Perjuangan Menuju Puncak Gunung Arjuno



Pendakian Gunung Arjuno pada akhir Maret 2014 ini bisa dibilang adalah penyelesaian misi yang tertunda. Pasalnya di satu hari setahun silam pernah terbesit asa untuk menggapai puncaknya. Namun, karena jalur pendakian yang kabarnya sedang terjadi kebakaran hebat, memaksa kami menerima kenyataan bahwa ada penutupan sementara gunung tersebut untuk kegiatan pendakian. Padahal kami sudah berada di depan basecamp dengan atribut dan peralatan yang lengkap dan siap untuk menapaki Puncak Ogal Agil yang berketinggian 3.339 mdpl. Hingga entah bagaimana ceritanya, saat itu rencana tersebut teralihkan pada “pendakian” Gunung Bromo sebagai obat kecewa.

Kesempatan untuk menyelesaikan misi yang belum terselesaiakan alhamdulillah masih bisa kami dapatkan. Ngomong-ngomong soal kesempatan, kalau ingat kejadian sebelum berangkat mendaki, saya bisa ketawa-ketawa sendiri. Peristiwa yang masih hangat di benak tersebut pastilah tak akan saya, Piton, Emad, dan Bandon lupakan. Karena diantara kami ber-6 yang rencananya bakal mendaki Gunung Arjuno pada tanggal 29 – 31 Maret tersebut, kami ber-4 lah yang memang sedang menanti penempatan. Betapa terkejutlah kami ketika hendak berangkat ke Jawa Timur setelah sebelumnya merundingkan perencanaan pendakian hingga membuat Plan A, Plan B, hingga Plan C, mendapatkan berita yang telah kami nanti sekian lamanya. Apalagi kalau bukan pengumuman penempatan. Kami punya cerita masing-masing saat menerima kabar itu. Saya pribadi mendapat kabar mengejutkan itu melalui telepon seorang teman magang yang mengabarkan bahwa pengumuman penempatan sudah keluar. Lebih mengejutkannya lagi bagi kami yang berharap penempatan di Pulau Jawa, kali itu harus menerima kenyataan bahwa kami harus kembali merantau ke pulau seberang yang masih sepulau dengan tempat pendidikan kami, Prodip 1 Perpajakan STAN Manado. Yap, kami diberi penempatan kerja di kota-kota di Pulau Sulawesi. Saya sendiri mendapat kesempatan untuk mengenal Majene sebagai tempat hidup saya satu atau beberapa tahun kedepan, hehe.

Oh my God, mimpi apa saya semalam ya... Mendapat kabar mengejutkan seperti ini persis beberapa menit saja dengan keberangkatan saya ke Jawa Timur untuk menuntaskan misi pendakian Gunung Arjuno. Tapi rencana tetap harus berjalan, saya pun bertingkah seolah tak terjadi apa-apa saat dihadapan orang tua. Kabar mengejutkan itu tak serta merta saya teruskan kepada mereka. Kalau mereka tahu saat itu juga, bisa jadi pendakian kali itu gagal lagi deh.

Lupakan masalah penempatan. Saatnya menuntaskan misi. Haha, mencoba tegar namun selama perjalanan tetap saja Majene menjadi topik utama di perbincangan dalam hati.

Rombongan dari Jawa Tengah rencananya berkumpul di Terminal Tirtonadi Surakarta. Ada saya, Emad, dan Bandon. Saat bertemu, kami pun langsung saling tertawa. Mentertawakan sesuatu yang seharusnya tak layak kami tertawakan.  Ya, itulah nasib kami yang bakal menghabiskan masa muda kami lagi-lagi di perantauan.

Setelah berkumpul, perbincangan lebih baik kami lanjutkan saja di dalam bus saja agar waktu tak terbuang sia-sia. Kami memilih bus jurusan Surabaya dengan harga karcis Rp 38.000,-.

Singkatnya, sampailah kami di Terminal Purabaya a.k.a Bungur Kota Surabaya yang saat itu masih sekitaran pukul 4 pagi. Kami awali hari pertama kami di tanah Jawa Timur dengan sholat Subuh di masjid terminal. Tak lupa kami juga mengabari Piton kalau kami sudah turun dari bus.

