Rangkaian Trip Sekitaran Blitar (Gn. Kelud, Candi Penataran, & Makam bung Karno)


Salah satu anugerah yang patut disyukuri bagi seorang backpacker adalah mendapat tempat yang bisa menampung dikala sedang dalam perjalanan. Hal itu pula yang saya dan teman saya +Angga dan Uul dapatkan saat hendak ngetrip ke Pulau Sempu, Malang Selatan. Awalnya trip ini rencananya hanya bertiga saja setelah acara ajak-mengajak teman tidak menghasilkan suatu apapun. 
Saya pun mengajak teman sekelas saya di STAN BDK Manado yaitu Doni untuk ikut juga sekalian sebagai navigator perjalanan. Ternyata Doni tak hanya bersedia diajak sebagai penunjuk jalan namun juga bersedia menyisihkan ruangan di rumahnya sebagai tempat kami bermalam. Mimpi apa ternyata dia juga mengajak untuk ngetrip ke berbagai tempat di sekitaran Blitar tentunya mudah dijangkau dari rumahnya. Disamping target utama mengunjungi Pulau Sempu yang menyimpan laguna super cantik, ternyata Doni siap mengantarkan kami ke Gn. Kelud, Candi Penataran, dan Makam Bung Karno "Sang Proklamator" terlebih lagi juga menyediakan dua motornya sebagai sarana untuk mencapai tempat-tempat tersebut.
Hari pertama kami habiskan dengan mengunjungi tempat wisata di sekitaran Blitar. Yang pertama di kunjungi adalah Gunung Kelud di perbatasan 3 kabupaten yaitu Kediri, Blitar, dan Malang. Gunung ini merupakan gunung berapi yang memiliki ketinggian 1.731 mdpl. Kekhasan gunung api ini adalah adanya danau kawah (hingga akhir tahun 2007) yang membuat lahar letusan sangat cair dan membahayakan penduduk sekitarnya. Akibat aktivitas tahun 2007 yang memunculkan kubah lava, danau kawah nyaris sirna dan tersisa semacam kubangan air. Puncak-puncak yang ada sekarang merupakan sisa dari letusan besar masa lalu yang meruntuhkan bagian puncak purba. Dinding di sisi barat daya runtuh terbuka sehingga kompleks kawah membuka ke arah itu. Puncak Kelud adalah yang tertinggi, berposisi agak di timur laut kawah. Puncak-puncak lainnya adalah Puncak Gajahmungkur di sisi barat dan Puncak Sumbing di sisi selatan.Akibat aktivitas tinggi tersebut terjadi gejala unik dalam sejarah Kelud dengan munculnya asap tebal putih dari tengah danau kawah diikuti dengan kubah lava dari tengah-tengah danau kawah sejak tanggal 5 November 2007 dan terus "tumbuh" hingga berukuran selebar 100 m. Para ahli menganggap kubah lava inilah yang menyumbat saluran magma sehingga letusan tidak segera terjadi. Energi untuk letusan dipakai untuk mendorong kubah lava sisa letusan tahun 1990.
Sejak peristiwa tersebut aktivitas pelepasan energi semakin berkurang dan pada tanggal 8 November 2007 status Gunung Kelud diturunkan menjadi "siaga" (tingkat 3).
Danau kawah Gunung Kelud praktis "hilang" karena kemunculan kubah lava yang besar. Yang tersisa hanyalah kolam kecil berisi air keruh berwarna kecoklatan di sisi selatan kubah lava.
Di puncak Gajahmungkur dibangun gardu pandang dengan tangga terbuat dari semen. Pada malam akhir pekan, kubah lava diberi penerangan lampu berwarna-warni. Selain itu, telah disediakan pula jalur panjat tebing di puncak Sumbing, pemandian air panas, serta flying fox. 
Saat kami disana memang cuaca sedikit mendung namun tak mengurangi keindahan gunung itu dengan bentangan alamnya dan juga puncak tebing yang langsung menghiasi pemandangan saat sampai di parkiran.

