Semeru Akan Selalu Tetap Indah

Mendaki melintas bukit
Berjalan letih menahan berat beban
Bertahan didalam dingin
Berselimut kabut Ranu Kumbolo...

Menatap jalan setapak
Bertanya - tanya sampai kapankah berakhir
Mereguk nikmat coklat susu
Menjalin persahabatan dalam hangatnya tenda
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta

Mahameru berikan damainya
Didalam beku Arcapada
Mahameru sebuah legenda tersisa
Puncak abadi para dewa

Masihkah terbersit asa
Anak cucuku mencumbui pasirnya
Disana nyalimu teruji
Oleh ganas cengkraman hutan rimba
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta


Mahameru berikan damainya
Didalam beku Arcapada
Mahameru sebuah legenda tersisa
Puncak abadi para dewa




Begitulah sekiranya lirik lagu "Mahameru" yang dipopulerkan oleh Dewa 19 saat Ari Lasso masih menjadi vokalisnya. Sebenarnya sih lagu itu baru saya dengar di tahun 2013 ini, nggak nyangka juga ada lagu yang terdengar pendaki banget gitu. Sempat juga muncul pertanyaan,  apa latar belakangnya dibuatnya lagu itu ya? Apa jaman dulu uda ada film pendakian Semeru yang memakai soundtrack lagu itu? atau apa memang salah satu dari personil Dewa 19 ada yang pendaki? entahlah....


Kalau kita ndengerinnya setelah bisa sampai Puncak Semeru pasti kita bakal ngomong kalau lagu itu sangat pas banget, apalagi diputernya malem-malem di dalam tenda pas ngecamp di Ranu Kumbolo, Kalimati, atau Arcapada. Hmmm.... 

Tak disangka juga setelah akhir Desember 2012 lalu bisa menapakkan kaki di Mahameru bersama empat orang teman alumni STAN (ceritanya ada disini), ternyata kesempatan untuk "mencumbui pasir" Mahameru bisa saya dapatkan kembali pada akhir bulan Juni tahun 2013 lalu.

Kali kedua saya ke Semeru saat itu masih bersama teman Alumni STAN tapi lebih spesifiknya lagi dengan saudara-saudara STAPALA, tentunya dari berbagai generasi. Dari yang dilantik terakhir yaitu SPA 1010/SPA/2012 yang seangkatan dengan saya, sampai yang paling senior 237/SPA/1990 ada di pendakian kali itu. Nggak semua sih, hanya 20-an orang saja yang ikut saat itu. 

Nggak cuma saya yang sudah pernah merasakan panjangnya trek Semeru, kabut pagi di atas Ranu Kumbolo, lebatnya bunga ungu mirip Lavender di Oro-oro Ombo, eksotisnya Edelweis di Kalimati, mistisnya Arcapada, dan tentunya lelahnya menapaki trek berpasir menuju Mahameru. Sebagian dari kami ada yang sudah beberapa kali merasakannya. Namun seberapa seringnya juga mendaki gunung yang namanya Semeru itu, tidak akan membuat seorang pendaki pun akan bosan dengan keistimewaannya. 

Ranu Kumbolo dengan filter instagram

Tak heran juga saat saya dan beberapa dari kami berdiri di atas tanjakan cinta, sempat terucap dari mulut Bang Chori  sambil memandang ke bawah arah Ranu Kumbolo

"Ternyata Semeru masih indah...." 

Yo'i bang Semeru bakal tetap indah sampai kapan pun jika yang mendaki Semeru masih pendaki yang benar-benar memiliki jiwa pendaki. Beliau yang pernah ke Semeru 21 tahun yang lalu (1992) tentu merasakan adanya penyusutan keindahan di Ranu Kumbolo, salah satunya dari segi kebersihan pastinya. 
Makin berjalannya waktu, makanan instan juga makin variatif, makin macam-macam pula sampah plastik  yang teronggok di tepian danau yang menjadi surga bagi pendaki Semeru itu. Airnya pun sekarang dipertanyakan kualitasnya apakah masih layak minum langsung seperti dulu kala atau tidak, mengingat aktifitas dan minat pendaki yang makin meningkat. 

Saking meningkatnya animo terhadap keindahan Semeru, ada juga aktifitas yang sudah dilarang namun tetap dilakukan. Apalagi kalau bukan berenang. Jelas-jelas ada papan warning-nya kalau nggak boleh berenang, eh masih tetap saja ada yang nekat. 

