Sepertinya aneh yaa kalau Gunung Bromo itu disebut didaki, kenapa coba ?????
Hal tersebut mungkin karena predikat gunung yang memiliki ketinggian 2.329 mdpl ini sebagai gunung wisata yang mungkin lebih tepat kalau judulnya adalah Wisata ke Gunung Bromo bukan Pendakian Gunung Bromo. Terlebih lagi didukung dengan trek sebelum puncak kawahnya yang sudah dibangun dengan anak tangga yang lebih memudahkan bagi "pendaki" untuk mencapai puncaknya. Lihat saja foto di atas, disaat pengunjung yang lain dengan santainya naik-turun Gunung Bromo tanpa menghabiskan banyak tenaga karena cukup dengan duduk manis di atas pelana kuda, sedangkan teman saya tampak tergopoh-gopoh dengan carrier super besarnya berusaha menanjaki trek berpasir Gunung Bromo. Namun jangan salah kami tetap bangga sebagai pendaki. (walau akhirnya mendaki gunung wisata hehehe *-* #ganbate).
Sebagai sebuah catatan perjalanan tentunya memiliki latar belakang tersendiri untuk membubuhkan judul yang tepat. Dan itulah yang terjadi pada postingan kali ini yang memiliki latar belakang kuat pemberian judul tersebut.
Dikala perbekalan dan peralatan mendaki seperti carrier penuh serta tenda sudah siap plus nesting sebagai penyambung nyawa kami pun sudah terpack rapi khas persiapan pendakian gunung tinggi, namun ternyata dua gunung di Jawa Timur (Semeru dan Arjuno) yang direncanakan akan didaki, jalur pendakiannya sedang ditutup karena alasannya masing-masing.
Sebagai keputusan terakhirnya maka dipilihlah Gunung Bromo sebagai final destination hari itu. Keputusan itu kami sepakati setelah sebelumnya berfikir keras menentukan destinasi selanjutnya di pos ijin Gn. Arjuno-Welirang Tretes yang ditutup karena Gn. Arjuno sedang terjadi kebakaran.
Cerita Perjalanan kami hingga tahu jalur pendakian Gunung Ajuno ditutup ada disini.
Sampai di Pandaan kami masih menunggu satu orang lagi yang awalnya juga ingin mendaki Semeru dan Arjuno. Kami menunggu sekaligus ngadem di Masjid Muhammad Cheng Ho di Pandaan Kab. Pasuruan yang kental dengan nuansa akulturasi kebudayaan China.
Dikala perbekalan dan peralatan mendaki seperti carrier penuh serta tenda sudah siap plus nesting sebagai penyambung nyawa kami pun sudah terpack rapi khas persiapan pendakian gunung tinggi, namun ternyata dua gunung di Jawa Timur (Semeru dan Arjuno) yang direncanakan akan didaki, jalur pendakiannya sedang ditutup karena alasannya masing-masing.
Sebagai keputusan terakhirnya maka dipilihlah Gunung Bromo sebagai final destination hari itu. Keputusan itu kami sepakati setelah sebelumnya berfikir keras menentukan destinasi selanjutnya di pos ijin Gn. Arjuno-Welirang Tretes yang ditutup karena Gn. Arjuno sedang terjadi kebakaran.
Cerita Perjalanan kami hingga tahu jalur pendakian Gunung Ajuno ditutup ada disini.
Perjalanan Menuju Gunung Bromo
Sekitar jam 2 siang kami mulai melangkahkan kaki meninggalkan pos ijin tersebut untuk menuju gunung wisata yang sudah menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun manca tersebut via Kota Probolinggo. Dari Tretes kami naik angkutan seperti yang digunakan ketika dari Pandaan-Tretes yang sudah terparkir di halaman pos ijin. Tim kami pun semua masuk ke mobil itu. Tak perlu menanti lama, angkutan itu pun segera melaju tanpa menunggu penuh karena tim kami pun sudah cukup memenuhinya.Sampai di Pandaan kami masih menunggu satu orang lagi yang awalnya juga ingin mendaki Semeru dan Arjuno. Kami menunggu sekaligus ngadem di Masjid Muhammad Cheng Ho di Pandaan Kab. Pasuruan yang kental dengan nuansa akulturasi kebudayaan China.
Sesudah menunaikan sholat ashar di masjid eksotis itu, kami pun segera manuju ke terminal Pandaan karena teman yang ditunggu sudah ada disana. Karena kami akan menuju Bromo melaui Probolinggo, kami pun menghubungi teman sekelas yang berdomisili disana yaitu +Muflih Fathoniawan siapa tau mau diajak berpetualang.
Dari Pandaaan kami naik bus jurusan Malang dan turun di Pos Polisi Purwosari lalu lanjut bus yang ke Probolinggo. Kalau dari pertigaan Purwosari ambil yang ke kiri. Bus ke Probolinggo ini cukup lama ditunggu hingga hampir Magrib baru datang busnya.