Setelah memarkir motor, kami berjalan mengikuti jalan beraspal menuju bukit tebing Sumbing. Di sebelah kiri jalan ada anak tangga menurun dan akan menuju satu lokasi favorit juga yaitu aliran sumber air panas yang bisa dijadikan sebagai tempat relaksasi atau sekedar bersantai menghilangkan penat dan meregangkan otot sekaligus melancarkan pembuluh darah, namun kami tidak menyambangi spot ini. Kami lanjut jalan dan di depan sudah disambut dengan satu pintu trowongan yang lumayan besar. Awal-awalnya sih masih terang tapi  setelah berjalan beberapa menit kami melewati jalan trowongan yang cukup gelap dan cukup membuat bulu kuduk merinding gak tau kenapa. Memang di beberapa bagian trowongan itu dipasang  lampu bolam dengan ornamen unik, tapi tetap saja hanya berpengaruh sedikit untuk penerangan. Saat berjalan di dalam terowongan ada sensasi tidak sampai-sampai di ujung, entah memang terowongannya sangat panjang atau hanya perasaan saja. Hingga hampir belasan menit kami temui sumber cahaya terpancar tanda hampir sampai di ujung. 






Setelah puas menikmati pemandangan indah Gn. Kelud sekaligus menunggu hujan reda, kami melanjutkan trip hari itu menuju candi terbesar di Jawa Timur yaitu Candi Penataran. Sebenarnya saat menuju Gunung Kelud, lokasi candi ini sempat kami lewati tapi kami memang berencana mengunjungi objek yang paling jauh dulu sampai yang paling dekat dengan Blitar. Loket pembayaran karcis masuk area wisata ini berada di jalan raya bukan di pintu masuk kompleks candinya sehingga kalau mau berkunjung ya bayar di tengah jalan pas ada petugasnya.


Candi yang kira-kira dibangun pada sekitar tahun 1200 Masehi pada masa Raja Srengga dari Kerajaan Kediri ini sebenarnya bernama Candi Palah. Candi ini juga termuat dalam kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca yang membuktikan bahwa candi ini merupakan candi yang eksis pula pada zamannya. Karcis masuk kompleks candi ini cukup ditebus dengan Rp 3.000,-  /orang dan Rp 2.000,- /motor. Dinding candi ini juga berhiaskan relief-relief yang menceritakan suatu kejadian yang belum sempat kami mengerti. Selain itu juga terdapat relief hewan berkaki empat yang ada dalam frame lingkaran. Di pojokan kompleks candi dengan menuruni anak tangga akan ditemuai satu kolam yang dikenal dengan kolam Patirtan yang berisi air yang sangat jernih kebiruan dan berisi puluhan ikan yang dikeramatkan. Ukuran kolam ini tidak terlalu besar dan kalau soal kedalamannya mungkin dua kali tinggi saya.









Setelah menutup kunjungan di Candi Penataran dengan sholat ashar di kompleks candi dan mencicipi semangkok bakso plus segelas teh panas di warung tepat di depan kompleks candi, kami pun bergegas menuju destinasi terakhir di hari itu, yaitu Makam Sang Proklamator Indonesia. Sebelumnya tempat ini juga dilewati saat perjalanan menuju Gn. Kelud. 
Sewaktu kami sampai di makam Bung Karno memang tampak sangat ramai peziarah dari yang rombongan sampai yang hanya berpasangan saja. Namun sayang seribu sayang saat kami masuk di perpustakaan dan melihat koleksinya sesosok bapak-bapak menghampiri kami dan memberi tahu kalau perpustakaan mau tutup. Ya sudahlah mungkin bukan rejeki kami. Kami langsung menuju tempat makam Bung Karno yang dinamakan Astana Mulya di bagian atas. Makam beliau diapit oleh makam kedua orang tua beliau yaitu ayah R. Soekeni Sosrodihardjodan ibu Ida Aju Njoman Rai. Bangunannya tampak unik dengan bentuk khas bangunan Jawa yaitu Rumah Joglo dan juga berlantaikan marmer yang begitu mengkilat.



Cerita di hari kedua, menuju Pulau Sempu untuk melihat danau cantik di dalamnya ada disini.



Komentar

  1. seperinya pernah lihat nih post?? ini temennya mas Stufly ya??
    ayo mas mampir ke blitar lagi.. masih banyak yang tempat keren yang belum sampean kunjungi.. sayang untuk dilewatkan.. bisa tak anterin ntar

    BalasHapus
  2. iya mas, waktu itu bareng sama dia ke sana....
    boleh2,
    kpn kpn klo ksana lg deh

    BalasHapus
  3. Mas trav bisa minta nmr nya ato sms k nmr sy 085649363243

    BalasHapus

Posting Komentar

Jangan enggan beri kritik dan saran yaaa...!!!