*-*
Oiya, kita ke persiapan pendakian dulu ya sebelum cerita tentang keindahan Semeru dilanjutkan...

Sesuai perencanaan yang sudah dibuat kalau start pendakian dimulai pada Sabtu pagi tanggal 22 Juni 2013, oleh karena itu kami yang tersebar dari berbagai daerah menentukan terlebih dahulu meeting point-nya, sekalian yang bisa buat nginep. Dipilihlah BDK Malang setelah mendapat persetujuan dari Pak Budi Setiawan yang merupakan kepala balainya dan juga tak lain adalah ex. Kepala BDK Manado dulu saat saya menjadi mahasiswanya.

Saya dan beberapa teman yang dari Jawa Tengah memilih menggunakan KA untuk menuju Malang. Tanggal 20 sekitar pukul 23.00 kami naik KA Malioboro Ekspres menuju Stasiun Kota Baru Malang.

Di dalam kereta kami seperti di "nina bobokkan" oleh suara gemuruh roda besinya, karena selang beberapa menit saja duduk kami langsung terlelap. 


Malang, 21 Juni 2013

Tanpa terasa pagi sudah menyambut hari baru kami di Malang. Luar biasanya pagi itu adalah sunrise yang bisa kami lihat dari jendela kereta yang sungguh luar biasa. Baru sunrise di perjalanan saja sudah sangat luar biasa, gimana sunrise di Mahameru yaa... #sambil ngebayangin




Tujuan selanjutnya adalah BDK Malang yang merupakan meeting point rombongan. 
Kami yang dari Jawa Tengah menjadi rombongan pertama yang sampai disana. 
Makin siang rombongan lain juga berdatangan. Mulai dari Kak Cecil dan Kak Ersy siang harinya, 3 senior kami dari Jakarta saat malamnya disusul Bang Chory dan Toni, sampai di tengah Malamnya Bang Jo dan Bang Rudi baru sampai. 
Di malam itu kami semua melangkapi logistik yang bakal dibawa saat mendaki nanti. Belanja-belanja gitu deh...

dipilih dipilih....

tempat belanja

abis belanja isi perut dulu

yang mendominasi adalah Mie Instan, menu wajib di gunung


22 Juni 2013

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Di pagi yang tidak begitu cerah kami bersiap menuju basecamp Semeru di Ranu Pani naik angkot khas Malang dengan kode trayek yang unik. 

bersiap menuju Tumpang

yang paling kanan itu SPA berapa yaa???   *-*

senyuuumm.....!!!


Tumpang

Singkat cerita
Sampailah kami di Tumpang....
Rombongan yang lain pun satu per satu berdatangan....
Setelah komplit semua, carrier sudah tertata memenuhi bagian depan bak truk, dan saatnya berangkat menuju Ranu Pani....

amunisi pendakian

Berdesak-desakan di atas bak truk membelah jalanan Kabupaten Malang hingga berganti menjadi jalanan Kabupaten Lumajang, tak jarang truk harus berhenti sambil mlipir dulu saat berpapasan dengan truk lain karena memang jalanannya masih tergolong sempit. 


Sesekali kami juga berpapasan dengan truk lain yang berisi pendaki yang sudah kelar melakukan pendakian istimewa di Semeru...




Beberapa menit berjalan, jalan aspal yang mulus kini mulai berganti dengan jalan menanjak yang tak mulus lagi pertanda sudah mulai menaiki bukit.




Jalan tersebut juga mengarah menuju kawasan wisata lain yang masih termasuk dalam area TNBTS dan juga menjadi destinasi favorit wisatawan, apalagi kalau bukan Gunung Bromo...






Sempat di tengah perjalanan truk berhenti dan kami semua disuruh turun dari bak truk. 
Ada apa ini???
Oh, ternyata mau ditambah muatannya biar kendali truk stabil saat menanjaki jalanan menuju Ranu Pani yang mulai meng-ekstrim. 
Ditambah pake apa nih? Nunggu penumpang lain? 
Enggak kok, muatan truk ditambah dengan beberapa karung pasir yang dikumpulkan oleh awak truk. Pasir tersebut sepertinya sudah sengaja disiapkan di pinggir jalan, ya jika sewaktu-waktu mengalami hal serupa. 
Biasanya sih memang muatan truk lebih banyak dari kami kemarin, seperti saat kali pertama saya ke Semeru. Waktu itu kami bergabung dengan rombongan komunitas pendaki lain yang jumlahnya sangat banyak sehingga tak perlu tambah muatan pasir lagi.