Meeting point selanjutnya adalah Terminal Pandaan, Pasuruan. Disana lah kami berempat termasuk Piton akan berkumpul untuk persiapan menuju basecamp pendakian Gunung Arjuno – Welirang via Tretes.

jalur pendakian

Kenapa kami memilih Tretes, simpel saja… Karena kami pernah sampai disana setahun yang lalu dan pulang dengan tangan hampa karena pendakian saat itu ditutup. Selain itu karena dengan mendaki melalui Tretes kita akan melalui dua trek gunung dengan medan yang kontras sekaligus, yaitu medan Gunung Welirang yang kebanyakan berbatu cadas namun cukup lebar disesuaikan dengan potensinya sebagai sumber belerang yang setiap harinya ditambang dan diangkut dari kawah hingga ke bawah menggunakan jeep/hartop, sedangkan di lain sisi trek Gunung Arjuno yang terjal dan tipis dengan jurang yang sangat dalam di sisi jalur pendakian, tentunya sensasi itu tak didapatkan di jalur lain. Tapi kalau soal sensasi, saya akui setiap jalur pendakian Gunung Arjuno – Welirang yang ada memang punya daya tarik sendiri-sendiri. Mulai dari jalur Tretes dengan keistimewaan banyak tersedianya sumber air dan keistimewaan lain yang sudah saya sebutkan tadi, jalur Lawang dengan hamparan kebun tehnya yang sangat indah dan juga akan melewati Alas Lali Jiwo (Hutan Lupa diri) yang melegenda, jalur Purwosari dengan situs-situs bersejarah yang tersebar di sepanjang jalur pendakian, hinga jalur Batu Selecta dengan wisata taman bunganya.


pemandangan di sepanjang jalur Gn. Welirang

Gn. Penanggungan jadi pemandangan
setia selama pendakian

Kami sebenarnya mendaki ber-6, namun Garpit senior kami di STAPALA dan kawannya, Oput, rencananya akan menyusul kami. Kami berempat menuju basecamp duluan dengan menaiki mobil khusus pendaki yang tersedia di Terminal Pandaan. Sepengetahuan saya mobil tersebut memang dikhususkan untuk pendaki karena saat ada pendaki yang hendak menaiki mobil lain yang sama-sama menuju Tretes namun dengan penumpang yang kebanyakan penduduk sekitar yang hendak ke pasar, diarahkan untuk tidak menaiki mobil tersebut karena kata pak supirnya sudah ada sendiri mobil yang ke Tretes khusus untuk pendaki. Dengan membayar sebesar Rp 10.000,- per orang, kami diantarkan tepat di halaman basecamp pendakian.

Sesampainya di basecamp kami terpukau pada keadaan area parkir motor yang penuh. Saya pun bertanya dalam hati apa semua itu motor pendaki Arjuno ya. Sepertinya bakalan rame nih di atas. Selain parkiran motor yang penuh, pendaki lain yang hendak bersiap naik pun juga memenuhi area depan basecamp. Memang sih saat itu Gunung Arjuno – Welirang statusnya berada di level damai-damai aja tidak seperti Merapi, Slamet, dan beberapa lainnya yang akhir-akhir itu dikabarkan sedang bergejolak.

Tak berlama-lama, kami mengurus perijinan dan administrasi. Syaratnya mudah kok, cukup diwakilkan ketua tim. Dengan meninggalkan KTP atau fotokopinya dan menulis surat perjanjian beserta biodata anggota tim dalam secarik kertas. Setelahnya, cukup membayar Rp 30.000,- untuk 4 orang dan kami pun siap memulai pendakian.

