salaran sekitar 3 km. Jalan menuju Desa Ngrawan ini sejalur dengan jalan menuju Objek Wisata Air terjun Kali Pancur.
Tari Topeng Ayu yang juga masih ada hubungannya dengan
Tari Topeng Ireng ini dipentaskan dengan cara menanggap atau dengan kata lain
ada tarif khusus untuk pementasan tersebut, bukan pementasan cuma-cuma yang dilakukan
karena ada suatu hajatan.
Pada Hari Minggu 24 Maret 2013 yang lalu saya yang juga turut dalam perjalanan melihat salah satu kebudayaan Indonesia tersebut sangat antusias mendengar penjelasan Pak Suiman yang secara gamblang menceritakan sejarah bagaimana Tari Topeng Ayu tersebut bisa tercipta. Beliau yang merupakan warga asli Desa Ngrawan tahu betul sejarah terciptanya tarian tersebut. Berawal dari penjajahan Belanda pada tahun 1820-an khususnya di daerah sekitar Kopeng. Hal itu terbukti dari jika kita berkunjung ke Kopeng masih bisa melihat beberapa bangungan berarsitektur kolonial Belanda terutama di sekitaran Objek Wisata Taman Kartika Wisata yang difungsikan sebagai hotel atau penginapan dan villa-villa di lereng Merbabu.
Pada Hari Minggu 24 Maret 2013 yang lalu saya yang juga turut dalam perjalanan melihat salah satu kebudayaan Indonesia tersebut sangat antusias mendengar penjelasan Pak Suiman yang secara gamblang menceritakan sejarah bagaimana Tari Topeng Ayu tersebut bisa tercipta. Beliau yang merupakan warga asli Desa Ngrawan tahu betul sejarah terciptanya tarian tersebut. Berawal dari penjajahan Belanda pada tahun 1820-an khususnya di daerah sekitar Kopeng. Hal itu terbukti dari jika kita berkunjung ke Kopeng masih bisa melihat beberapa bangungan berarsitektur kolonial Belanda terutama di sekitaran Objek Wisata Taman Kartika Wisata yang difungsikan sebagai hotel atau penginapan dan villa-villa di lereng Merbabu.
Sejarah Tari Topeng Ayu
Penjajahan Belanda juga berdampak sampai
ke Desa Ngrawan. Perlawanan demi perlawanan pun dikerahkan para warga desa
untuk mengusir penjajah tersebut tapi apalah daya para penduduk desa yang tidak
punya persenjataan yang lengkap yang tentunya tak sanggup melawan
kuatnya penjajah.
Satu senapan
terisi penuh peluru saja bisa
membuat beberapa penduduk langsung gugur. Penduduk desa pun lalu memutar otak untuk melawan
penjajah yang tentu perlawanan secara fisik tidak akan mungkin menang, jadi
mereka metuskan untuk melawan penjajah dengan strategi. Setelah beberapa waktu
memikirkan strategi apa yang tepat untuk melawan penjajah akhirnya mereka
menemukan satu cara perlawanan terhadap Belanda yaitu dengan melakukan
kamuflasi atau penyamaran dengan mencorat-coret dengan pewarna hitam-hitam yang
mungkin dengan “angus” atau yang bisa kita temukan di panci setelah dibuat memasak ke
muka mereka sedemikian rupa sehingga penjajah tidak mengenali jika mereka
adalah penduduk pribumi.
Setelah berkamuflasi dengan wajah
yang sudah hitam legam maka pada malam harinya saat para penjajah telah sedikit
lengah, penduduk pun akhirnya bisa menyusup ke markas Belanda dan penyerangan
secara besar-besaran pun dimulai. Persenjataan Belanda direbut, markas Belanda
dibakar, dan penyerangan-penyerangan penduduk atas kekejaman penjajah dilakukan
tak tanggung-tanggung lagi sehingga para penjajah pun pada tahun 1825 akhirnya
menyingkir dari desa tersebut dan pada tahun tersebut Desa Ngrawan seperti
mendapat kemerdekaannya.
