"Little Netherland" ala Kota Lama Semarang


Banyak orang sudah tahu bahwa negara kita ini merupakan negara bekas jajahan bangsa-bangsa yang kala itu sudah maju seperti Spanyol pada tahun 1.521 yang pertama kali merapat di Sulawesi Utara dan mendirikan pos-pos di Manado pada tahun 1.560. Berakhir pada tahun 1.692 dengan diusirnya mereka dari dari tanah Minahasa. Di bagian lain Indonesia dimulailah zaman penjajahan Portugis pada tahun 1.509 yang mendarat di Malaka dan berakhir pada tahun 1.595 dengan ditariknya pasukan Portugis seiring masukya orang-orang Belanda dibawah pimpinan Cornelis de Houtman yang berniat memonopoli perdagangan di Indonesia.
Kolonialisasi Belanda di Indonesia merupakan kolonialisme yang benar-benar kolonialisme karena diperkirakan mencapai 350 tahun. Tapi tidak seluruh wilayah di Indonesia yang dijajahnya, melainkan hanya wilayah yang berada di beberapa wilayah Sumatera, Jawa, Sulawesi dan Papua saja.  
Lepas dari masa penjajahan Belanda di akhir abad ke-19 penjajahan di tanah air belum usai. Masih ada lagi masa pendudukan Jepang pasca Perang Dunia kedua yang juga membangkitkan semangat untuk merdeka bagi Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sudah terlepas dari cengkraman Belanda yang menindas bangsa Indonesia. Bahkan pada tahun 1942, Jepang menjanjikan pemerintahan bagi Indonesia apabila Indonesia bersedia membantu Jepang. Namun demikian para golongan muda tidak sabar lagi untuk mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia, sepulangnya Soekarno dan Hatta ke Indonesia para golongan muda merencanakan penculikan kepada Soekarno dan Hatta untuk secepat mungkin mendeklarasikan kemerdekaan dan akhirnya mereka dibawa ke Rengasdengklok. Akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia dinyatakan MERDEKA…!!!
Masa penjajahan memang membuat rakyat Indonesia menderita dan kehilangan kebebasannya di negeri sendiri. Bagaimana bisa di tanah air kelahiran malah seperti menjadi budak orang asing yang baru saja menginjak Indonesia melaui berbagai kerja atau pun tanam paksa.
Namun penjajahan tak hanya mendatangkan kesengsaraan saja, ternyata ada banyak sisi positif dari penjajahan itu. Selain dari penjajahan tersebut negara kita bisa memperoleh kemerdekaan tapi masa penjajahan juga meninggalkan beberapa peninggalan yang masih bisa kita lihat sampai sekarang walau keadaannya sudah pasti jauh berbeda. Sisa-sisa yang bercirikan Belanda di masa penjajahan pun juga ada yang tertinggal di Indonesia mungkin karena faktor perkawinan atau mungkin dari penduduk pribumi yang saat itu sering melihat aktifitas orang-orang asing saat jaman penjajahan dulu seperti beberapa orang pribumi yang menguasai Bahasa Belanda dan beberapa hal lainnya. 
Peninggalan yang paling ketara di mata adalah bangunan-bangunan yang dibangun pada masa itu yang digunakan sebagai markas atau pun gedung dengan fungsi tersendiri dan masih bertahan sampai sekarang karena konstruksinya memang sangat kokoh khas bangunan Eropa dengan tembok tebal. Seperti yang saya lihat saat menyambangi Kota Semarang beberapa tempo yang lalu. 
Saya memang hidup di daerah yang masuk di wilayah administrasi Kabupaten Semarang namun keadaan ini bukan berarti saya dekat dengan kota tersebut. Ibu kota Kabupaten Semarang ada di Ungaran sedangkan Kota Semarang berjarak sekitar 56 km dari rumah saya sehingga saya dan kota bersejarah itu tidak terlalu dekat secara fisik maupun spiritual. 
Pada suatu pagi saya berencana mendekatkan diri dengan Kota Semarang dengan mendatanginya secara langsung setelah mengantar adik sekolah di Salatiga. Setelah itu langsung saja saya menuju Semarang dengan mantap memacu motor.
Tujuan utama saat itu untuk menikmati suasana jadul di Kota Lama Semarang tapi ternyata sempat mampir juga di Klenteng Sam Poo Kong yang dibangun untuk mengenang kedatangan Laksamana Cheng Ho dari pelayarannya ke Semarang.
Setelah puas menikmati suasana merah-merah khas Tiong Hoa saya kemudian lanjut menuju Kota Lama dengan melewati Tugu Muda yang bersanding dengan Lawang Sewu lalu ke arah utara via Jalan Pemuda sampai ketemu dengan Pasar Johar dan mulailah bangunan-bangunan khas Kolonial  satu per satu terlihat.
Sepanjang Jalan Pemuda memang sebenarnya sudah banyak sekali bangunan-bangunan yang masih terawat dan bahkan digunakan untuk perkantoran dan pertokoan seperti gedung Kantor Pos Pusat yang sangat keren dengan warna oranyenya. Di depan Kantor Pos tua ini juga terdapat tanda 0 km kota Semarang karena memang jaman dulu pusat pemerintahan Belanda di Semarang ada di Kota Tua. Jadi kalau mau mengukur jarak Kota Semarang dari rumah kamu mulai dari tanda 0 km di depan kantor pos ini ya....!!!  Tanda ini memang tidak begitu sering diperhatikan orang karena kecil dan berpagar.  
Suasana di Kota Lama yang antik akan terasa lebih kena jika kita langsung masuk ke tengah-tengahnya, karena satu kompleks semuanya merupakan bangunan lama yang tampak masih asli dan bahkan mungkin ada yang belum pernah di cat ulang atau direnovasi. Pintu masuk menuju kawasan Kota Lama dari Pasar Johar akan melewati satu jembatan yang juga dibangun semasa kolonial Belanda yang dikenal dengan Jembatan Mberok. Entah dari mana nama itu berasal, bukannya nama itu malah mendekati Bahasa Jawa yaa??? 
Memang benar sih itu nama dari warga Semarang yang kesulitan menyebut Bridge yang berarti jembatan sehingga terpleset menjadi "mberok" hehehe....
Setelah masuk di kawasan Kota Lama sebagian besar bangunannya terlihat horor karena tampak usang tanpa perubahan, namun beberapa yang lain sudah sedikit direnovasi seperti Pabrik Rokok Praoe Lajar yang sudah dicat ulang merah putih. 