Oiya, berikut saya cantumkan sekalian beberapa plan yang rencananya akan kami terapkan setelah memperthitungkan hal-hal yang dianggap penting.
PLAN A
TRETES-PONDOKAN-LEMBAH KIJANG-OGALAGIL-WONOSARI-LAWANG
29 Maret 2014
05.00
Rombongan dari Jateng diharapkan sudah sampai di Terminal Purabaya, dilanjutkan Sholat Subuh dan persiapan menuju Pandaan.
05.30 - 07.00
Perjalanan menuju Pandaan
07.15 - 08.00
Perjalanan menuju Tretes
08.00 - 08.30
Registrasi, packing ulang kalo perlu, dan persiapan mendaki
08.30 – 09.15
Basecamp – Pet Bocor
09.15 – 11.00
Pet Bocor – Kokopan
11.00 – 14.30
Kokopan – Pondokan
14.30 – 15.30
Istirahat, Sholat, dan Makan sambil ngobrol-ngobrol sama penambang.
15.30 – 16.00
30 menit perjalanan menuju Lembah Kijang yang direncanakan akan menjadi tempat camp kita.
30 Maret 2014
02.00-06.00
Lembah Kijang – Ogal Agil
06.00-07.30
Menikmati Puncak Ogal Agil
08.00-15.00
Ogal Agil – Basecamp Lawang
PLAN B
TRETES-PONDOKAN-LEMBAH KIJANG-OGALAGIL-WONOSARI-LAWANG
29 Maret 2014
05.00
Rombongan dari Jateng diharapkan sudah sampai di Terminal Purabaya, dilanjutkan Sholat Subuh dan persiapan menuju Pandaan.
05.30 - 07.00
Perjalanan menuju Pandaan
07.15 - 08.00
Perjalanan menuju Tretes
08.00 - 08.30
Registrasi, packing ulang kalo perlu, dan persiapan mendaki
08.30 – 09.15
Basecamp – Pet Bocor
09.15 – 11.00
Pet Bocor – Kokopan
11.00 – 14.30
Kokopan – Pondokan
14.30 – 15.30
Istirahat, Sholat, dan Makan sambil ngobrol-ngobrol sama penambang.
15.30 – 16.00
30 menit perjalanan menuju Lembah Kijang yang direncanakan akan menjadi tempat camp kita.
30 Maret 2014
02.00-06.00
Lembah Kijang – Ogal Agil
06.00-07.30
Menikmati Puncak Ogal Agil
07.30-09.30
Puncak Ogal Agil – Pondokan
11.00-14.30
Pondokan Basecamp Tretes
PLAN C
TRETES-PONDOKAN-PUNCAK WELIRANG-PONDOKAN-LEMBAH KIJANG-OGALAGIL-TRETES
*Rencana ini istimewanya kita akan dapat 2 puncak sekaligus, tapi waktu juga menjadi lebih lama.
29 Maret 2014
05.00
Rombongan dari Jateng diharapkan sudah sampai di Terminal Purabaya, dilanjutkan Sholat Subuh dan persiapan menuju Pandaan.
05.30 - 07.00
Perjalanan menuju Pandaan
07.15 - 08.00
Perjalanan menuju Tretes
08.00 - 08.30
Registrasi, packing ulang kalo perlu, dan persiapan mendaki
08.30 – 09.15
Basecamp – Pet Bocor
09.15 – 11.00
Pet Bocor – Kokopan
11.00 – 14.30
Kokopan – Pondokan
“Kita camp di pondokan menunggu pagi.
Diusahakan pukul 03.00 pagi sudah siap
summit attack Welirang dengan estimasi waktu tempuh 3 jam.”
30 Maret 2014
03.00-06.00
Summit attack Puncak Welirang
06.00-07.30
Menikmati sunrise di puncak welirang, kita usahakan mengawali munculnya sang mentari.
07.30-09.30
Puncak Welirang – Pondokan
10.00-15.00
Pondokan – Puncak Ogal Agil
15.30-18.00
Puncak Ogal Agil – Pondokan
18.00-21.30
Pondokan – Basecamp Tretes


Kami dengan semangat memilih Plan C karena bisa mendapatkan dua puncak sekaligus, namun itu pun masih bisa berubah sewaktu-waktu tergantung kekuatan fisik dan ketepatan kami me-manage waktu.

Tapi itulah manusia yang hanya bisa berencana, Tuhan lah yang akhirnya menentukan. Dari waktu berkumpulnya saja sudah melenceng dari yang direncanakan. Kami baru sampai basecamp pukul 10.45, molor hampir 3 jam coy, hahaha. Tapi tak apalah, enjoy aja. Jadwal dibuat memang sebagai acuan namun cuman optional saja lah. Semuanya dibuat fleksibel saja biar lebih mudah, namun perhitungannya tetap harus diperhatikan.

Basecamp – Pet Bocor                     : 30 menit


juga dipakai sebagai jalur mobil jeep belerang

Setelah mengurus administrasi, kami berdoa sebelum memulai pendakian di siang bolong yang teramat panas itu. Perjalanan dimulai dari pintu gerbang di samping pos lapor kemudian akan melewati jalanan berpaving yang cukup menanjak hingga sekitar 20 menit perjalanan akan menemukan ujung jalan yang menyempit menjadi jalan setapak. Tak berapa jauh akan kita temukan pertemuan dengan jalur hartop/jeep pengangkut belerang. Tentunya jalur tersebut lumayan cukup lebar. Kita ambil saja yang arah kiri hingga setelah berjalan beberapa meter kita akan menemukan sebuah warung yang ternyata baru kami sadari adalah pos 2 alias Pet Bocor.

Pet Bocor – Kokopan                      : 3 jam

Karena tak kami sadari bahwa warung pertama yang kami temui itu adalah pos, terlebih kami belum sampai berjalan jauh maka kami lanjut saja berjalan menuju pos selanjutnya. Perjalanan terasa berat selain karena udara yang panas menyengat tapi juga karena medan yang terjal dan menanjak. Baru disadari ternyata jalur pendakian yang sekaligus sebagai jalur jeep/hartop pengangkut belerang tersebut terasa berbelok-belok saja. Bisa dimaklumi lah karena memang disesuaikan dengan fungsinya sebagai jalur pengangkut belerang. Kalau kita cermati ada jalan setapak yang bisa memperpendek jarak karena tak berkelok seperti jalur jeep. Tapi perlu diwaspadai terkadang malah menyesatkan. Jika belum terlalu paham jalur setapak yang memotong jalan tersebut, lebih aman lewat jalur utama sama seperti yang kami lakukan. Barulah saat turun nanti bisa dicoba lewat jalan setapak yang sedikit memotong jalan biar lebih terasa cepetnya.