Dengan Rp 10.000 kami sampai di Terminal Bayu Angga Probolinggo dengan semribit angin yang khas. Mungkin hal ini yang menyebabkan mengapa terminal ini diberinama Bayu Angga karena angin yang berhembus tak seperti yang pernah saya temui sebelumnya dan "Angga" yang berlatar belakang dari kota ini sebagai penghasil buah mangga yang lumayan tersohor.
Di terminal itu kami awali dengan sholat magrib sekaligus isya agar nantinya tinggal mendaki saja karena kewajiban sudah ditunaikan. Sekitar jam 7an teman yang asli Probolinggo sudah datang dan tinggal satu teman lagi dari Gresik yang baru datang sekitar jam 8 lebih.
Kami sebelumnya sudah bernegosiasi dengan sopir yang mau mengantar ke Bromo. Dapatlah kami angkutan kesana dengan biaya perorang Rp 25.000,-.
Kami sebelumnya sudah bernegosiasi dengan sopir yang mau mengantar ke Bromo. Dapatlah kami angkutan kesana dengan biaya perorang Rp 25.000,-.
Peralatan kami yang lengkap ala pendaki gunung dan juga tenda membuat kami memutuskan untuk menikmati indahnya Bromo sekaligus camping di Pananjakan II. Sepanjang perjalanan menuju pananjakan kami tidak sempat menikmati pemandangan karena saat itu sudah cukup larut, namun sering kali terdengar warga yang sedang menggelar pesta dengan musik khas seperti nyinden.
Mulai Trekking
Setelah hampir satu jam perjalanan kami pun sampai di start perjalanan kami di depan Cemoro Lawang. Seketika kami turun dari mobil beberapa pedagang kupluk dan syal pun menghampiri, sesuai memang karena udara disana lumayan dingin.
Perjalanan menuju bukit Pananjakan II pun dimulai dengan ditemani gemerlap bintang dan bulan di atas sana. Terlihat lampu tower yang menunjukkan lokasi gardu pandang yang kami rasa itu sangat jauh. Jalan yang kami lewati sudah mulai berpasir lembut khas Bromo yang lumayan mengotori sepatu dan celana kami selain itu juga mudah berterbangan yang membuat kami harus memakai penutup hidung.
Sampai lah kami di akhir jalan lebar yang disitu terdapat satu pos gardu pandang yang kami ragu apakah sudah sampai puncaknya. Setelah kami cari masih ada jalan setapak yang sangat menanjak dan berbahaya jika kami lalui malam itu.
Kami putuskan mendirikan tenda di dalam gardu tersebut. Pos Gardu inilah yang dinamakan Pananjakan II karena yang I masih ada di atas dan cukup sulit dicapai dalam gelapnya malam.
Kami putuskan mendirikan tenda di dalam gardu tersebut. Pos Gardu inilah yang dinamakan Pananjakan II karena yang I masih ada di atas dan cukup sulit dicapai dalam gelapnya malam.
Kami akhiri malam dingin itu dengan masak dan makan malam lalu tidur agar tidak terlewat momen yang ditunggu yaitu sunrise nya Pananjakan ditemani hamparan pasir Bromo.
Ditengah tidur kami ada suara langkah kaki yang sedikit membuat kami takut, seketika berteriak "Good Morning Mister......!" dengan logat medok khas Jawa. Salah satu teman pun bangun dan membuka tenda lalu menyapa orang tadi "Owalah mbake to, ngagetin aja..." ternyata dia adalah pedagang makanan dan minuman panas di Pos Pananjakan II yang rumahnya di atas bukit dekat Pananjakan I. Satu hal yang membuat kami heran ternyata ada orang dengan beban dagangan yang lumayann berat menyusuri gelapnya malam di jalan bukit yang curam, kami saja yang berencana mau naik masih pikir-pikir dulu.... hehehee.
Tak berapa lama kami bangun, banyak pengunjung yang kebanyakan bule mulai memadati pos tersebut yang diantar menggunakan kuda atau pun jeep yang diparkir di bawah pos dekat anak tangga. Mereka juga tidak mau melewatkan momen matahari terbit yang indah.
Setelah puas menikmati pemandangan dari Pananjakan II kami pun beres-beres tenda dan mengumpulkan sampah. Lalu kami pun melanjutkan perjalanan turun bukit kemudian menyusuri hamparan pasir Bromo.
Perjalanan dimulai dan menyusuri jalan
seperti yang dilalui tadi malam cuman agak berbeda setelah sampai ladang
penduduk. Kami melewati jalan setapak menuju turunan padang pasir dan
sampailah kami di luasnya hamparan pasir berumput kering itu. Satu tips
bagi yang mau ke Bromo kalau kamu tidak mau kelilipan alangkah baiknya
kalau bawa kacamata plus penutup hidung karena pasir lembut Bromo siap
diterbangkan oleh angin yang berhembus kencang.
