Menikmati Pergantian Tahun di Pantai Indrayanti dan Drini



Pergantian tahun bagi sebagian orang dianggap hal yang luar biasa, tapi ada pula yang menganggapnya sesuatu yang tak ada bedanya dengan pergantian hari biasa. Saya akui kalau saya pribadi kadang plin plan dalam menilai perayaan tahun baru tersebut. Kadang-kadang saya menganggapnya menjadi hal yang biasa, tapi ada kalanya sebaiknya dinikmati dengan cara yang berbeda karena momen tersebut hanya terjadi setahun sekali. Nha, setelah pergantian tahun 2013 lalu saya nikmati dengan hal yang tak istimewa, maka kali ini pada pergantian tahun 2014 saya rasa perlu ada yang sedikit istimewa.

Sempat kepikiran buat menghabiskan malam pergantian tahun di puncak gunung. Tapi setelah berpikir dua kali dengan pertimbangan cuaca yang lagi labil dan betapa ramainya jalur pendakian di saat malam pergantian tahun tersebut membuat saya mengurungkan niat itu. Lagian seminggu sebelumnya juga sudah sempet naik Gunung Merbabu dengan ditemani hujan sepanjang perjalanan dari basecamp hingga sampai ke basecamp lagi tanpa oleh-oleh kenangan indah pemandangan menakjubkan seperti yang didapat saat pendakian sebelumnya karena sesampai di puncaknya hanya bisa memandang kabut tebal yang sangat membatasi jarak pandang.

Merasa trauma kalau naik gunung bakal dapet kabut lagi, alhasil saat menentukan bakal dimana tempat istimewa untuk menikmati pergantian tahun adalah pantai. Bukan semata mata ide saya sih. Ide itu muncul melalui satu obrolan saat kumpul-kumpul di mushola KPP Pratama Salatiga. Kebetulan kami semua saat itu sedang dalam masa pemagangan di kantor tersebut sepakat kalau ada baiknya kami semua mengukir kenangan indah dengan menghabiskan detik-detik terakhir tahun 2013 bersama-sama sebelum ditempatkan secara definitif di kantor masing-masing yang entah dimanakah berada.


Selasa, 31 Desember 2013 setelah jam kantor usai, kami semua sudah siap untuk memulai perjalanan menuju Gunung Kidul, DIY menuju salah satu pantainya. Kami sebelumnya belum menentukan di pantai mana tepatnya karena saking banyaknya pantai indah di Gunung Kidul. Tapi saya tebak saja kalau kami bakal ke Pantai Indrayanti. Perkiraan itu karena Pantai Indrayanti merupakan salah satu pantai yang menjadi favorit.

Kami berdelapan menuju lokasi tujuan dengan mobil sewaan dengan Indro yang menjadi drivernya. Dari kami semua memang dia yang paling berpengalaman dalam hal setir menyetir dan sepertinya tak ada yang bisa jadi driver cadangan. Semoga saja kuat ya Ndro dan yang penting jangan sampai ngantuk.

Di sepanjang perjalanan kami belum menemukan keramaian layaknya malam pergantian tahun, namun keramaian baru kami temui saat kami melintasi satu bukit yang kerap disebut sebagai Bukit Bintang di daerah Patuk, Gunung Kidul. Motor-motor pengunjung sudah penuh di area parkir yang mungkin sudah diperluas dari hari biasa. Muda mudi juga sudah memadati objek wisata tersebut yang menanti dinyalakannya kembang api sebagai tanda tahun akan segera berganti. Tempat tersebut yang letaknya berada di ketinggian serasa pas banget untuk menikmati kembang api di tengah riuhnya kerlap-kerlip lampu kota. Kalau hari biasa pemandangan di tempat tersebut sudah sangat indah dengan gemerlap lampu Kota Jogaja, apalagi kalau ditambah dengan nyala kembang api pasti pemandangan makin oke.

Kami lewati saja keramaian itu dan melanjutkan lagi perjalanan masih lumayan jauh. Eits, kami masih menemukan keramaian satu lagi di satu daerah di Wonosari. Kali itu sedang diadakan acara konser dangdut dengan artis Fia Vallen sekaligus pengiringnya grup Om Sera. Keramaian kali ini rasanya melebihi ramainya di Bukit Bintang tadi karena kemacetan agak lumayan mengular.