Perkembangan Tari Topeng Ayu
Perjuangan melawan penjajah dengan
strategi jitu tersebut akhirnya diabadikan dalam sebuah tarian tradisional yang
diberi nama “Topeng Ireng” yang ditarikan oleh para laki-laki yang gagah
perkasa. “Ireng” dalam Bahasa Jawa yang berarti hitam yang sesuai dengan strategi
kamuflase yang dilakukan penduduk untuk melumpuhkan penjajah. Lalu seiring
waktu berjalan tarian tersebut termodifikasi menjadi "Topeng Ayu" karena ditarikan
oleh para gadis yang begitu cantik namun kuat. "Ayu" yang dalam Bahasa Jawa berarti cantik identik dengan gadis yang menarikan tarian tersebut, sehingga saat kita mendengar nama tarian tersebut pasti kita sudah mengira kalau yang bakal menarikan tarian tersebut adalah perempuan.
Keunikan dari wisata budaya kali
ini adalah sesaat sebelum tari Topeng Ayu dipentaskan, para warga dan
pengunjung berdiri melingkar di tengah arena pertunjukan tari untuk menyanyikan
lagu “Desa Ku yang Kucinta”.
Tak hanya itu keunikan lain dari pementasan tarian tersebut disamping penarinya para gadis yang cantik namun terlihat kuat, para penonton juga bisa berpartisipasi dalam tarian itu karena para penari pada pertengahan pementasan akan mengajak pengunjung untuk menari bersama mereka. Setelah tarian berakhir pun masih ada permainan lagi bagi para pengunjung yaitu permainan memindahkan sebilah bambu tanpa menyentuhnya tapi dengan kerja sama menarik tali-tali yang mengikatnya.
Tak hanya itu keunikan lain dari pementasan tarian tersebut disamping penarinya para gadis yang cantik namun terlihat kuat, para penonton juga bisa berpartisipasi dalam tarian itu karena para penari pada pertengahan pementasan akan mengajak pengunjung untuk menari bersama mereka. Setelah tarian berakhir pun masih ada permainan lagi bagi para pengunjung yaitu permainan memindahkan sebilah bambu tanpa menyentuhnya tapi dengan kerja sama menarik tali-tali yang mengikatnya.
konsentrasi ya mbak... Ganbate...!!! |
Desa
Ngrawan tepatnya di Dusun Tanon, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang kian
hari makin mendapat image sebagai desa wisata yang memberkan beberapa
paket-paket wisata yang bisa dinikmati oleh wisatawan selain dengan pementasan Tari
Topeng Ayu itu sendiri ada juga pasar rakyat yang menjajakkan hasil bumi dan
juga makanan khas Jawa yang dibuat oleh warga setempat. Pemandangan yang
disajikan juga sangat eksotis karena desa ini berada tepat di kaki Gunung
Telomoyo dan di dekat desa tersebut juga terdapat objek wisata Air Terjun Kali
Pancur dengan ketinggian sekitar 100 m.
Penari Topeng Ayu mulai keluar |
Cantik tapi tampak kuat |
Merry pun ikut menari bersama penari Tari Topeng Ayu |
sukarelawan & Penari Tari Topeng Ayu |
game seusai pemantasan Tari Topeng Ayu |
Pasar rakyat di dekat arena Pementasan Tari Topeng Ayu |
Sungguh sehari yang sangat menyenangkan dengan pengalaman yang
saya dapat mulai dari menikmati kebudayaan bangsa ini yang masih terjaga sampai
kini yaitu Tari Topeng Ayu dengan beberapa hiburan lain yang masuk dalam paket
wisatanya juga keindahan alam pegunungan yang bisa dinikmati, sampai
pengalaman menyambangi air terjun Kali Pancur yang sangat cantik walau ditemani
rintik hujan.
Komentar
Posting Komentar
Jangan enggan beri kritik dan saran yaaa...!!!