Begitu sampai di kaki Gunung Bromo terlihat indahnya relief alami dinding pasirnya. Kami melewati jalan berpasir yang sudah dibuat sedemikian rupa sebagai jalur menuju puncak. Setelah beberapa menit menyusuri pasir kami akhirnya bertemu dengan anak tangga menuju puncak untuk melihat kawahnya yang menurut penjual edelweis di situ anak tangga tersebut berjumlah 250 trap. #wow
Gn. Bromo (2.329 mdpl) |
Di puncak Bromo ini kita dapat melihat begitu besarnya kawah dengan dinding yang sesekali runtuh dan pusat kawah yang mendidih mengeluarkan asap membumbung. Selain itu disini lah puncak tiupan angin yang membawa pasir terhempas sekuat-kuatnya yang membuat kami tidak begitu menikmati pemandangan karena mata sering terpejam manahan tiupan angin berpasir.
Kami pun memutuskan untuk segera turun dan kembali menyusuri padang pasir untuk menuju pintu gerbang seperti saat turun dari mobil. Badan mulai lelah dan di akhir padang pasir harus naik tanjakan lagi namun tanjakan kali ini sudah beraspal. Jalan aspal ini lah yang sering dilalui jeep pengantar wisatawan menuju dan kembali dari kaki Gunung Bromo.
Beberapa Keindahan Pemandangan Gunung Bromo
Bukit Pananjakan, tempat ngecamp semalem |
Menyusuri lautan pasir Bromo yang gersang |
pasir Bromo yang beterbangan |
walau panas tetap semangat menyusuri Padang Pasir Bromo |
Gunung Batok, Tetangga Gunung Bromo |
gersangnya Bromo |
Menyusuri luasnya Padang Pasir Bromo |
Jalur pendakian |
Mendaki Gunung Bromo |
kawah Bromo |
Gn. Batok |
Bangunan tempat ibadah masyarakat Tengger |
Pura Agung Poten - Bromo |
Persyaratan buat nge-camp di bromo apa mas? Terutama persyaratan administrasi
BalasHapusWaktu sy naik sih ga ada ijin dan segala macemnya. soalnya naik uda lumayan larut malem dan bukan lewat gerbang wisatanya, tapi trekking lewat cemoro lawang naik...
HapusEmang mas ardi jam berapa naiknya?
HapusKalo lewat cemoro lawang treknya udah jelas mas?
sekitar hampir jam 11 malem mas...
Hapusiya, cukup jelas kok jalurnya...
Ohh makasih banget mas...minggu depan semoga bisa brangkat :)
HapusMungkin ada tips dari mas ardi sewaktu ada disana?
Dan bulan november apa bulan yg tepat untuk kesana ?
kalau mau camp enaak tuh di shelter Pananjakan II, tapi kalau menjelang subuh gitu ada pedagang makanan yg datang dan siap-siap di situ, jadi bangku-bangku yg disana jangan dipake.
BalasHapusEnaknya kalau ngecamp disitu bisa langsung liat sunrise begitu buka tenda.
Tapi ga enaknya, angin dari arah padang pasir bisa berhembus bebas ke arah tenda.
Sebenarnya bulan2 ini uda masuk penghujan jadi ya sebenarnya waktu yang tepat itu bulan2 kemarin.
Ga masalah sih, cuaca siapa yg tau... Aku aja waktu itu kesana pas musim hujan, makanya sunrisenya ga begitu clean...
Oh begitu ya mas,makasih atas semua infonya mas :)
HapusIntinya harus bawa jas hujan nih :D
Kerennn omm
BalasHapusbesok sabtu rencana mau ke sana..
semoga di ridho i Tuhan yg Maha Esa.hehehee
Amin bang... Selamat berpetualang...
Hapuskereeeeeeeeen...mas....
BalasHapusjd + semangat ke bromo....^_^
sip... selamat menikmati keindaha Gn. Bromo...
Hapuskeren pak, rencana bulan depan brangkat aq,, semoga ndak ada halang'n,, amin
BalasHapussip sip amin...
Hapusselamat menikmati indahnya Bromo...
Mas kira" kalo cewek travelling sendirian kesana bahaya ga? Trus budget ke bromo kira" brp ya?
BalasHapusuda sering travelling sendirian kah?
Hapuskalo budget, makin banyak orangnya bisa makin murah sbenernya
Salam.
BalasHapusSy ada rencana ke bromo 18-19 feb tahun depan.
Naik bus dr sby-probolinggo.
Sampai cemorolawang trus mendaki bisa dilakukan tanpa sewa jeep?