Setelah beberapa karung pasir dinaikkan di bak truk, kami pun satu per satu naik lagi. 
Lanjuut....

tarik bang masih banyak tuh di belakang ngantree...  *-*

Tak berapa lama kami sampailah di satu sudut jalan degan pemandangan yang teramat luar biasa. Yak, kami telah sampai di kaldera Tengger dengan hiasan perbukitan dengan kontur yang sangat khas. Di balik Bukit Tengger yang memanjang inilah bersemayam dua gunung yang sangat eksotis yaitu Gunung Bromo dan Gunung Batok yang sering kita lihat di foto-foto perjalanan itu lho...


Ranu Pani

Kurang lebih selama dua jam terombang-ambing di bak truk akhirnya kami semua mendarat dengan selamat di sebuah tanah lapang di tepian Danau Ranu Pani. Kabut saat itu membatasi jarak pandang kami ke segala arah, termasuk ke arah Mahameru yang akan kami pijaki dua hari lagi. 

Dulu sih dituruninnya di depan pos ijin persis, tapi sekarang peraturan sudah berubah. Kendaraan besar cuma boleh sampe lapangan Ranu Pani saja. 
Selanjutnya jalan kaki. 
Lumayan buat pemanasan...

mendarat dengan Selamat di lapangan Ranu Pani

tampak papan penunjuk  menuju ke dua danau

Mulai Mendaki

Setelah perijinan dan repack kelar, mendekati jam 1 kami pun bersiap memulai trekking dengan diawali doa yang dipimpin oleh Bang Ogun. 

Dengan semangat kami mulai melangkahkan kaki mendekati Ranu Kumbolo. 
Yap, tujuan kami adalah ngecamp di tepi danau indah tersebut.

Siang itu cuacanya agak gimana gitu ya, kadang panas menyengat tapi tiba-tiba berubah jadi kabut mendung gitu. 
Hingga akhirnya pos demi pos kami lewati. Perjalanan sangat panjang namun tanjakan tajam baru kami temui pertama kalinya di atas Pos 3 yang shelternya sudah roboh. 

Trek Semeru memang tergolong tidak didominasi tanjakan malah bisa dikatakan cukup banyak datarannya, namun saat itu sepertinya trek baru saja terguyur hujan deras sehingga lumpur-lumpur memenuhi beberapa sudut jalur pendakian.

Ranu Kumbolo

Sekitar jam 6 kurang seperempat sore, rombongan pertama yang sebagian besar membawa tenda sampai di Ranu Kumbolo, termasuk saya. Sembari menunggu semua berkumpul, kami Sholat Magrib dulu sekalian mencicipi berwudhu di dinginnya air Ranu Kumbolo. 

Tak lama kemudian rombongan yang dibelakang pun berdatangan hingga sekitar hampir jam 7-an kami semua sudah berkumpul dan tenda juga sudah selesai didirikan semua. 

Malam itu kami cukup terhibur dengan suguhan bulan yang hampir bulat sempurna dan cukup cerah. Semoga saja besok juga cerah sehingga kami bisa menikmati istimewanya sunrise di tepian Ranu Kumbolo. Secara pengalaman pertama saya ke Semeru akhir tahun 2012 lalu gagal mendapat momen tersebut karena pagi-pagi buka tenda langsung dikagetkan dengan kabut tebal memenuhi permukaan air Kumbolo. Jadilah nggak dapet salah satu momen terindah itu, makanya saat itu saya berharap agar keesokan harinya bisa mengobati kekecewaan terpendam itu.



23 Juni 2013

Akhirnya pagi kembali menyapa
Saatnya berburu sunrise
Bismillahirrohmanirrohiim.... Buka tenda....
Surpriseee....

T.T yaahhh pagi yang nggak berbeda jauh dengan saat itu. 
Berkabut tebal.... 
Yah sudah lah.... 
Mending Sholat Subuh dulu sapa tau kabut itu langsung tersibak.

kabut di Ranu Kumbolo

Selesai sholat dan berdoa ternyata kabut itu masih betah juga nongkrong di sekitaran Kumbolo. 
Ya apa boleh buat...