Bangunan Tua yang masih asli

Gudang Tua 

Pabrik Rokok Praoe Lajar

Kalau ke Kota Lama pasti mencari Landmarknya yaitu satu gereja tua yang masih aktif digunakan untuk beribadah yang akrab disebut dengan Gereja Blenduk atau nama sebenarnya adalah G.P.I.B Emanuel. 

Gereja Blenduk 

Gereja tersebut lebih familiar dengan gereja blenduk karena bentuk kubah dari bangunan itu menyerupai setengah bola atau orang Jawa bilang “mblenduk” maka lebih gampangnya disebut saja Gereja Blenduk. 
Agak di sebelah utara ada Stasiun Tawang yang turut menghiasi Kota Lama dengan satu kolam atau polder di depannya yang berpintu air dengan besi-besi tuanya.

Polder & Stasiun Tawang Semarang

Tak hanya itu masih banyak lagi bangunan-bangunan eksotis yang ada di Kota lama seperti di depan Gereja Blenduk, yaitu satu bangunan tua yang difungsikan sebagai Kantor Asuransi.

Gedung Asuransi


Ada pula satu ikon Kota Lama Semarang yaitu bangunan dengan patung semut raksasa di atasnya yang bernama Gedung Marabunta yang dulunya digunakan sebagai gedung pementasan seni.
Gedung Marabunta
Gedung-gedung tua yang lain juga ada yang dimanfaatkan untuk pertokoan seperti rumah makan Ikan Bakar Cianjur salah satunya dan masih banyak lainnya lah, tak sempat sehari buat menceritakan keeksotisan bangunan-bangunan di Kota Lama Semarang. Karena keunikan bangunan-bangunannya yang berarsitektur khas kolonial Belanda maka kawasan Kota Tua itu juga dijuluki sebagai “Little Netherland” atau miniaturnya Negeri "Kincir Angin" Belanda.
Pokoknya kalau ke Semarang, sempatkan deh mlipir kesana dijamin .............. dehhh !!! hehehe
(*isi titik-titik di atas setelah anda merasakan sendiri..... *-*

Saat saya kesana langit sedang mendung dan hampir turun hujan sehingga tak lama  menikmati suasana jadul itu saya harus bergegas pulang agar tak kehujanan. Tapi  sebenarnya masih pengen berkeliling lebih jauh lagi disana. Disarankan sih mending kalau kesana pagi hari sebelum atau sesudah jam sibuk agar lalu lalang kendaraan tak terlalu padat. Atau bisa juga datang di hari Minggu pagi saat mentari sedang cantik-cantiknya bersinar, pasti lebih menambah cethar suasana Kota Lama. Jika pengen menikmati Kota Lama Semarang saat malam hari juga boleh. Kerlap-kerlip lampunya juga asik buat foto-foto apalagi yang hobi sama yang namanya slowspeed fotografi. Kota Lama tak hanya menyajikan bangunan-bangunan eksotis saja, tapi kulinernya juga cocok buat mengisi perut setelah asik keliling-keliling. 
Tau kan makanan khas Semarang??? Salah satu yang melegenda adalah Loen Pia atau lumpia. Pedagang lumpia tersebar di Kota Semarang tapi yang terkenal sih setahu saya yang di Jalan Pemuda depan Sri Ratu, ini pun sebenarnya cabangnya. Pernah nyobain beli ternyata lumayan juga harganya. Satu biji dibandrol Rp 10.000,- tapi sepadan kok dengan rasanya yang maknyuos dengan isian rebung segar yang diolah sedemikian rupa dicampur telur dan bumbu rahasia menjadikan bikin nagih lagi. Bisa pilih lumpia basah atau pun lumpia goreng rasanya sama enaknya dan harganya juga sama saja.













Komentar

  1. traveling blog is a criminal thing! bisa menyebabkan pembacanya gelisah dan gundah.


    aaaa, baiklah.


    BalasHapus
  2. Hehehehe biso aja mas....

    Kan travelling will be more complete when shared.... *-*

    BalasHapus

Posting Komentar

Jangan enggan beri kritik dan saran yaaa...!!!