Berapa lama.waktunya.utk sampai Pananjakan 2?
Sy bukan.pendaki jadi jalannya tidak terlalu cepat.
Rencana sy juga tidak sewa losmen tapi mau bawa tenda (sedang cari tempat sewa tenda/sleeping bag)
Trims jawabannya.
Lily
Naik minibus dulu sampe cemoro lawang, saya dulu seorangnya bayar 25rb. di terminal probolinggo pasti ditawarin. Cari aja yg uda mau atau yg lgsg brgkt.
HapusSampe cemoro lawang usahakan malam, biar lgsg bisa dilanjut trekking menuju pananjakan n camp disitu. Dah, tinggal nunggu sunrise saat buka tenda pagi harinya.
Sy baca baca dr probolinggo ke c.lawang byson jam 5an udah habis. Lewat jam segitu susah dpt penumpang dan.qta musti charter 1 byson sendiri?
HapusJadi sy agak khawatir kalau berangkat terlalu sore.
Dan dr cemorolawang ke basecamp penanjakan kira-kira berapa jam ya kak?
Apakah.perjalanan nya tangga semua?
Makasih lagi bantuannya
Memang kesananya nggak rombongan?
HapusEnaknya sih emang rombongan, ntar pulangnya bisa djemput jg.
Dr cemoro lawang sampe pananjakan nggak sampe 2 jam kok...
Iya iini cuma berdua sama teman dr luar kota yg suka.naik.gunung dan blm pernah ke bromo.
HapusSaya juga blm pernah ke bromo. Jd bberusaha cari info spy ga terlalu kaget di lapangan kak.
Saya boleh tanya lagi ya.
Apakah benar penanjakan tempat lihat sunrise itu BUKAN puncak bromo?
Berapa jam dr penanjakan ke puncak kak?
Dan kalau setelah dr puncak sy mau mengunjungi tempat sekitar spt bukit teletubbies. Padang savannah. Pasir berbisik. Dll apakah itu semua masih bisa/mudah dicapai tanpa jeep? Atau kakak menyarankan saya lbh baik menggunakan ojek?
Sy sedang usaha perkirakan berapa malam sy sebaiknya disana. Sepertinya semalam tidak cukup ya
Bisa pananjakan dan puncak Bromo, tapi yg recommended n favorit ya d pananjakan. Soalnya ntar view sunrise berpadu dengan Gunung bromo + Batok itu indah bgt. Beda kalo liat dr puncak Bromo, cuma dpt view sunrise nya doing.
HapusJauh bgt kalo mau jalan kaki kelilingin semua... Ojek bisa, nego nego dl deh
Super terima kasih banyak ^_^
HapusAsik ini dapet info disini, kebetulan ada temen ngajakin ke Bromo dan pinginya kemping. Kalo misal bawa motor gitu ndaan ada tempat penitipan motor di Cemoro Lawang?
HapusAsik ini dapet info disini, kebetulan ada temen ngajakin ke Bromo dan pinginya kemping. Kalo misal bawa motor gitu ndaan ada tempat penitipan motor di Cemoro Lawang?
HapusBisa Mas, kalo kpepet tinggal nitip warga atau warung...
HapusSlmt ke Bromo yaa, hati"
Bro mau tanya, berarti kita wisata ya disana bukan naek gunung,, gak perlu bawa perlengkapan naek gunung?? Apa bisa juga pgn liat sunrise pake tenda sendiri diatas?
BalasHapusBro mau tanya, berarti kita wisata ya disana bukan naek gunung,, gak perlu bawa perlengkapan naek gunung?? Apa bisa juga pgn liat sunrise pake tenda sendiri diatas?
BalasHapusBisa juga dijadikan style naik gunung bro. Pake tenda masak masak dan lain2. Bisa juga ala traveler yg cuma liat sunrise doang.
HapusBerarti ijin dulu dibawah yaa,? kira" enaknya mau ngecamp diatas jam brapa bro? Apa banyak juga diatas buat liat sunrise yg ngecamp lgsng
Hapuslangsung camp saja, tapi harus cari tempat yang aman....
Hapusjangan spot sunrise yg biasa dipake orang-orang.
Biasanya kalo pagi disitu rame bgt.
Mau camp jam brp mterserah sih, enaknya aja gmn. Kalo mau tiduran dulu di tenda ya enaknya jam 9 udah sampe tempat camp, abis itu tidur. Bangun2 udah sunrise.
Kalo nanjaknya mulai siang, kira2 smpe Penanjakan satu jam brapa y?
BalasHapusKalo nanjaknya mulai siang, kira2 smpe Penanjakan satu jam brapa y?
BalasHapusNanjak nya dr mana dulu mas?
HapusKlo dr cemoro sewu cuma bentar kok...
Sekitar 15 menit...