Tapi tenang saja... 
Masih ada harapan satu pagi lagi, yaitu pas nanti setelah muncak yang rencananya bakal ngecamp lagi di tepi Kumbolo tepatnya dibawah Tanjakan Cinta.

masih berkabut

romansa nyaa...  *-*

kabut belum juga menyingkir

lihatlah di pucuk bunga itu, seperti habis dari freezer yaa

jalan menuju Ayek-ayek dari Ranu Kumbolo

Daripada menggerutu nggak jelas karena nggak dapet sunrise, mendingan meluncur saja ke bukit Teletubies. Siapa tahu ketemu Tingki Wingki, Dipsi, Lala, dan Poo  *-*....

berkabut juga sih, tapi ga separah di Rakum

Wow, ternyata view disini beda jauh sama di tepi Kumbolo yang penuh kabut. Di sabana sekitaran Ayek-ayek ini malah sangat cerah banget. Jadilah melampiaskan hasrat foto-foto disini.

sabana di bawah Gunung Ayek-ayek

luas dan indaahhh...

bukit Teletubies

seger deh pokoknya...

tuh yang berkabut itu adalah Ranu Kumbolo

sabana

masih sabana

sabana lagi

bukit nan eksotis

hijau biru putih dkk menjadi satu keindahan

Makin siang barulah kabut mulai kabur ke arah asalnya, alhasil keindahan Ranu Kumbolo terlihat sempurna...

Biar nggak kesiangan juga, kami langsung beres-beres dan melanjutkan pendakian dengan target ngecamp di Kalimati untuk menunggu dini hari sebelum summit attack.

kabut pun tersibak

Bang Chory in action

edelweis juga menghiasi tepian Kumbolo

ikuti jalur pendakian yang telah ditetapkan

welcome to Ranu Kumbolo, Paradisoo...

skip dulu, besok balik lagi deh...  lanjuttt....!!!!

Tanjakan Cinta siap di datangi

rasakan sensasi menaiki Tanjakan Cinta 

Oro-oro Ombo yang sedang dipenuhi bunga ungu bermekaran

mirip Lavender

tumbuh lebat di Oro-oro Ombo

selain lebat juga tinggi-tinggi

lanjut mendaki....


Kalimati

Empat jam trekking menapaki jalan setapak yang melelahkan akhirnya kami sampai di Kalimati seiring dengan kabut tebal yang mulai membatasi jarak pandang. Di tempat camp tersebut saat itu sudah ada beberapa tenda pendaki yang berdiri.
Kami yang datang pertama langsung mendirikan tenda dan masak-masak sembari menunggu rombongan berkumpul semua. 

Kalimati

Saat itu persediaan air kami sudah menipis, saya pun mencoba mengambil air di mata air Sumber Mani yang ada di sekitaran Kalimati. Sebelumnya sih belum sempat ngisi air disitu dan belum tahu juga posisi tepatnya sumber air itu. Baca-baca di blog pendaki lain katanya lumayan jauh, 1 jam bolak-balik. 

Menarik juga buat dicoba, dengan membawa botol kosong saya, Doni, dan Qobul mencoba mencari letak sumber air yang lebih murni dari air Ranu Kumbolo itu. 
Sebelumnya tanya Bang Gamping dulu yang pernah kesana, katanya sih tinggal turun mengikuti bekas sungai kering dekat Kalimati saja ntar bakalan sampai.

Okelah siap...
Menyusuri bekas kali yang sudah tak ada aliran air lagi selama sekitar 20 menit kami bertiga akhirnya sampai di sumber air yang mengalir cukup deras, sampai-sampai gemercik suara airnya terdengar beberapa meter sebelum sampai di lokasi. Dari situ kami mulai tahu kenapa sebabnya tempat camp di bawah Mahameru itu disebut Kalimati, yaa memang karena ada kali yang sudah mati alias tak ada alirannya lagi. 

Mata Air Sumber Mani

*-*

Nggak terasa malam sudah datang saja. Dari info yang saya dapat, malam itu katanya bakal ada super moon menghiasi langit. Tapi dinginnya udara saat itu menyurutkan niat saya untuk melihat fenomena bulan dalam posisi paling dekat dengan bumi dengan bentuk bulat sempurna tersebut. Kehangatan tenda membuat kami enggan untuk kemana-mana lagi. Apalagi menjelang dini hari nanti kami harus siap-siap untuk muncak. 