penanda "Bukan jalur Pendakian"

Di suatu tikungan kami sempat dikagetkan dengan suara "gelodakan" yang ternyata ada hartop pengangkut belerang yang mau lewat. Tontonan yang luar biasa rekk. Sepertinya kendaraan itu sudah dimodif sedemikian rupa sehingga bisa melewati jalur penuh gronjalan tanpa sedikit pun hambatan.


kendaraan yang luar biasa dan biasa di luar

Sembari menunggu hartop itu lewat kami duduk-duduk saja di atas batu di tepi jalan sekalian melihat tontonan keren pengangkut belerang berpadu dengan keindahan alam. Agak lama kami di situ sambil berfoto ria hingga tak sadar ternyata Pos Kokopan sebenarnya berselang beberapa langkah saja dari tempat kami duduk-duduk tersebut.


break sejenak sembari menunggu kendaraan pengangkut
belerangnya lewat

Tinggal melangkah sedikit lagi kami sudah sampai di Kokopan. Lumayan panjang trek yang kami lewati karena memang berkelok-kelok maksimal. Begitu sampai di pos tersebut, kami lalu pilih-pilih tempat kosong untuk beristirahat dan makan nasi yang sudah dibuatkan khusus oleh ibunya Piton. 

Oiya, saat kami sampai di Kokopan, kami kira baru sampai di Pet Bocor karena kami merasa nama Pet Bocor malah lebih cocok disematkan pada Kokopan karena nyata-nyata ada pipa yang bocor disana ketimbang Pet Bocor yang asli yang tidak jelas mana pet (pipa) yang bocornya, atau memang kami tidak melihatnya yaa.

pipa bocor di Pos Kokopan

warung penambang dan pendaki di Pos Kokopan

Kokopan – Pondokan                      : 4 jam

Trek masih belum berubah, bebatuan cadas masih mendominasi jalur menuju pondokan. Terkadang tanjakannya malah makin menjadi saja. Frekuensi istirahat pun terpaksa kami tambah karena memang saat itu kondisi badan kami sudah sangat kelelahan karena perjalanan dari Jawa Tengah langsung diteruskan dengan pendakian, ditambah lagi mengenai masalah penempatan kerja kami yang semuanya jauh ke luar Jawa sana. Namun, perihal penempatan itu malah menjadi bahan candaan kami sepanjang perjalanan, hahaha.

Kabarnya sih hartop pengangkut belerang bisa sampai Pondokan untuk mengangkut belerang yang telah dikemas oleh para penambang ke dalam karung-karung. Padahal jalanan menuju kesana sangat tidak mungkin rasanya bisa dilalui kendaraan macam apapun, ya kecuali hartop pengangkut belerang itu.

Setelah menempuh perjalanan yang teramat jauh hingga hampir sekitar 4 jam lamanya akhirnya kami sampai di pondokan yang ditandai dengan adanya gubug-gubug berdinding kayu dan beratapkan ilalang. Karena gelap, kami memutuskan untuk mendirikan tenda di sedapatnya tempat yang ada saja. Lagian sepertinya lokasi tersebut sudah penuh dengan tenda-tenda yang lain.


pagi pertama kami di Pondokan,
agak gerimis dikit sih

Saat itu kami harus memiilih satu puncak diantara Arjuno dan Welirang yang bakal kami datangi. Kondisi fisik dan juga waktu yang terlampau melenceng dari jadwal yang telah ditentukan membuat kami tidak bisa menapaki keduanya sekaligus. Akhirnya kami memilih Puncak Arjuno saja yang bakal kami datangi karena saat menuju kesana pemandangan yang disajikan akan lebih indah. Termasuk melewati Lembah Kijang yang katanya menjadi salah satu tempat favorit para pendaki.


pondokan pendambang bersanding dengen "Kampung Pendaki"

Mengenai sumber air di pondokan, bisa dengan mudah kita temukan dengan menuju pondokan penambang yang paling atas, kemudian berjalan turun ke kanan menuju satu bak penampungan.

ini bunga sama kayak di Semeru kan yak

betapa damainya tempat ini


Pondokan – Lembah Kijang           : 15 menit

Untuk menuju puncak Arjuno dari Pondokan jaraknya masih sangat jauh banget. Tentu saja kami tak terlalu berharap akan mendapatkan sunrise disana. Karenanya kami bangun tak perlu sepagi biasanya seperti saat ingin mengejar matahari terbit.
Sekitar pukul 8 kurang kami baru beranjak meninggalkan pondokan tanpa membawa carrier dan barang-barang yang tidak begitu diperlukan. Dua tenda kami masih berdiri di pondokan saat kami tinggal menuju Puncak Ogal-agil. Tapi kalau ragu-ragu mending barang-barang berat bisa dititipkan kepada penambang belerang dengan memberi sedikit uang rokok sebagai gantinya. Kalau masih ragu ya lebih baik dibawa saja, apalagi kalau ada rencana turun lewat jalur lain.

trek menuju Lembah Kijang

Lembah Kijang dibalik pepohonan

Berjalan dari pondokan, tak perlu banyak waktu untuk sampai di Lembah Kijang. Cukup 15 menit saja menyusuri jalan setapak yang lumayan cukup rimbun dan kadang rumputnya sampai menutupi jalur pendakian. Untuk sumber air di Lembah Kijang juga cukup melimpah. Di depan camping ground akan ada pancuran menyerupai air terjun yang mengalir, namun perlu menyibak ranting-ranting pohon dulu sebelum mencapainya.