Wowh, akhirnya bisa melepaskan diri dari keramaian itu dan melanjutkan lagi perjalanan yang hampir sampai di tujuan. Kami akhirnya menemukan gerbang loket masuk kawasan pantai-pantai di Gunung Kidul. Setelah mengurus administrasi dengan membayar sesuai jumlah orang yang ada di mobil kami langsung tancap gas saja. Deretan pantai-pantai satu per satu kami lewati sembari memilih mana yang cocok. Hmmm, benar saja ternyata yang menjadi tempat berakhirnya pencarian adalah di Pantai Indrayanti. Mencari tempat parkir mobil saja susah nih, kebayang kan gimana ramenya di pantainya. Akhirnya ketemu juga lapak kosong buat markir mobil.

Kami turun dan langsung mencari tempat yang pas buat duduk-duduk menunggu kembang api dinyalakan sambil menghirup udara malam Pantai Indrayanti yang tak terlalu dingin. Kami disana menggelar banner yang sudah kami bawa sebagai alas dan juga mempersiapkan perlengkapan buat masak-masak. Kami pergi ke pantai tapi kebanyakan yang dibawa adalah alat-alat untuk naik gunung. Jadilah suasana malam itu yang berpadu antara wisata pantai dengan atmosfir pendakian.

Tak berapa lama ada beberapa kembang api yang dinyalakan dan kami lihat jam ternyata memang hari, bulan, dan tahun sudah berganti menjadi 01-01-2014. Kami pun terdiam sejenak dengan kepala terdongak menikmati percikan kembang api dengan warna dan bentuk yang indah. Beginilah beberapa penampakan warna-warni kembang api yang berhasil ditangkap kamera.













Tak sampai satu jam kembang api di langit gelap mulai tak tampak lagi. Mungkin stok nya sudah habis kali ya. Hingga tak disangaka hujan pun turun membubarkan keramaian pengunjung yang berbaring di pasir pantai. Kami segera mencari gubug yang kosong untuk berteduh sebelum keduluan orang karena jumlahnya yang terbatas. Alhamdulillah kami dapat satu yang kosong.

Makin lama hujan makin deras saja. Kami yang membawa banner untuk alas duduk tadi kami kembali manfaatkan untuk menutup sisi samping gubug yang tak beratap  agar air tak terlalu parah membasahi kursi-kursi di dalamnya.

Dirasa air hujan sudah teratasi kami menghabiskan dini hari itu dengan main kartu sambil makan kuaci dan melanjutkan masak-masak lagi. Tak terasa kami terjaga hingga tiba waktu Subuh. 








Kami Sholat di mushola pinggir jalan lalu tidur sejenak untuk memulihkan tenaga. Namun kami yang berdelapan dengan kursi panjang hanya tiga serasa tidak mungkin bakal bisa tidur dengan nyenyak. Saya yang dapat kursi saja tidak bisa tidur karena posisi yang tak PW dan bentuk kursi yang tidak memenuhi standar ranjang, jadilah saya memutuskan tidak usah tidur sekalian saja, lagian sudah mau terang juga meski matahari tampaknya tidak akan bersinar karena kabut tebal masih menggelayut.






Efek penyalaan kembang api tadi malam menyebabkan kawasan pantai menjadi sangat kotor dipenuhi sisa-sisa batang kembang api yang tertinggal. Karena kurang bisa menikmati keindahan pantai dan kami ingin nyebur basah-basahan akhirnya kami semua memutuskan pindah ke pantai lain yang cocok untuk menceburkan diri dan mainan ombak di tepian. Jatuhlah pilihan di Pantai Drini. Sampai di pantai tersebut kami langsung ganti baju dan menuju bibir pantai. Wow pantainya lebih bersih dari yang pertama tadi, kalau ramainya sih nggak beda jauh.



Pantai Drini memiliki dua sisi pantai dengan karakteristik yang berbeda. Satu sisi di sebelah kiri dengan ombak yang kecil cocok buat anak-anak karena ombak ganas laut selatan sudah pecah terhempas di batu karang di depannya. Sisi satunya lagi memiliki garis pantai yang lebih panjang dan dengan ombak yang masih asli langsung dari tengah samudra tanpa terhalang karang. Harus hati-hati kalau mau mandi di pantai satu ini. Harus waspada karena ombaknya sangat besar dan ganas. 





Baru beberapa detik setelah kembali dari kamar mandi dan ganti baju, hujan tiba-tiba turun dengan derasnya. Tadi niatnya mau foto-foto pas badan sudah bersih dan ganti baju, tapi apa daya belum sempat foto malah hujan turun. Baju pun basah lagi padahal uda ganti.



Hujan reda dan saatnya kami cabuuut. Mampir ke Kota Jogja dulu buat ngisi perut. 




Komentar

Posting Komentar

Jangan enggan beri kritik dan saran yaaa...!!!