Kalau dari Arcapada dulu saya sih mulai start summit attack di jam setengah 1 dini hari dan bisa sampai di puncak sebelum sunrise, tapi kali ini kami ngecamp di Kalimati yang berada masih di bawah Arcapada, jadilah kami harus memulai menggapai Mahameru beberapa jam sebelum hari berganti menjadi Senin.

kehangatan di dalam tenda

Pukul 11 lebih seperempat dini hari, kami semua berkumpul dan siap untuk melangkah mendekati Mahameru. Seperti biasa kami semua mengawali pendakian perjuangan itu dengan doa dulu.

Dengan berjalan beriringan kami menyusuri jalan setapak di tengah hutan menuju Pos Arcapada. Sempat juga berpapasan dengan rombongan pendaki lain yang memiliki tujuan yang sama dengan kami.

Berjalan lebih dari satu setengah jam akhirnya kami sampai di Pos Arcapada yang disitu terdapat tenda-tenda kosong yang sudah ditinggal penghuninya muncak. 
Sudah sampai mana yaa mereka???

Tak berlama-lama beristirahat kami lanjut lagi mendaki hingga akhirnya sampailah di batas vegetasi dan terpampang nyata gundukan pasir raksasa yang tampak samar-samar diterangi temaram cahaya purnama. Subhanallah begitu besar banget Semeru itu... 
Menghela nafas sejenak karena sebentar lagi bakal menapaki trek yang paling susah di Semeru. Tampak ratusan cahaya senter pendaki-pendaki yang sudah lebih dulu memulai menyusuri jalur berpasir itu. Terlihat juga cahaya senter yang paling depan sudah ada yang mau sampai di pertengahan jalan, sedangkan kami baru memulainya. Tak apa yang penting Mahameru masih tetap berada di singgasananya.

Oke, siap....
Menapaki pasir labil yang mudah melorot, kami semua berjuang untuk meningkatkan ketinggian dalam kami berpijak. Sangat sulit memang, rasanya dalam tiga langkah merangkak keatas mungkin yang bisa dihitung langkah sebenarnya hanya satu langkah saja karena kelabilan pasirnya yang sangat mudah melorot. 

Gampangnya, kita cari saja jejak kaki pendaki sebelumnya yang bisa kita pijaki lagi. Bekas kaki tersebut tentu sudah lebih padat dari pada pasir yang belum terinjak, sehingga peluang kita untuk melorot akan berkurang.

Sempat terlihat pemandangan Kota Malang dengan gemerlap lampu-lampunya yang tampak riuh di dini hari itu, lumayan buat penyemangat.

Lampu-lampu Kota Malang

Masih jauh dari puncak ternyata langit di ufuk timur sudah mulai bergradasi kemerahan tanda pagi mulai menjelang. Tak apalah nggak mendapatkan sunrise di puncaknya, yang penting view ke timur tidak terhalang sama sekali, jadi masih bisa menikmati momen keluarnya mentari dari cakrawala dengan leluasa.

Akhirnya sang mentari keluar juga dari peraduannya seiring langkah kaki yang makin lelah menapaki pasir Semeru. Berhenti sejenak untuk mengabadikan pemandangan yang sangat luar biasa itu dengan mengucap subhanallah karena ditengah letih tubuh yang tak karuan masih bisa menikmati sunrise Semeru yang luar biasa. Mungkin ini menjadi salah satu sunrise terindah yang saya dapatkan. 
Benar-benar indah, lebih indah aslinya tentu dari foto di bawah ini yang hanya sedikit mewakili keindahannya.


hampir sampai puncak... Semangat !!!

stunning view


Mahameru

Pukul 6 tepat akhirya saya bisa menapakkan kaki di Mahameru untuk yang kedua kalinya. Sungguh luar biasa, banyak sekali perbedaan yang terlihat dari sebelumnya. Kali ini lebih jelas dan bisa lebih jauh memandang ke segala arah. 
Beberapa saat setelah menginjakkan kaki di puncak, suara gemuruh mengagetkan saya. Pendaki lain pun pada kocar kacir mendengar suara gemuruh diiringi semburan asap putih pekat dari Kawah jonggring Saloka. Ternyata mereka pada kocar-kacir sambil pasang pose buat berfoto-foto mengabadikan diri mereka dengan berlatar semburan kawah Semeru yang khas itu.

momen pas buat foto-foto

gemuruh mengiringi keluarnya asap pekat 

Makin siang, semakin banyak pula pendaki yang membanjiri puncak. Namun rombongan kami belum semuanya berada di Mahameru. Memang ada beberapa yang memutuskan tak melanjutkan mendaki sampai ke puncak. Yah tapi tak apa kawan, Mahameru masih akan menunggu kalian kok suatu hari nanti...