Welcome to Lembah Kijang

camping ground

sumber air

Lembah Kijang – Pasar Dieng                 : 3.5 jam

Setelah meninggalkan Lembah Kijang dengan pemandangannya yang seperti di New Zealand, tak seberapa jauh bakal ditemukan lagi lembah sabana yang mirip-mirip dengan Lembah Kijang. Di tepiannya bisa untuk mendirikan tenda sekaligus beristirahat ataupun singgah sebentar untuk mengisi persediaan air minum.


Lembah Sabana

duhhh, ini di Indonesia lhoh

Oiya, saya akui pada pendakian Gunung Arjuno Welirang kali ini adalah pendakian yang paling mudah menjumpai banyak satwa-satwa yang kadang kalau di gunung lain jarang berani memunculkan dirinya. Ada tupai yang sempat kami temukan melompat-lompat di atas pohon yang kadang turun ke bawah mendekati pendaki, ada pula burung-burung dengan warna yang sangat mencolok, dan masih banyak lagi.


burung oranye yang cantiks

Trek yang dilewati sekarang masih berupa jalan setapak yang kadang diselingi bebatuan besar yang membuat kita juga harus memanfaatkan tangan untuk membantu mendaki.

Akan ditemui pula pertigaan yang jika kekiri bakal mengarah ke Puncak Gunung Arjuno dan yang ke kanan akan menuju Gunung Kembar, Puncak Welirang, dan jalur pendakian via Cangar. Kami pilih yang ke kiri saja karena kami mau menuju ke Puncak Ogal-agil.



Perjalanan terasa sangat berat disini karena jalur cukup menanjak tajam dan juga kenyataan yang harus diterima saat kita tertipu oleh banyaknya puncak bayangan. Jalur setapak juga terkadang langsung berbatasan dengan jurang yang sangat dalam sehingga kehati-hatian juga dituntut disaat tenaga hampir terkuras.

Setelah menemukan batas Kab. Pasuruan dan Malang, di kejauhan sudah bisa kita lihat puncak yang akan kita gapai. Namun Masih beberapa bukit lagi yang harus dilewati.

batas Malang & Pasuruan

Pasar Dieng

Di satu dataran di salah satu bukit bisa dijumpai beberapa makam yang disakralkan. Tempat itulah yang dinamakan Pasar Dieng. Di sekitarnya banyak terdapat tanah datar yang bisa digunakan untuk mendirikan tenda. Menurut mitos yang berkembang, di Pasar Dieng sering terdengar suatu keramaian yang menyerupai pasar, entah dari mana asalnya suara tersebut. Katanya keramaian itu adalah pasarnya para makhluk tak kasat mata. Menurut cerita salah satu pendaki yang sempat berpapasan dengan kami memang katanya tadi malam ada ramai-ramai di tempat tersebut. Tapi karena kami lewat disitu saat siang bolong, jadinya ya biasa saja suasananya.


Pasar Dieng – Puncak Ogal Agil    : 15 menit


Puncak Ogal Agil
-Alhamdulillah-

Puncak sudah terlihat dengan tanda adanya bendera merah putih yang berkibar. Trek kini didominasi bebatuan dengan diselingi tanaman cantigi di kiri kanannya. Akhirnya pukul 2 siang kami sampai juga di puncaknya. Sudah sangat ramai pendaki yang meluapkan kebagahagiannya disana. Ada yang berfoto, ada yang menyalakan dupa, ada pula yang hanya duduk-duduk menikmati negeri di atas awan, dan ada pula yang nyari sinyal buat update social media hahaha. Suasana cukup cerah sih saat itu, namun sayang Mahameru tak terlihat karena tertutup awan.

padang edelweiss dan cantigi dengan latar
Puncak Ogal Agil

hampir sampai

weww, ada jalan yang lebih baik kali mas....

ini dia yang jadi rebutan buat berfoto

yang lain pada foto-foto,
Garpit sama Oput malah sibuk dengan hemponnya

rombongan "Save Trowulan"

poto dulu

Piton berjuang menapaki batu yang ogal agil

BPI

mana asap kompor
mana kabut

Bandon

Puas berada di puncak, kami pun memutuskan turun. Perjalanan masih sangat panjang untuk mencapai pondokan lagi. Diperkirakan kami sampai di tenda lagi sudah menjelang petang. Senter untung saja terbawa di dalam tas, sehingga masalah penerangan insyaallah aman.