MAHAMERU makin rame

tambah rame

baru sadar kalau aku yang nggak kompak sendiri posenya.... *-*

terik matahari

tambah makin rame

view pegunungan sekitar...
Gunung Kawi-Butak dan Arjuno-Welirang

semakin tambah rameee saja makin siang...

sisi timur...
Argopuro + Raung

bebatuan dingin Mahameru

walau dingin tapi dengan kebersamaan akan menjadi hangat

MAHAMERU 

Matahari bersinar makin terik. Puas mencumbui pasir Mahameru yang ternyata kalau dipijaki tanpa alas kaki akan terasa seperti menginjak es, kami pun memutuskan turun. Terlebih arah angin mulai berpindah arah menuju ke pendaki yang sewaktu-waktu bisa saja membawa gas beracun dari kawahnya.

masih ada yang berjuang menuju MAHAMERU

hati-hati yaa...

Saat kami mau turun, ternyata masih banyak juga pendaki yang mau muncak, salah duanya yaitu Bang Jumbo dan istrinya yang selalu berjalan berdampingan. Bikin iri deh....

Bang Jumbo dan istrinya 

ayok sebentar lagi nyampe....

kepulan gas beracun dari kawah mulai mengarah ke pendaki

foto-foto dulu dong, ya gak mas...

tampak Kalimati

Menuruni trek berpasir Semeru sangat jauh lebih mudah dari saat naik. Hanya berbekal tumit, kita bisa menuruninya sekaligus main seluncuran. Tak heran jika waktu untuk sampai di batas vegetasi hanya perlu sekitar setengah jam saja. Berkali-kali lipat lebih singkat dari waktu naik kan. Luar biasaaa...

menuruni trek berpasir Semeru

ayo turun, tuh udah mulai balik arah gas beracunnya....

Sampailah kami di camp Kalimati, rencananya sih sore harinya kami langsung turun menuju Ranu Kumbolo untuk ngecamp lagi. 

Harapan saya semoga paginya cerah ya Allah... 
Aminnn...

indah banget....  berat untuk berpisah....

Sekitaran jam 4 sore  kami mulai melangkahkan kaki meninggalkan Kalimati untuk menuju Ranu Kumbolo. Saat itu sangat cerah sekali, tampak Mahameru begitu gagah dengan terpaan cahaya keemasan senja. Sungguh sangat berat rasanya berpisah, tapi perjalanan harus tetap dilanjutkan. 

Makin jauh berjalan langit makin gelap dan saatnya mengeluarkan senter sebagai penerang jalan. Di kegelapan malam itu tampak pemandangan yang amat luar biasa di langit, jutaan bintang menghiasi dengan sesekali tampak yang berjatuhan. 

Mendekati jam 7 malam akhirnya kami berhasil menuruni Tanjakan Cinta dan sampai di tepian Ranu Kumbolo dengan langit cerah dan bulan yang bersinar lebih terang dari malam-malam sebelumnya. 

Seperti biasa begitu sampai lokasi camp, kami langsung mendirikan tenda dan mempersiapkan alat masak. 

Dengan malam secerah ini saya memiliki harapan lebih untuk mendapatkan pagi yang cerah di Ranu Kumbolo besok.

25 Juni 2013

Selamat pagi...!!!
Pagi itu akhirnya saya bisa tersenyum menatap ke timur dengan keindahan Ranu Kumbolo yang berhiaskan gradasi warna langit yang menakjubkan. Subhanallah, ternyata begini yaa Ranu Kumbolo kalau nggak berkabut, indah banget....




Hari terakhir di Semeru rasanya mata kami dimanjakan secara maksimal oleh pemandangan sempurna dari malam hari hingga keesokan harinya. Super cerah ceria.... Alhamdulillah....