Puncak Ogal Agil - Pondokan                  : 15.00 – 18.00


Perjalanan turun Alhamdulillah lancar. Sore pun kini berganti malam. Meski begitu, kami masih saja berpapasan dengan beberapa pendaki yang baru mau naik. 
Soal waktu, terhitung mulai dari puncak tadi hingga sampai pondokan lagi kami memerlukan waktu 3 jam. Lebih cepat 1 jam dengan waktu mendaki dari Pondokan ke Puncak Ogal-agil.

Puncak Welirang mengintip

Sampai di pondokan Alhamdulillah barang-barang yang kami tinggal masih utuh semua padahal katanya tadi sempat ada hartop yang lewat di depan tenda kami. Untung saja tidak terlindas, pasalnya tenda kami hampir berada di jalur lewatnya angkutan belerang tersebut. Maklum tempat datar saat malam itu sudah penuh.

Sebenarnya kami mau langsung turun ke Kokopan begitu sampai di tenda. Tapi apa daya karena fisik yang sudah terlamapau lelah sehingga kami harus menikmati malam di Pondokan untuk yang kedua kalinya.

Pondokan memang bukan tempat yang cocok untuk menikmati sunrise karena posisinya yang dikelilingi pepohonan tinggi. Tapi tak apalah nggak bisa menikmati indahnya matahari terbit di pagi yang kedua, yang penting puncak Arjuno sudah berhasil kami capai.



Pagi kedua kami di pondokan lebih cerah dari yang pertama yang diiringi gerimis kecil, langit kini terlihat lebih biru dan cuaca tampak teramat cerah sehingga pemandagan pun makin yahud. Kami segera berkemas untuk selanjutnya turun gunung melewati jalur yang sama dengan uang kami lewati saat naik. Bedanya tentu saat turun kami bisa melihat pemandangan sekitar tak seperti saat naik yang sudah masuk waktu petang.


Pondokan - Basecamp                  : 4,5 jam

Sekitar pukul 8 pagi kami memulai langkah kami menuruni Gn. Welirang dari Pos Pondokan. Dengan melewati trek berbatu terjal diselingi dengan memotong jalur melalui jalan setapak yang ada di sekitaran jalur utama, ternyata waktu yang kami perlukan untuk sampai di Pos Kokopan cukup singkat. Hanya perlu satu setengah jam saja. 

Selain pemandangan bawah gunung yang bisa kami lihat, saat kami berbalik badan ternyata puncak Gn. Welirang juga bisa kami lihat secara jelas tanpa ada awan penghalang. Terlihat puncak Welirang yang tampak memutih seperti puncak Merapi. Saya pun tentunya penasaran bagaimana keadaan disana, secara kami hanya memilih untuk mendaki satu puncak saja diantara Arjuno dan Welirang untuk kami daki. Kalau perkiraan sih sepertinya puncak Welirang memiliki kawah yang cukup lebar dan penambang-penambang bisa turun untuk mengambil bongkahan "emas" sulfur untuk dibawa turun gunung. Tentu saja perjuangannya sangat berat, mengingat hal yang tak jauh berbeda pernah saya lihat saar mengunjungi Kawah Ijen di Banyuwangi. Untuk membuktikannya butuh penjadwalan yang matang nih, pasalnya penematan kerja di luar Jawa sudah di depan mata. 


Sampai di Kokopan kami istirahat sambil ngadem di bawah pohon dekat sumber air untuk persiapan jalan lagi sampai ke basecamp. Kita bisa jajan-jajan di warung Kokopan yang menyediakan camilan gorengan, nasi bungkus, dan minuman hangat, tapi saya lebih memilih untuk mandi di bawah pancuran untuk menyegarkan badan, lebih-lebih sudah sekitar tiga hari badan ini tidak terguyur air. Segarrrnyaaa...



Siapa pikir perjalanan turun lebih ringan dari pada saat naik. Bagi saya sama saja, malah tambah berat karena saat turun itulah hanya menggunakan tenaga sisa dari saat naik apalagi kalau turunnya di siang bolong seperti saat itu hmmm matang sudah.

Pukul 12.30 kami berhasil merebahkan badan di bawah pohon dekat basecamp setelah menempuh waktu perjalanan 4,5 jam. Lega banget bisa menuntaskan misi yang pernah tertunda. Sekarang tingal pulang kerumah dan nggak sabar pengen tidur berselimutkan kenangan perjalanan menuju Puncak Gunung Arjuno yang penuh perjuangan. Sampai jumpa puncak-puncak gunung di Jawa. Sambutlah saya hai puncak-puncak Sulawesi.

Mari mendaki...!!!