Sebelum meninggalkan Kumbolo alangkah baiknya jika foto full team dulu sebagai kenang-kenangan....

full team minus fotografernya "Bang Topan"

Pukul 9 pagi satu per satu dari kami meninggalkan Ranu Kumbolo menuju basecamp Ranu Pani, kali ini saya dan beberapa teman berjalan paling belakang alias jadi sweeper.

Berjalan pelan-pelan karena bawaan kami yang bertambah dengan sampah-sampah yang harus dibawa turun, menyusuri tepian danau menaiki bukit sambil terus menatap indahnya Kumbolo, kami sampai di ujung tanjakan di atas Kumbolo. Melihatnya dari ketinggian sungguh sangat luar biasa. Airnya kehijauan dan tampak begitu sangat luas membentang. 





Mata seperti tak mau berpindah ke arah lain selain ke arah Kumbolo, semakin lama semakin damai dengan semilir udara dingin pegunungan yang menyejukkan. 
Posisi pewe juga enggan dibuat berdiri untuk kembali melanjutkan perjalanan. 

Wahhh benar-benar indah Semeru ini ya Allah, bantu kami menjaganya.... 




The End



Komentar

  1. Yanta,

    Thanks a lot buat cerita dan foto2nya yg keren2
    "Verba.Volant Scripta Manent"

    Keep Writing...!!

    :)

    BalasHapus
  2. Kereeenn...foto2 dan jurnalnya.. Te O Pe Be Ge Te... :) ~kak Ersy~

    BalasHapus
  3. Top. semoga saya bisa nyusul ntar

    BalasHapus
  4. @Bang Chory & K Ersy:

    sip sip !!!

    thx juga buat semuanya... *-*

    BalasHapus
  5. @Zamzam:

    amin bang...
    Semoga secepatnya bisa mencumbui dinginnya pasir Mahameru...

    *-*

    BalasHapus
  6. @Abdullah Habiby:


    Siip mas, keep on sharing your experience....!!!

    BalasHapus
  7. Ikut menikmati perjuangan pendakian Mahameru dalam tulisan. Terima kasih berbagi keindahan alam luar biasa melalui foto-foto keren. Salam

    BalasHapus
  8. @prih:

    makasih sudah menyempatkan untuk membaca cerita pendakian kami...

    alam memang sangat menarik mbak, terlebih Indonesia punya...

    Salam *-*

    BalasHapus
  9. pemandangan di gunung Semeru begitu indahnya. Kapan bisa kesana. Iri sama bang jumbo :)

    BalasHapus
  10. @Djangkaru Bumi

    sempatkan waktu bang... Gak akan menyesal pokoknya, semua bakal terbayar saat sudah menapaki Mahameru...

    Haha iya tu bang jumbo bikin pengen aja...

    makasi sudah mampir bang...


    BalasHapus
  11. mampir mas.. lihat2 foto2 indah semerunya :D

    BalasHapus
  12. Monggo mas Wahyu.... dengan senang hati....

    BalasHapus
  13. mantab dik broo...foto2nya juga top banget
    pake kamera apa?
    sekarang dinas dimana..?

    BalasHapus
    Balasan
    1. hallo, sepertinya kakak seperguruan jg nih yaa...

      saya Ardi lulus 2012, skrg masih OJT di KPP Salatiga.

      klo kk sendiri???

      salam kenal deh

      Hapus
  14. ooo..banyak juga yg OJT di kantorku...alumni 2012..kpp madiun
    aku lulus 1996...
    oke dik bro...met kenal...
    salut banget deh...jarang anak muda seperti sampean...

    BalasHapus
  15. Kereeeen brader, smoga taun depan bisa menginjakkan kaki d bumi mahameru

    BalasHapus
  16. wwahhh ceritanya penjalanan panjang di mahameru sangat menarik dan keren banget,,,
    pengen kesana kapan ya huhuhu....

    BalasHapus
  17. belum sempet ke sana, karena kebakaran, sedih baca dan ngeliatnya, akhirnya melipir ke argopuro (sebelum ndaki, baca review sampean dulu hehehe)..pas turun dari hyang itulah yang paling ngeri buat saya..but it worth it...keep writing mas, biar saya bisa merasakan juga yang mas yanta rasakan...salam pendaki #indonesiaindah

    BalasHapus

Posting Komentar

Jangan enggan beri kritik dan saran yaaa...!!!