Komentar

  1. di fotonya ada tenda ane bang. haha
    ane jumat malam tgl 28 maret mulai nanjaknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. yg sebelah mana bang? Hehe...

      Klo sy sebtu malem baru nyampe Pondokan

      Doble summit kah?

      Hapus
  2. pkknya tenda ane dkt pondok2 tp agak ke atas, tenda lafuma kuning hadap2an. hmpir nutupin jalan. hehe
    enggak, rencana sih mau dobel tp fisik ga mampu, :D

    BalasHapus
  3. keren mas blognya .saya dari kemarin mupeng ke gunung arjuna .hehe

    BalasHapus
  4. Sumpahh... Kereennn bangett ... Pengen mendaki

    BalasHapus
    Balasan
    1. persiapan harus matang ya mbak kalau mau mendaki...

      Hapus
  5. Keren bgt pict x..
    View x itu loh..
    G sabar pengen kesana
    Mnta saran x mas...
    Ini q akhir bln insya ALLAH mau kesana juga
    First time nih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thx sudah mampir kemari...
      Medan disana lumayan berat, perlu latian fisik n persiapan yg matang. Pas mendaki harus ada teman yg uda berpengalaman yaa... Hati" jg...

      Hapus
  6. nice info, thankyou for sharing ;)

    BalasHapus
  7. beuh... senengnya yg udah nanjak di arjuno. akhir nov '14 lalu aq ga jadi nanjak soalnya lagi kebakaran gunungnya. haduh, arjuno-welirang masih peEr banget nih belum kesampaian. Anyway, foto2nya bagus mas :) (Y)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayo rencanakan kembali mbak...
      gunung-gunung cantik itu masih menunggu...

      Thx...

      Hapus
  8. salut buat ctt perjalanannya..lumayan buat referensi sy yg jg pengen naek ke sana (Arjuno) tp blom kesampeian smp skrg...
    klo buat yg blom pernah ke sana kira2 jalurnya aman ga bang...maksd e ga byk percabangan yg bs mmbuat tersesat gt...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jalurnya cukup jelas Mas, percabangan yang salah sangat bisa dibedakan dengan jalur yang benar jadi jangan takut kesasar, yg penting memantapkan hati saja. Namun yg perlu diperhatikan itu jalurnya yg sangat panjang dan nanjak... Ada perasaan kok gak nyampe-nyampe, apalagi kalo lewat jalur tretes, uhh jauh panjang bgt kalo mau ke puncak Arjunonya

      Hapus
  9. Aiiihhh, take picture nya keren bingiiitttttt. :D
    liat foto ini jadi kepingin ke arjuno, pinjam cameranya boleh? wahahaha

    BalasHapus
  10. Halo mas, blognya bagus ni :)
    Btw, nanya dong..
    Rute ke puncak ogal agil ini kalau dibandingin dengan rute ke mahameru, lebih berat atau sama atau lebih 'mending'?
    Thanks ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo khusus rute untuk ke puncaknya saja lebih berat Semeru kalo saya... Kan pasir2 tuh kalo naik ke Mahamerunya...

      Hapus
    2. Tapi bagus mana gan sama mahameru?

      Hapus
    3. seriap gunung punya kelebihan masing-masing bro

      Hapus
  11. Saya sudah dari tahun 2013 sudah jatuh cinta sama gunung ini. Melebihi Semeru, karena saya mendapatkan kedamaian, ketenangan di Alas Lali Jiwo. Selalu Arjuno yang jadi tujuan utama ketika misalkan Semeru masih tutup atau terlalu ramai. Jalur Tretes memang menjadi jalur termudah jika ingin mencapai dua puncak, saya selalu memilih Tretes karena paling dekat dengan camp Lembah Kijang, camp favorit saya sejak pertama kenal gunung ini. Yaa meskipun batu-batu sepanjang jalur bikin ngilu juga hahaha. Kapan2, saya sarankan coba berangkat dari Lembah Kijang antara jam 00.00-00.30, dengan perkiraan normal 4 jam jalan kaki, njenengan bisa sampai Ogal-Agil waktu sunrise. Indahnya bukan main! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wow superrr... Entah kapan saya bisa kesana lagi...

      Udah brp kali kesana mas

      Hapus
  12. Terakhir awal bulan April kemarin mas, diminta nemenin kawan2 komunitas, lewat jalur Tretes juga. Sebenarnya ada yang udah sekali ke sana, tapi ragu kalau disuruh mandu ke puncak. Saya kadang sering nyasar pas summit malam. Lali Jiwo kalau dinihari memang agak samar jalurnya, apalagi kalau kabut turun. Alhamdulillah kemarin itu yang ke 7 kalinya ke sana mas hehe, kadang heran ga capek atau kapok apa soalnya pas jalan di makadam itu bawaannya pengen ngeuh pengen pulang haha.

    BalasHapus
  13. Mas, kalau ikut pendakian semacam ini ada persiapan khusus tidak, saya belum pernah ikut pendakian satu kalipun

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah disarankan lebih baik latihan dulu di gunung yang medannya tidak terlalu berat, ntar bertahap ke level selanjutnya.
      kalau Arjuno termasuk punya medan pendakian yang cukup sulit mas.

      Hapus
  14. mantap om, jadi kepengen naek ke arjuno..

    BalasHapus
  15. You should write about the model/version on the blog. You can expose it's perfect. Your blog examination should widen your readership.I am really grateful for your blog post. I find a lot of approaches after visiting your post. Great work..looking for affordable and trusted hosting?come and visit

    BalasHapus
  16. Excellent post, I agree with you 100%! I’m always scouring the Internet for new information and learning whatever I can, and in doing so I sometimes leave comments on blogs. I don’t do it for SEO purposes necessarily, but to learn new things.

    BalasHapus
  17. I am completely energetic to include my remarks here in light of the fact that you have a magnificent stuff and it is not difficult to discover such stunning composition ability on line.

    BalasHapus
  18. I additionally very similar to the design and elegance of your website thought it's truly terribly clear and easy to work.

    BalasHapus
  19. It was very interesting to see the museum through the viewpoints of the audience and their experiences. In the future, we would like to share and connect many different museums around the world!

    BalasHapus
  20. Create an in depth company arrange for your home based business. Because points improvement, your company strategy may as well; it might actually alter totally. Perform produce a strategy, although, since it provides you with some thing to return in order to should you are not getting achievement in your house company effort

    BalasHapus
  21. Insyaallah tahun baru temen2 campus saya mau kesana mas. Minta sarannya enaknya makanan yg perlu di bawak apa aja mas hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo makanan mah yg penting halal... hehe... bebas mas, yg standar aja minimal....

      Hapus
  22. keren mas artikelnya, lengkap dengan fotonya,, saya punya rencana insyaallah thn baru mau muncak ke arjuno leawat jalur tretes soalnya rumah saya di prigen,,, hehehe,,, tapi menurut cerita yang beredar arjuno terkenal gunung yang sakral dan keanehan keanehan mistis yang ada...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama lah mas, aku dulu sblm naik jg kepikiran bgt... Tapi balik lg ke niat, asal ga macem2 aja pas dsana insyaallah aman.

      Hapus
  23. Ini baru artikel bagus, bermanfaat dan penuh wawasan

    BalasHapus
  24. Mantab mas. . . Besok pagi sya dan kawan2 akan brangkat ke arjuno. Mudah2an bisa mengawali tahun baru di atas puncak arjuno.

    BalasHapus
  25. Kak gmn ya caranya ngeyakinin orangtua biar diijinin buat naik gunung.. soalnya pengen naikngunung dr dlu tapi gpernah dapet restu ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurutku sih kamu harus punya dulu temen yg udah pengalaman naik gunung. Bawa temenmu itu ke ortumu buat ngeyakinin.
      Kalo ga dibolehin jg mungkin km perlu nekat sedikit, nekat aja naik gunung tanpa bilang ortu. Dengan syarat ada yg njamin keselamatan km pas di gunung. Yaitu tadi, temen yg uda pengalaman naik gunung.

      Pas turun n sampe rumah km baru bilang klo km abis naik gunung. Lihat tanggapan ortumu setelah itu...

      Hapus
    2. Iya sih kak, tp takut juga sih kak kalo ga dapet restu masih tetep naik. Takutnya klo ad apa apa itu yg jd fikiran.. kan ortu jg nanti yang repot..

      Hapus
  26. Nice post mas.... lanjutkan ke gunung2 lain ku tunggu post nya

    BalasHapus
  27. Bagus ooom tulisannya... hehehehe menggugah selera buat naik. Insyaallah awal Mei saya sama temen" berangkat mas.. kaalo lintas jalur gitu enak dari jalur mana kemana yah mas??
    Thx

    BalasHapus
  28. Bagus ooom tulisannya... hehehehe menggugah selera buat naik. Insyaallah awal Mei saya sama temen" berangkat mas.. kaalo lintas jalur gitu enak dari jalur mana kemana yah mas??
    Thx

    BalasHapus
    Balasan
    1. jalur tretes enak kalo mau sekalian ke puncak Gn. Welirang.
      kalo khusus Arjuno mau lintas bagusnya yg lewat alas lalijiwo terus puncak, turun Tretes.

      Hapus
  29. Gan itu harus pake ktp ya?selain itu bisa gk?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa yang lain seperti SIM atau kartu pelajar, tapi yg paling memenuhi syarat ya KTP.

      Hapus
    2. bisa yg lain kayak SIM atau kartu pelajar tapi yang paling memenuhi syarat ya KTP itu mas

      Hapus

Posting Komentar

Jangan enggan beri kritik dan saran yaaa...!!!